BAB XXIII

7.9K 335 5
                                    

Widjaya Corp, Jakarta

Senin [12.30 WIB]

"Bu Kayana!"

Kayana mengerjap, memandang orang-orang di depannya yang menatapnya bingung. "Ya?"

"Apakah anda baik-baik saja? anda tidak fokus sejak tadi." Ucap Januar khawatir.

"Ah, maafkan saya. Saya baik-baik saja, mari kita lanjutkan diskusinya." Kayana mulai berkonsentrasi dengan penjelasan yang dilakukan salah satu timnya.

Jujur saja saat ini pikirannya sangat kacau. Ia tidak bisa berpikir jernih. Teringat akan perkataan Celine yang terus berputar di kepalanya.

Bagaimana bisa Celine mengatakan bertahun-tahun sedangkan ia sendiri baru mengenal Ramandhanu dalam 6 bulan terakhir ini. Gelagat Celine juga aneh. Disaat Kayana bertanya lebih jauh, Celine justru mengalihkan topik pembicaraan.

Kayana sudah berusaha mencari jawabannya. Mulai dari mengulik masa lalu suaminya hingga mencari kesempatan apa yang membuat mereka sudah mengenal sebelumnya.

Namun itu semua nihil.

Seusai rapat, Kayana berjalan lunglai menuju pantry. Berniat membuat kopi panas untuk menghilangkan suntuk di kepalanya.

"Bu Kayana!" Panggil seseorang di belakang Kayana.

Kayana menoleh pada sosok pria yang terengah-engah menghampirinya.

"Mau ke pantry bersama?"

Di sinilah Kayana sekarang, area istirahat karyawan, menikmati segelas kopi dengan seorang pria bernama Januar Pramudya.

Entah apa yang dipikirkan pria itu sehingga mengikutinya kemari. Rencananya untuk menghilangkan beban pikirannya rusak. Bukannya berkurang, masalahnya malah bertambah.

Bagaimana jika orang-orang menganggap mereka memiliki hubungan gelap?

Sial.

Kepala Kayana berdenyut hanya dengan memikirkannya saja.

"Apa bu Kayana dan pak Danu sedang ada masalah?"

Kayana mengernyit, pertanyaan macam apa yang didengarnya barusan?

"Ah, bukan begitu maksud saya. Hanya saja hari ini bu Kayana tampak banyak pikiran jadi saya berpikir seperti itu. Maafkan saya."

Menghembuskan nafasnya dengan kasar, Kayana berkata tajam. "Itu bukan urusan anda Pak Januar."

"Ma-maafkan saya. Saya tau ini kurang ajar, tapi saya hanya ingin meringankan beban anda dengan menjadi teman curhat anda." Suara yang rendah dan tatapan Januar yang tertunduk membuat Kayana tau bahwa Januar hanya ingin menolongnya dengan tulus.

Tapi apa-apaan sarannya itu? Menjadi teman curhatnya? Maksudnya menjadi orang ketiga dalam hubungan pernikahannya?

Itu gila.

Tidak taukah pria itu bila perselingkuhan banyak terjadi dimulai dari menjadi teman curhat saja.

"Terima kasih atas niat baik anda. Tapi sungguh saya tidak butuh bantuan anda."

Kayana berdiri, berniat untuk pergi. Tidak ada baiknya bila ia berlama-lama di ruangan bersama pria yang pernah menaruh hati padanya.

Namun langkah Kayana terhenti saat mendengar ucapan Januar. "Mungkin anda tidak butuh. Tapi, tidak ada gunanya memendam pikiran anda sendiri. Lebih baik anda berterus terang lalu mengambil sikap kedepannya."

Deg!

Perkataan Januar itu seperti kepingan puzzle yang melengkapi permainannya. Rasanya seperti menemukan apa yang selama ini dicarinya.

RAMAYANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang