Hari ini Bi Tinah kembali bekerja di rumah Bella, baru semalam ia sampai di Jakarta setelah pulang kampung ke Solo.
Bi Tinah mengetuk pintu kamar Bella, karena jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Namun, majikannya itu belum terlihat keluar kamar sedari pagi.
"Non Bella, sudah setengah tujuh. Non udah bangun?"
Tak mendapat tanggapan dari dalam, Bi Tinah kembali mengetuk pintu di depannya, kali ini ketukannya lebih kencang.
Belum juga mendapat respon dari Bella. Bi Tinah harus mengalihkan kegiatannya dulu karena suara bel yang berbunyi.
"Eh, Bi Tinah udah balik."
Bi tinah tertawa pelan, "Iya, eh, Mas Gara ke sini pasti mau jemput non Bella, ya?"
Sagara menangguk seraya memainkan kunci motor miliknya, "Iya dong, Bi."
Melihat pergerakan yang seperti sedang terjadi sesuatu, Sagara memasukan kunci motornya pada saku jaket miliknya, "Kenapa, Bi?"
"E-ee, anu Mas, non Bella kayaknya entah masih tidur atau gimana, tapi dari tadi saya udah bangunin cuma gak ada respon." jelas Bi Tinah.
Sagara terkejut mendengar jawaban Bi Tinah, "Hah! Serius Bi?" tanya Sagara. "ya udah kalau gitu kita cek ke kamarnya, Bi?"
Kini Sagara dan Bi Tinah sudah berada di depan kamar Bella, Sagara mencoba untuk mengetuk pintu kamar Bella. Namun, sama saja, masih tidak ada respon. Setelahnya Sagara memegang knop pintu dan membukanya.
"Nggak di kunci Bi," kata Sagara. Kemudian ia membuka lebih lebar pintunya, Sagara dan Bi Tinah mematung juga saling menoleh ketika melihat Bella duduk dengan mata terpejam di bawah kasurnya. Terlihat ia tengah memeluk Foto bersama orang tuanya yang sudah wafat.
Sagara mendekat, ia berjongkok untuk menyamakan posisinya dengan Bella, Sagara berusaha mengalihkan pikiran-pikiran buruknya.
"Bel," panggilnya seraya menyentuh bahu Bella.
"Sayang, bangun."
"Bell," suaranya mulai bergetar, rasa takutunya semakin dalam.
"Bella." panggilnya lagi dannnn....
~°~°
Dengan rasa cemas yang menghantui. Ebi juga Ibunya bergegas pergi ke Rumah sakit.
Ya Allah. Tolong, Tolongg lindungii Bella.
Jaga dia Ya Allah. Beri kekuatan untuknya. batin Ebi.Ya Allah. Semoga ini bukan karena leukemianya. Jaga dan lindungi Bella, Tuhan.
batin Lia dengan mata yang berkaca-kaca juga hati yang hancur.Sesampainya di Rumah Sakit. Lia dan Ebi segera menuju ruang IGD. Terlihat seorang pria tengah tertunduk lesu pada kursi yang tidak jauh dari ruang IGD.
"Gar, Sepupu gue gimana?" tanya Ebi
"Sagara, gimana kondisinya Bella?" Lia ikut bertanya.
Sagara mendongakan kepalanya, Ia menelan salivanya. "Bi, Bella bi...." ucap Sagara yang terlihat menahan tangisnya.
"Bella kenapa?"
Sagara berdiri kemudian membuang tatapannya ke sembarang arah, tanganya mengusap cairan bening yang keluar dari kelopak matanya.
"Bella kenapa, Sagara?" Lia yang semakin khawatir atas keponakan satu-satunya itu berdiri di hadapan Sagara.
Sagara menudukan kepalanya, "Bella..., Koma tante." ucapnya dengan mata terpejam.
Lemas, Lia menjatuhkan tubuhnya pada kursi di belakangnya.
"Kok bisa, kenapa Gar?" Ebi yang sudah menangis, menangkup wajah Sagara yang terlihat sudah basah karena air mata.
Sagara menggelengkan kepalanya, Tak lama datang seorang perawat menghampiri mereka.
"Maaf, keluarga pasien atas nama Bella?"
"Iya. Saya kakaknya." ucap Ebi
"Gimana keadaan Bella?" sambungnya
"Boleh ke ruang Dr. Salsa. Mas."
"Baik, terima kasih."
Sagara mengerjapkan matanya, ia kembali duduk pada kursi tadi setelah Lia dan Ebi meninggalkannya.
"Bel, Maaf...." lirihnya
"Kalau semalem aku dateng pasti kamu nggak bakal keyak gini, Maaf. Ini semua salah aku."
"BODOH!" umpatnya pada diri sendiri.
"BEGO!" sambungnya seraya memukul kepalanya sendiri.
"Kalau terjadi apa-apa sama Bella, gue gak akan bisa maafin diri gue sendiri."
Sagara berdiri ketika pintu IGD terbuka dan menampakan Gadis yang sangat ia cintai terbaring lemah pada brankar rumah sakit. Terpasang alat bantu pernapasan di hidungnya.
"Sus, Bella mau dibawa kemana?" tanyanya
"Ke ICU mas, karena kondisi Bella semakin melemah, maaf kalau gitu kami perimisi." ucap Satu dari tiga suster yang ditugaskan untuk memindahkan Bella ke ruang ICU.
~°~°
"Gar, kamu kenapa?" tanya Alana.
Sagara masih diam, ia hanya memijat pelan kepalanya yang terasa pening akibat belum makan apapun dari pagi.
"Anak tampannya bunda, kenapa nak?" tanya Alana lagi. Yang kini sudah duduk di samping Sagara.
"Bella sakit, Bun."
Alana diam sejenak sebelum membalas ucapan Sagara. "Sakit?" tanya Alana menaikan sebelah alisnya guna menanyakan apakah sakit Bella karena leukemia yang di derita oleh Bella atau hanya sekedar sakit biasa.
Sagara menganggukan kepalanya. "Semalam dia nelpon abang, tapi gak abang angkat karena HP abang, abang silent. Jadi abang gak tau kalau Bella telpon, terus pas abang buka HP ada banyak miscall sama chatt dari Bella." jelas Sagara..
"Oke, lalu?"jawab Alana
"Terus langsung abang telpon balik tapi nggak di angkat. Kayaknya dia udah tidur, soalnya abang telpon baliknnya jam tiga pagi."
"Astaga, abang. Ya jelas udah tidur lah jam segitu." timpal Alana.
"Terus isi chatnya apa?' sambung Alana.
Sagara merogah saku celananya, kemudian mengambil benda gepeng di dalamnya untuk diberikan kepada Alana.
Kira-kira apa yaaa isi chattnya, penasaran gasieeee, next chapter yaa sobatt xixi.
Jangan lupa vote komennya yaaaw
Love u all🤍🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (AKHIR)
RomancePeople will come, then it will change, and in the end it can leave, but not with memories. "Tidak ada yang abadi kecuali..., kenangan." Instagram: @ninanrsyh_