"Mungkin aku bukan orang yang baik tapi aku janji, aku akan jadi yang paling terbaik buat kamu." Aku mengulum senyum. "Makasi ya sayang, akhirnya kamulah rumah untuk aku pulang." Andra mencium keningku.
"Jangan pernah merubah apapun yang udah ada dan kita lewati ya, kita perbaiki semuanya sama-sama." Ucapku, dia mengangguk dan mencium tanganku.
Aku dan dia tidak merubah apapun, kami hanya memantaskan diri untuk belajar menjadi lebih baik satu sama lain.
Sejak hari itu, keluarga kami pun sudah bertemu dan berencana untuk melangsungkan lamaran resmi. Semua persiapan sudah 80 persen. Undangan, seserahan, souvenir dan tempat sudah final dan kami hanya menunggu hari H saja.
Ada sedih menyelinap saat berkunjung ke makam Ami. Aku bisa merasakan itu dari gerak sikapnya.
"Assalamualaikum Mi, apa kabar? Maaf ya kalo jarang kerumah Ami." Ucap Andra sambil duduk disebelah makam. "Akhirnya, Andra bisa bawa calon istri Andra ketemu Ami. Walaupun Ami udah tahu kalo Bella orangnya." Aku mengulum senyum sambil mengusap bahunya.
"Assalamualaikum Ami..." Sapaku.
"Ami sekarang gak usah khawatir lagi siapa yang akan ngurusin Andra nantinya." Ucapnya. "Masih Bella dan akan tetap Bella orangnya, Mi."
"Aku juga akan jagain Abi dan Attar, Mi." Dan sekilas aku melirik, Andra mengusap matanya.
"Yang tenang disana ya Mi, Ami harus bahagia disana. Ami gak usah khawatir." Ucapnya terisak. "Andra janji, Andra akan jadi laki-laki dan suami yang baik buat Bella." Aku mengusap punggung menenangkannya, dia menggenggam tanganku. "Andra akan bahagiain Bella, Bella yang udah ngerubah Andra jadi seperti sekarang."
"Udah dong, jangan sedih ya." Bisikku.
"Love you Mi..." Dia mencium nisan Ami. "Doakan semuanya lancar ya Mi." Dia beranjak. "Yuk."
"Doakan semuanya lancar ya Mi, Bella sayang sama Ami." Setelah berpamitan kamipun berlalu meninggalkan pemakaman. Kami berjalan melewati pemakaman dan tangannya masih menggenggam tanganku.
"Bener kata orang ya, kalo jodoh itu gak akan kemana. Kalo udah takdir, ya ketemunya masih sama orang yang sama." Ucapnya. "Kenapa gak dari dulu aja ya aku ngelamar kamu dan kenapa baru sekarang." Aku mengulum senyum mendengar ucapannya.
"Jodoh gak ada yang tahu. Kalo tahunya jodohku kamu ya sama aja, kenapa gak dari dulu." Dia menatapku lama dan mengulum senyum.
"Maaf ya kalo aku terlalu lama buat kamu nunggu." Dia mengelus pipiku.
"Gak ada yang lama dan terlambat, mungkin emang sekarang waktu yang tepat buat kita." Ucapku. Dia masih Dirandra yang aku kenal, tidak berubah sedikitpun.
"Ya udah yuk, kita ambil cincinnya." Aku mengangguk dan kami pun segera menuju Platinum Jewelry untuk mengambil cincin tunangan.
Bahagia? Alhamdulillah, Allah sudah menghadirkan dia disaat yang tepat. Masih dengan orang yang sama dan rasa yang sama.
Dan sesampainya kami di Platinum, kami segera mengambil pesanan cincin kami. Tapi saat berjalan melewati etalase barisan gelang, mataku tertuju pada gelang yang sangat cantik.
"Em Mas, boleh lihat gelang yang itu." Ucapku sambil menunjuk sebuah gelang, diapun menghentikan langkahnya dan menghampiriku.
"Ada yang kamu suka?" Tanya nya, aku mengulum senyum.
"Ini Kak, silahkan." Hanya gelang simple berliontinkan Infinity, yang menyimbolkan kekal abadi selamanya.
"Suka?" Aku mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Rasa ... (?)
Romance"Temenan sama lo dari jaman SMP gini-gini aja ya..." "Lo berharap gue berubah gimana sih Be?" Tanya nya. "Ya lo punya pacar kek, temen deket kek, sahabat, TTm kek, apa gitu. Lo gak bosen ngintilin gue terus?" Tanyaku sambil menatap kearahnya, dia me...