BAB VI

10.5K 506 9
                                    

Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta, Tanggerang

Minggu [20.30 WIB]

Ramandanu tiba di bandara Soekarno Hatta pada pukul 08.30 malam. Penerbangan yang cukup lama bagi Ramandanu tapi cepat bagi penumpang lainnya seperti pilot, pramugari, dan tentunya Reza.

Penerbangan Jakarta-Bali yang seharusnya memakan waktu 1 jam 45 menit hingga 2 jam itu mampu ditempuh hanya 1 jam. Catat, hanya satu jam!

Seharusnya Ramandanu lebih bersyukur mereka tiba lebih awal, namun pewaris Widjaya Corp itu seperti tidak mengenal kata puas dalam hidupnya.

Terbukti saat penerbangan berlangsung Reza melihat atasannya itu memesan jet baru yang harganya membuat Reza tercengang. Bahkan jika organnya dijual ditambah gajinya seumur hidup, Reza tetap tidak akan mampu membeli kendaraan berharga fantastis tersebut.

Reza memang tidak tahu kenapa Ramandanu membeli jet baru, padahal Ramandanu sudah memiliki banyak jet pribadi. Menurut Reza, kenapa seseorang harus menyia-nyiakan uang triliunan untuk membeli banyak barang dengan fungsi yang sama?

Tapi setiap Reza memiliki pikiran seperti itu, ia akan ingat perkataan Ramandanu yang membuatnya cukup terkejut.

"Tidak apa-apa kehilangan sedikit uang daripada kehilangan seorang relasi", kata Ramandanu.

Dan Reza tetap bingung setelah mendengarnya. Definisi sedikit bagi atasannya itu yang seperti apa? Kenapa dengan entengnya atasannya itu mengatakan jet seharga triliunan itu sedikit?

Melihat muka Reza yang masih tidak paham Ramandanu kembali melanjutkan perkatannya yang akhirnya membuat Reza paham dunia orang kelas atas.

Benar-benar definisi dari 'Time is Money' artinya jika jet seharga triliunan itu mampu membuat mereka tiba lebih cepat maka uang triliunan yang dikeluarkan sepadan. Karena orang cerdas tidak akan khawatir uangnya berkurang tapi khawatir bila relasi atau kolega kerja mereka hilang.

Untuk apa khawatir dengan uang yang berkurang bila setiap detiknya uang mengalir di rekening Ramandanu. Dan uang itu tidak akan mengalir deras tanpa bantuan relasi.

Reza harus banyak-banyak bersyukur karena dapat merasakan naik jet pribadi gratis meskipun bukan ia yang menjadi pemiliknya.

"Pak direktur, mobilnya sudah disiapkan." Ucap Reza sambil berjalan di belakang mengikuti Ramandanu.

"Silakan tuan muda." Kata seorang bodyguard yang membukakan pintu belakang mobil.

Tanpa membuang waktu Ramandanu masuk ke dalam mobil disusul Reza yang duduk di bangku depan mobil. Seperti sudah tahu kemana tuan mudanya pergi, sopir menjalankan mobil tanpa diperintah tuannya.

Setelah menempuh perjalanan yang tidak kurang dari 30 menit. Mobil itu masuk ke halaman keluarga Hartanto yang tampak meriah. Benar-benar khas pesta.

Ramandanu memasuki pesta diikuti Reza di belakangnya. Beberapa pasang mata memperhatikan keduannya hingga hampir seluruh tamu memperhatikan mereka saat seorang wanita berjalan mendekati mereka dan menarik Ramandanu.

Reza sudah akan menarik wanita itu menjauh tapi Ramandanu menghentikannya.

"Tolong bekerja samalah," bisik wanita itu yang hanya dapat didengar oleh Ramandanu.

Ramandanu diam dan mengikuti langkah wanita tersebut yang berhenti di depan kerumunan tamu. Dengan memeluk lengannya, wanita itu mengeluarkan kalimat mengejutkan dari bibir merahnya.

"Perkenalkan, pria ini adalah kekasih saya."

***

Kediaman Hartanto, Jakarta

RAMAYANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang