BAB XXVII

6.6K 306 5
                                    

Perusahaan Widjaya, Jakarta.

Jumat [18.33 WIB]

Menghembuskan nafas berulang kali telah Kayana lakukan. Dengan tatapan tajamnya, pandangannya tidak terlepas dari sosok seorang wanita dan pria di depannya.

Berbagai pujian terdengar dari orang-orang yang berlalu lalang. Tidak mengherankan jika melihat dari visual keduanya yang pantas diberi apresiasi.

"Bukankah pria di sebelah wanita bergaun biru itu tampan?"

"Pria di arah jam 2 kan?"

"He's so fine....."

"Beruntung sekali wanita yang ada di sebelahnya."

Dan sederet pujian lainnya yang masuk gendang telinga Kayana.

Berbeda dengan pujian lovey dovey yang ada di depannya, suasana di sekitar Kayana menjadi suram karena rekan kerjanya.

"Bagaimana bisa dia pergi dengan wanita lain sedangkan istrinya berada di acara yang sama dengannya?" Sinis Siska tajam.

Bukan hanya Siska saja yang bersikap kasar, seluruh karyawan departemen keuangan turut bersikap demikian disertai tatapan tajam mereka yang tidak tertinggal saat melihat Elisa yang menggandeng tangan Ramandhanu.

Sikap respek yang selama ini mereka tunjukkan pada direktur utama itu berbanding terbalik saat Ramandhanu dan Elisa tiba di pesta perayaan malam ini.

Alih-alih menggandeng istrinya, Ramandhanu justru menggandeng tangan Elisa yang menjadi model utama dari proyek perusahaan yang telah berjalan dengan sukses.

"Padahal udah sukses tapi masih ngebet sama suami orang. Dasar pelakor!" timpal karyawan lainnya yang juga tersulut emosi.

Perselingkuhan memang menjadi hot topic dimana pun dan kapan pun itu. Tak jarang orang lain ikut mencaci pelaku perselingkuhan meski tidak memiliki hubungannya dengan mereka.

Namun sebagai sesama manusia mereka akan saling berempati.

Kayana masih teringat jelas akan ucapan Ramandhanu yang memilih untuk pergi dengan Elisa karena ketakutan Elisa akan keramaian.

Mendengar alasan klasik itu tentu membuat Kayana hampir menyemburkan minumannya.

Yang benar saja?

Elisa adalah seorang aktris dan model yang menjadi top tier di Indonesia. Dengan popularitasnya ia memiliki fans yang tak terhitung jumlahnya.

Bagaimana bisa dia menghadapi fansnya jika memiliki katakutan di keramaian?

Apakah mereka sedang berusaha untuk membuat Kayana tertawa?

Namun alasan penyerangan Elisa saat dikeramaian membuat Kayana menyerah dan membiarkan Ramandhanu menemani Elisa.

Tidak ingin terus diliputi oleh aura negatif Kayana memilih untuk pergi dan menikmati berbagai macam hidangan yang disediakan.

Keinginan Kayana yang ingin menenangkan dirinya itu harus kandas kala orang-orang di dekatnya terus berbisik membicarakan Ramandhanu dan Elisa.

Kayana memutar kedua bola matanya malas meski dalam hati ia mengakui bahwa malam ini Ramandhanu sangat atraktif.

Kancing atas kemeja navy yang terbuka dengan balutan jas grey merupakan sebuah dosa disaat dia telah memiliki rupa yang menawan.

Bagaimana tidak jika setiap ia bernafas, para wanita akan menjerit menyukainya.

Saat sedang menikmati dessertnya, sebuah suara yang cukup akrab terdengar.

"Ramandhanu sangat menarik ya?"

"Iy-" Menyadari sesuatu yang salah Kayana langsung menoleh ke asal suara di sampingnya.

"Haloo..." Sapa seorang pria ramah yang tidak asing bagi Kayana. Pria manipulatif yang sangat ingin Kayana hindari, Hendra Rai Hartanto.

Kayana menghembuskan nafas untuk menetralisir emosinya. Dengan senyum lima jarinya Kayana mengangguk dan berniat untuk pergi jika saja Hendra tidak menahan lengannya.

"Tunggu sebentar, ada beberapa urusan yang harus kita bicarakan."

"Namun tidak ada yang ingin saya bicarakan bersama anda." Balas Kayana sarkas, berharap pria keras kepala itu memahami maksudnya.

Tapi memang dasarnya bebal. Meskipun mengetahui tujuan Kayana, Hendra tetap menahannya.

Hah, arogan sekali!

Tumbuh sebagai putra tunggal keluarga Hartanto membuat segala keinginannya terpenuhi dari kecil. Egonya yang sangat tinggi akan melukainya jika menerima penolakkan dari orang lain.

Kayana bertanya-tanya bagaimana selama ini istrinya menghadapi seorang Hendra.

Sungguh tingkat kesabaran yang diluar batas!

Setelah membawanya ke sudut ruangan yang sepi Hendra berucap, "Mengapa kamu tidak mendampingi Dhanu malam ini?"

Pertanyaan tidak berbobot apa lagi ini. Mengapa pria di depannya ini sangat penasaran dengan urusan rumah tangganya.

Menggangu sekali!

"Saya rasa pertanyaan ini bukan ranah anda lagi."

Hendra menyibakkan rambutnya, rasa frustasi terpampang nyata di wajahnya. Dengan penekanan ia berucap, "Hah! Oke... kita balik pertanyaannya. Kenapa kamu mengizinkan Elisa mendampingi Dhanu?"

Kayana menaikkan sebelah alisnya heran. Mengapa Hendra sangat memaksanya untuk menjawab.

Kayana kembali melihat di ruang aula dimana Ramandhanu dan Elisa tengah berbincang hangat dengan beberapa kolega yang mengelilinginya.

Gaun biru elegan yang dipakai Elisa menambah kesan dewasa. Sangat serasi dengan pakaian yang Ramandhanu kenakan.

Jika orang awam yang melihatnya, mereka akan dengan mudah menyimpulkan bahwa Ramandhanu dan Elisa adalah pasangan.

Ditambah suasana yang ramah dan penuh cinta bak musim semi seakan menjadi pendukung yang mewarnai hubungan mereka membuat Kayana tersenyum kecut.

"Jika mas Dhanu menginginkannya, aku tidak bisa mencegahnya." Kata Kayana santai berbanding terbalik dengan suasana hatinya yang sangat rancu.

"Dhanu menginginkannya? Are you serious?"

"Dia bukan bayi lagi! Jika tidak ingin, dia bisa menolaknya." Tuntas Kayana dingin.

Sejujurnya Kayana lelah dengan pertanyaan ini. Kenapa jadi ia yang dicecar oleh Hendra. Padahal Kayana mencoba menutupi kegelisahan hatinya dengan bersikap santai. Namun desakkan Hendra justru memancingnya.

Dimana pun Kayana berada, bahkan di sudut pesta ini sekalipun ia selalu dicecar dengan pertanyaan yang sama.

Demi apapun Kayana sangat lelah!

Bukan salahnya jika Ramandhanu lebih memilih dengan Elisa dibanding dirinya.

Ya, ia tidak bisa memaksakan kehendak seseorang. Sekeras apa pun ia berusaha, jika bukan dia yang Ramandhanu mau maka ia tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Kayana berniat pergi menenangkan hatinya namun suara lirih Hendra menahan langkahnya.

"Maaf.... aku sudah memaksamu. Tapi satu hal yang perlu kamu tahu jika Elisa sangat terobsesi dengan Ramandhanu. Dia mengincar posisimu."

Seolah tidak mendengar kalimat terakhir yang Hendra lontarkan, Kayana melanjutkan langkahnya kembali pergi meninggalkan aula pesta.

***

RAMAYANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang