BAB XXV

7.3K 345 6
                                    

Restoran Rosay, Jakarta.

Senin [19.10 WIB]

Di sinilah Ramandhanu sekarang. Sebuah restoran mewah yang cukup terkenal di Jakarta.

Bahkan untuk makan di tempat ini harus memesannya dari jauh-jauh hari. Ramandhanu harus berterima kasih pada Reza yang bisa mendapatkan tempat hanya dalam waktu semalam saja.

Yah, meskipun ia harus merelakan banyak uangnya demi membayar berlipat-lipat.

Ramandhanu menatap lurus ke depan pada wanita cantik yang tengah fokus melihat daftar menu makanan. Make up yang Kayana kenakan tetap on point meski telah dikenakan semenjak pagi.

Mengikuti saran sahabat dan sekretarisnya, Ramandhanu membawa Kayana makan malam mewah untuk menyenangkannya.

"Ingat, wanita itu suka dimanja jadi kalo mau bicara senangkan dia. Ajak jalan apa makan malam, beliin hadiah." Saran Hendra terngiang di kepala Ramandhanu.

Paham akan sifat Kayana yang terjadwal, Ramandhanu harus bersyukur tidak dipukul Kayana karena mengajaknya makan tanpa janji sebelumnya.

"Ya, saya pesan itu saja." Ucap Kayana menanggapi pelayan yang memastikan ulang pesanan.

Keadaan mulai hening setelah kepergian pelayan. Baik Ramandhnau maupun Kayana hanya diam, sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

Ramandhanu berdeham. "Bagaimana menurutmu tempat ini?"

Ramandhanu mencoba mencoba berbasa-basi, sesuai dengan anjuran dokter cintanya.

"Yang kedua, kamu ciptain suasana yang nyaman buat dia cerita. Basa-basi dulu, cerita yang ringan-ringan ntar kalo dah nyambung nih cerita kalian, bisa lah kamu nanya dikit masalahnya."

"Biasa saja." jawab Kayana singat, mematahkan chemistry yang Ramandhanu coba bangun.

"Hem, kalo begitu lain kali kita coba pergi ke tampat lain. Ada yang mau kamu kunjungi?" Ramandhanu tetap tidak menyerah.

Namun jawaban Kayana di luar dugaannya. "Tidak ada lain kali."

Dengan tangan bergetar Ramandhanu mengambil wine di meja dan meminumnya. "Be-begitu ya."

Untungnya pelayan tiba tepat waktu menyajikan hidangan. Memberikan waktu bagi mental Ramandhanu.

Dentingan alat makan beradu dengan piring menjadi latar belakang makan malam. Perhatian Kayana sepenuhnya pada makanan yang dimakannya membuat Ramandhanu berusaha menemukan waktu yang tepat untuk mengajaknya bicara.

Bohong bila Kayana tidak tahu apa yang ingin Ramandhanu utarakan. Meski begitu Kayana tetap berpura-pura tidak peka.

Percakapan Ramandhanu dan Reza dulu masih terus menghantuinya hingga kini. Meski Kayana tau bahwa komunikasi adalah jawabannya, tapi Kayana tidak siap mendengarnya.

Karena hatinya akan kembali sakit bila dugaannya benar.

Biarlah ia hidup dalam ekspektasinya, menipu dirinya. Kayana berjanji, saat ia siap ia akan mengatakannya dan tidak akan kabur dari kenyataan di depannya.

Aroma harum makanan di depannya membuat Kayana makan dengan lahap hidangan tersebut. Gila, Kayana bahkan tidak bisa mendeskripsikan rasanya.

Rasa meleleh dengan bumbu yang kuat memenuhi mulutnya. Kayana bahkan ingin memuji kokinya langsung bila tidak ingat akan pendiriannya.

Jujur saja, Kayana sangat excited saat tahu ia akan makan di restoran ini. Siapa yang tidak tahu restoran terkenal ini? Siapa pun pasti ini makan di sini. Setidaknya sekali seumur hidupnya.

RAMAYANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang