Last Opinion

88 5 0
                                    

"Mau diem-dieman sampai kapan?" Tanya Andra ketus sambil menatap sarkas kearahku dan Rava. Diam masih tercipta, entah harus dimulai darimana menjelaskan padanya.

Kami bertiga duduk bersama, lebih tepatnya Andra sedang menunggu penjelasan dariku tentang apa yang dilihatnya barusan antara aku dan Rava.

Terlihat marah, kesal, kecewa dari tatap matanya padaku.

"Gue emang pacaran sama Rava." Ucapku.

"Pacaran?" Sahutnya. "Kok lo gak cerita atau ngasih tau gue?"

"Kita udah sama-sama dewasa ya Ndra. Gak semua urusan gue, lo harus tahu." Andra mengerutkan dahi. "Gue juga punya privasi."

"Sejak kapan ada privasi diantara kita?"

"Hey hey, udah. Kok jadi berantem." Sahut Rava.

Kesalahpahaman ini terjadi memang tidak disengaja dan diluar perkiraan, Andra datang kerumah dan melihat ada Rava. Itulah awal pemicu semua ini.

"Lo berubah." Ucap Andra. "Dan thanks ya Rav, lo udah buat temen gue yang selama hampir 13 tahun ini berubah ke gue." Aku menatap kearahnya.

"Kok lo nyalahin Rava?" Tanyaku.

"Ya iya lah, mau nyalahin siapa lagi?"

"Gini deh Ndra, intinya lo udah tahu kan kalo gue sama Rava ada hubungan." Ucapku. "Ya udah sekarang lebih baik lo pulang deh." Aku berdiri beranjak.

"Udah nih Be segini doang arti dari 13 tahun temenan kita?" Tanya Andra. "Cuma karena dia, lo giniin gue."

"Giniin gimana ya maksud lo." Rava berusaha menenangkanku. "Lo minta gue gimana sih Ndra?" Tanyaku. "Ya kalo sekarang lo tahu, ya udah emang gini keadaannya. Toh lo juga udah sama Shandy." Ucapku.

"Lo ini masih gak ngerti salah lo dimana Be?" Tanya Andra.

"Duduk dulu yank, tenang." Ucap Rava menyuruhku duduk, aku mendengus kesal dan akhirnya duduk kembali.

"Gue gak apa-apa kalo lo pacaran, sama siapa pun itu. Terserah Be, whatever." Ucap Andra. "Tapi kenapa harus Rava? Dan lo juga gak ngasih tahu gue awalnya gimana." Aku dan Rava saling pandang.

"Emang kenapa kalo Rava?" Tanyaku.

"Iya, kenapa sama gue?" Ucap Rava.

"Lo tahu gue dari awal gak suka sama dia. Kenapa masih lo pacarin." Aku terkaget dan menahan tawa mendengar ucapan Andra.

"Gak suka? Ya kalo lo suka sama Rava, aneh dong jadinya." Ucapku sedikit menahan tawa.

"Gue serius ya Be." Ucap Andra. "Lo masih punya gue kan?" Tanyanya dan membuat Rava sedikit bereaksi.

"Tunggu tunggu, maksudnya punya lo apa ya?" Tanya Rava. "Sorry nih kalo gue ralat." Aku menatap kearahnya. "Membebaskan Bella untuk punya pasangan itu bukan berarti semua dan apapun harus diceritain ke lo kan Ndra. Bella juga punya privasi." Andra menatap kearah Rava. "Kita semua udah sama-sama dewasa, ayolah saling mengerti aja."

"Lo tahu apa sih Rav tentang hubungan gue dan Bella?"

"Gue tahu semuanya." Sahut Rava, aku memegang tangan Rava. Berharap untuk dia tidak meneruskan kalimatnya. "Lo tahu gak Ndra, janji pertemanan yang kalian buat itu gak make sense." Andra masih terlihat sinis. "Temen yang baik itu gak gitu, masa iya temen tapi ngajak..." Aku langsung menutup mulut Rava.

Teman Rasa ... (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang