BAB XXXX

8.5K 511 11
                                    

FLASHBACK

Mulai hari itu hubungan antara Ramandhanu dan Kayana bisa dibilang dekat. Oh, atau hanya Kayana saja yang menganggapnya dekat.

Mereka memang selalu bertegur sapa hingga menanyakan pekerjaan masing-masing saat saling bertemu. Terkadang mereka juga akan menikmati makan siang bersama rekan lainnya. Namun itu semua selalu inisiatif dari Kayana, jika Kayana tidak memulainya mustahil mereka menjadi dekat.

Berbeda dari Ramandhanu yang sangat mengenal Kayana, Kayana tidak terlalu mengetahui kehidupan Ramandhanu. Kayana hanya mengenalnya sebatas Rama yang bekerja sebagai salah satu tim perencana di perusahaan.

Itu semua merupakan kerja keras Ramandhanu yang tidak ingin membocorkan identitasnya sebagai pewaris perusahaan untuk menhindari rumor yang ada, ia hanya ingin belajar dan bekerja dengan tenang sebagai salah satu karyawan di perusahaan.

Dimata Ramandhanu, Kayana disaat itu sangatlah bersinar. Wanita muda yang cerdas dan dapat membuat relasi dengan mudah, wanita yang pandai bergaul. Tidak mengherankan ada banyak pria yang serakah akan kilau dari sinar itu, bahkan Ramandhanu pun itu terjerumus untuk memilikinya.

"Berhentilah Kay," kata Ramandhanu sambil menahan tangan Kayana. Saat ini sulit untuknya untuk menghentikan Kayana yang keras kepala hanya dengan perkataan saja.

"Kenapa... sih...Rama, jangan hentikan aku!" ucap Kayana melantur.

Ramandhanu menghela nafasnya panjang, tidak menyangka bahwa wanita itu akan mabuk di depannya. Berawal dari pertemuan mereka yang tidak disengaja pada tempat itu, hingga ajakan Kayana untuk minum bersama.

Semuanya baik-baik saja hingga wanita itu mabuk dan berubah 180 derajat. Di hadapannya kini bukan lagi wanita yang anggun dan berkelas, hanya ada wanita manja yang senang mengeluh.

"Kau tau...si tua keparat itu lagi-lagi...dia bilang dia suka rambutku yang diikat karena leherku terlihat...dasar gila! Sadar nggak sih dia udah punya anak istri...kasihan keluarganya...nggak mikir apa!" segala keluhan muncul dari bibir Kayana yang telah dikuasai oleh minuman beralkohol.

Ramandhanu yang mendengarnya ikut geram, ia tahu betul siapa yang tengah Kayana bicarakan itu. Seorang atasan yang sangat buruk di divisi Kayana, baik pekerjaan hingga perilakunya tidak ada yang benar.

Ramandhanu harus mengambil langkah serius untuk menangani hal ini. Ia juga perlu merombak ulang HRD yang teledor dalam pemilihan karyawan dan membiarkan karyawan seperti itu tetap menghirup udara di bawah gedung perusahaan Widjaya.

"Aku pastikan pria tua itu tidak lagi menyentuhmu," gumam Ramandhanu lirih yang tersirat sebuah arti kelam dibalik ucapannya.

Kayana yang tengah dilanda mabuk tidak dapat mengerti arah ucapan Ramandhanu itu. Ia hanya menelungkupkan kepalanya di meja sambil beberapa kali menggumam masih menghujat atasannya itu.

Ramandhanu yang melihat tingkah Kayana yang diluar nalar itu hanya tersenyum dibalik kacamata tebalnya. Untungnya kacamata itu cukup tebal hingga dapat menutupi tatapannya yang mendamba Kayana.

Beberapa menit berselang terdengar panggilan dari arah tas Kayana. Ramandhanu memincingkan matanya penuh curiga namun tetap memberi ruang pada Kayana untuk menjawab panggilan tersebut. Lagipula ia tidak punya hak untuk ikut campur dalam hidup Kayana. Ah, atau belum.

Ya, belum saatnya ia ikut masuk dalam hidup wanita itu.

Ramandhanu masih harus mengikuti keinginan orang tuanya untuk mengurus cabang perusahaan sebagai konsekuensi dari pilihannya untuk bersama dengan orang yang diinginkannya. Ia masih harus bersabar untuk mendapatkan Kayana.

RAMAYANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang