BAB X

9.8K 503 3
                                    

Ramandanus Penthouse, Jakarta

Senin [16.10 WIB]

Arjuna Wicaksono. Sesuai namanya pria yang menjadi pengacara pribadi Ramandanu itu sangat tampan dan bijaksana. Wajahnya tidak kalah tampannya dari Ramandanu dan senyum bersahabat yang terukir diwajahnya membuat seolah-olah setiap perkataan yang keluar dari mulutnya entah kenapa dapat dipercaya. Sungguh pria yang matang.

"Berhenti melihatnya dia bisa berlubang dengan tatapanmu." kata Ramandanu tajam.

Kayana tersentak dan sadar dari kegiatan memalukannya yang menatap pria dengan tatapan seperti menilai ikan di pasar.

"Oh, maafkan saya." Ucap Kayana merasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Wajar bagi anda melakukannya, kita belum berkenalan jadi tidak salah jika anda memperhatikan saya yang masih asing ini." Kata Arjuna tenang. Tidak ada intonasi yang dingin atau mengintimidasi seperti Ramandanu.

"Ah, benar kita belum berkenalan. Saya Kayana." Ucap Kayana formal dengan senyum bisnisnya seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Namun sebelum tangannya dipegang oleh Arjuna, Ramandanu sudah menarik tangannya dan melemparkan tatapan permusuhan pada Arjuna.

"Hahaha, sepertinya akan sulit berkenalan seperti orang normal lainnya jika ada orang pencemburu disini." Ucap Arjuna santai. Senyum diwajahnya sangat cerah berbanding terbaik dengan ucapannya.

Bagi Kayana yang berkecimpung didunia bisnis kata sindiran itu sangat wajar ditemui. Arti dari perkataan Arjuna itu 'sulit berkenalan karena ada orang pencemburu yang tidak normal, bukankah begitu?'

Sekarang Kayana menjadi lebih yakin bila orang itu adalah pengacara. Akan sangat sulit mempercayai orang yang mudah tersenyum seperti Arjuna sebagai pengacara. Namun Arjuna yang tersenyum sambil mengeluarkan kalimat sindiran itu lebih dari kualifikasi sebagai pengacara.

Dari kejauhan Reza menahan tawanya melihat tontonan epic ini. Seharusnya Reza membawa popcorn untuk menonton drama ini. Akhirnya ada lawan yang sebanding dengan atasannya dalam berkata-kata pedas.

Kayana menghambuskan nafas kesal. Semua pria ini tidak ada yang normal. Ramandanu yang posesif gila, Arjuna yang mirip psikopat, dan Reza yang malah menikmati kegilaan ini.

Mereka yang gila apa dunia yang gila?

Kayana memijat keningnya. Merasa pusing menghadapi hal ini.

"Bisakah kita mulai saja apa yang akan kita lakukan?"

Semua pria itu menghentikan kegilaanya dan memandang Kayana kaget. Kayana memandang semuanya tajam, pandangan yang selalu Kayana gunakan untuk menekan anggota tim dan kliennya yang kurang ajar. Setahu Kayana tatapan dan intonasinya itu merupakan kombo sempurna untuk membuat orang mengikuti keinginannya.

Dan berhasil, ketiga pria itu kembali ke mode normalnya dan bersikap professional.

"Ekhm, baiklah, sesuai yang diminta oleh pihak pertama sebagai pengaju perjanjian ini maka akan dibuat surat perjanjian pra nikah antara pihak pertama, tuan Ramandanu Hadi Widjaya dan pihak kedua, nona Kayana Sekar Wardani. Untuk detailnya silakan kedua pihak mengajukan ketentuan masing-masing." Kata Arjuna sambil mengeluarkan kertas yang telah berisi format penulisan.

"Kayana apa yang kamu inginkan dari pernikahan ini supaya pernikahan ini berjalan dengan baik?" kata Ramandanu.

"Tidak ada perselingkuhan dan tidak ada kekerasan dalam rumah tangga baik secara verbal maupun non verbal." Ucap Kayana tegas.

Baik Arjuna maupun Reza memandang Kayana heran. Untuk ukuran pernikahan konglomerat, syarat dari Kayana sangatlah sederhana. Biasanya orang yang menjadi diposisi Kayana akan membahas tentang keuangan terlebih dahulu. Itu yang selalu Arjuna temui sebagai pengacara dan cerita dari rekan kerjanya yang lain.

RAMAYANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang