BAB XI

9.4K 430 2
                                    

Kediaman Wardani, Jakarta

Senin [19.25 WIB]

Meski diliputi amarah, Raditya tetap menyampaikan pada keluarganya tentang apa yang didengarnya dari seseorang yang bernama Ramandanu. Keluarga Wardani telah bersiap dan menunggu kedatangan putri sulung mereka bersama pria yang dirumorkan akan menikahi putrinya.

Terdengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumah, Raditya yang semula hanya duduk diam dikursinya bangkit berdiri dan keluar ke teras begitu pula ibu Kayana dan Rahayu yang menyambut ibunya di teras.

Tiana yang melihat putrinya keluar dari mobil langsung menghampiri Kayana dan memeluknya. "Bagaimana kabarmu nak? Sehat? Kok kamu kelihatan pucat gini?"

"Aku baik-baik aja ibu, ini cuma agak lelah saja." Jawab Kayana lembut.

Bersamaan dengan jawaban Kayana itu Ramandanu keluar dari mobil dan berjalan mendekati Tiana dengan sopan Ramandanu menyalami dan mencium punggung tangan Tiana.

"Perkenalkan ibu, saya Ramandanu Hadi Widjaya, kekasih Kayana." Ucap Ramandanu sopan.

Tiana sempat terpaku melihat Ramandanu. Tentu saja sikap Ramandanu yang sopan dan santun membuat Tiana sedikit terkesan. Pria itu tidak berpura-pura mengakrabkan diri, Ramandanu tetap bersikap sesuai kepribadiannya sendiri.

"Bu, bawa masuk dulu jangan berbincang diluar. Nggak enak sama tetangga." Ucap Cokro Wardani yang ikut keluar.

Setelah masuk kedalam ruang tamu, Ramandanu kembali bersalaman pada Cokro dan memperkenalkan diri.

"Oh nak Ramandanu ya, apa bapak boleh tahu kebenaran berita yang beredar pagi ini mengenai hubungan Kayana dan nak Ramandanu?" tanya Cokro.

"Benar bapak. Berita yang beredar bahwa saya dan Kayana berencana menikah memang benar adanya. Saya dan Kayana tidak menyangka bahwa rencana kami dapat diketahui pihak luar sebelum kami sempat mendiskusikannya terlebih dahulu dengan masing-masing keluarga. Untuk itu saya kemari dengan niat melamar putri bapak dan ibu, Kayana Sekar Wardani sebagai istri saya." Jawab Ramandanu tegas.

Cokro melihat Ramandanu seolah menilai kesungguhan pria itu. Setelahnya Cokro menghela nafas panjang dan menatap Tiana. "Bu, tolong sajikan makananya."

Setelah mendengarnya Tiana pergi kedapar diikuti oleh Rahayu. Tersisa Cokro yang duduk di ujung, Kayana dan Ramandanu yang duduk di sisi kanan dan Raditya yang duduk di sisi kiri. Keempatnya diam saling menelisik pikiran masing-masing.

"Sebelum saya menjawab lamaran kamu, saya ingin tahu lebih dalam tentang kamu." Ucap Cokro kembali memulai percakapan.

Ramandanu tersenyum mendengar ucapan Cokro yang bijak dan tenang. "Baik pak, saya siap jika bapak ingin tahu lebih dalam tentang saya."

"Nak Ramandanu, apa yang kamu lihat dari putri saya? Kenapa memilih putri bapak?" tanya Cokro.

"Jujur pak, saya memilih Kayana sebagai istri saya karena saya menginginkannya. Saya tidak tahu pasti apa yang membuat saya menginginkannya namun saya selalu merasa bahwa hanya dengan keberadaan Kayana disisi saya dapat membuat saya bahagia." Jawaban Ramandanu itu mampu membuat Kayana sedikit terharu.

Meski ini bukan pertama kalinya Kayana dilamar namun tetap saja perasaan terharu, senang, takut, sedih, dan perasaan lainnya bercampur. Kayana merasa lamaran kali ini lebih membuatnya emosi dan menguras segala pikiran dan tenaganya.

Saat Kayana dilamar Gavin, Kayana sama sekali tidak merasakan perasaan nano-nano ini. Yang Kayana rasakan dulu hanya perasaan senang. Anggaplah ia seperti remaja yang baru jatuh cinta, yang sama sekali tidak memikirkan hal lain selain bersama Gavin. Benar-benar perasaan yang kekanak-kanakan.

RAMAYANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang