BAB XXXIX

9.4K 448 13
                                    

FLASHBACK

Perusahaan Widjaya, Jakarta.

Kamis [11.26 WIB]

Ramandhanu merapikan berkas-berkas yang berserakan di meja kerjanya yang sempit itu. Menghembuskan nafasnya kesal saat beberapa berkas tidak sesuai satu sama lainnya. Mengutuk senior dalam hatinya terdalam kerena telah memberinya pekerjaan yang berlebihan.

"Sialan..." rutuk Ramandhanu lirih.

Gerakan tangan Ramandhanu terhenti tatkala mendengar beberapa seniornya membicarakan seseorang yang baru-baru ini menjadi buah bibir di perusahaan. Ramandhanu mendongakkan kepalanya dan membenahi kacamatanya melirik seniornya itu.

"Dia mengerjakan pekerjaannya dengan baik," ucap salah seorang senior yang dibalas anggukan oleh temannya yang lain.

"Baik IQ maupun EQ-nya sangat baik."

"Ya, dia dapat menyajikan data dengan baik, kemampuan public speaking-nya juga mumpuni." Timpal senior lainnya.

Ramandhanu memutar bola matanya malas, lagi-lagi persoalan ini. Ramandhanu sejujurnya tidak mengenal siapa orang yang dimaksud seniornya itu. Seorang wanita magang yang baru bekerja 4 bulan itu banyak menjadi pembicaraan hangat di lingkungan tempatnya bekerja.

Banyak berita baik tentangnya membuat Ramandhanu sedikit meragukan berita itu. Bukankah sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak berita yang dilebih-lebihkan akhir-akhir ini?

Ramandhanu berlalu menuju pantry kantor berencana membuat kopi untuk menghilangkan kantuknya. Pekerjaannya yang berat membuatnya begadang semalaman untuk mengejar deadline.

Dengan kopi hitam di tangannya Ramandhanu berjalan menuju lift hendak mencari angin segar di rooftop perusahaan. Namun entah kesialan apa yang terjadi padanya, Ramandhanu menabrak seseorang di lorong perusahaan hingga kopi itu tumpah.

Sial sekali hari ini!

"Ah, apaan ini..." kata seorang wanita yang ditabraknya.

Ramandhanu serasa ingin mengucapkan makian namun bibirnya terhenti saat matanya melihat pakaian wanita itu telah basah oleh kopi hitamnya yang tumpah. Dengan segera Ramandhanu membawa wanita itu untuk mengganti bajunya.

"Untuk sementara baju anda tidak bisa digunakan, silakan pakai baju ini." Ramandhanu menyodorkan baju yang terlipat rapi pada wanita itu.

Melihat wanita itu yang tidak segera mengambil bajunya, Ramandhanu kembali melanjutkan. "Ini baju bersih yang belum pernah saya gunakan hanya saya simpan sebagai cadangan."

Semburat merah timbul di pipi putih wanita itu, tanpa ragu dia mengambil baju di tangan Ramandhanu dan masuk kamar mandi untuk berganti pakaian.

Dengan tenang Ramandhanu menunggu wanita itu berganti. Setelah beberapa menit berlalu, wanita itu keluar dengan kaos polo navy yang tampak oversize di tubuh mungilnya. Ramandhanu menghela nafas dan menyodorkan uang pada wanita itu.

"Untuk apa?"

"Biaya loundry." Jawab Ramandhanu singkat, padat dan jelas.

Wanita itu tampak bingung dan menolak uangnya, "Ini sangat banyak. anda tidak perlu membayar, lagi pula anda telah meminjamkan saya baju ini."

Ramandhanu mengerutkan keningnya bingung dengan sikapnya. Antara polos atau bodoh wanita di depannya itu, bukankah menerima uangnya ia malah menolak.

Ah, Ramandhanu tau apa yang ada dipikiran wanita itu. Tanpa mengucapkan kata lebih lanjut, Ramandhanu mengambil dompetnya di saku celananya dan menarik beberapa lembar berwarna merah. Kembali menyodorkannya pada wanita di depannya itu.

RAMAYANA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang