67

94 25 40
                                    

Suasana duka masih menyelimuti rumah Bella. Pengajian malam pertama berjalan dengan lancar, semua tamu sudah pulang. Sekarang hanya menyisakan sahabat Bella juga inti Aefar.

"Gue masih nggak nyangka banget Bella udah nggak ada." Wanita dengan tudung hitam yang ia selempangkan di bahu itu mengambil foto Bella yang berada di atas meja didekatnya.

Uzma yang ada di dekatnya ikut memandang seseorang yang abadi di dalam foto tersebut.

"Sama Ret, gue juga mash nggak percaya banget." ucapnya seraya mengelus foto Bella.

Ziya berdiri dari duduknya, mengambil alih foto Bella dari tangan Retta. "Sehebat itu ya? kekuatan waktu. Beberapa minggu belakangan ini kita masih bercanda bareng, ketawa bareng, bahkan kita masih jalan bareng. Yang biasanya kalo ngobrol bisa langsung tatap muka, sekarang cuma bisa lewat doa. Sekarang cuma lo yang bisa liat kita, Bel. Kita udah nggak bisa liat lo lagi...." papar Ziya yang kemudian mendapat pelukan hangat dari dua sahabatnya.

"Ikut," ucap Riana merentangkan tanganya.

"Sini-sini."

"Pelan-pelan kita ikhasin Bella, ya, cukup kemarin aja kita egois buat maksa Bella lawan penyakitnya padahal dia udah cape banget. Sekarang kita nggak boleh ngeberatin dia di sana karena kita terlalu berlarut dalam kesedihan." kata Riana.

"Bener tuh apa yang di bilang Riana," timpal Arhan. "apalagi lo berdua." sambungnya menepuk bahu Sagara dan Ebi yang duduk di samping kanan kirinya.

Edwin yang dari tadi hanya diam menyimak, kini sudah bangkit dari duduknya, tapa permisi ia pergi keluar rumah setelah melihat notif chat di handphone miliknya.

"Bokap lo mau kemana tuh, Bi?" tanya Theo

Ebi mendelikan Bahunya, Lia yang melihat itu merasakan ada keanehan yang terjadi.

"Biar ibu yang susul," ucap Lia

Di luar terdapat Tama, David dan Jeslyn. Hal tersebut sontak membuat Edwin terkejut.

"Kalian ngapain ke sini?" tanya Edwin, matanya menelusuri setiap sudut rumah Bella, memastikan tidak ada yang melihat mereka.

"Lagiann Daddy nggak ada kabar." jawab  Tama

Pernyataan tersebut membuat Lia membeku di depan pintu. Daddy, maksud anak itu apa? batin Lia

Melihat hal itu Ebi dan yang lain menyusul Lia, untuk memastikan tidak ada hal buruk yang terjadi.

Edwin Gunawan yang diketahui sebagai suami dari Lia atau Ayah tiri Ebi merupakan satu orang yang memiliki dua identitas. Tidak ada yang tahu bawa dirinya juga merupakan orang dari pemilik nama Duta Alexandar. Ayah kandung dari Pratama Alexandar. Yang merupakan saingan bisnis Hansen. Sedangkan Tama sendiri merupakan musuh dari Sagara. Kedua klub motor yang mereka ketuai saling bertolak belakang.

Belum sempat Ebi bertanya, Lia menangkat tangannya. Memberi tanda agar Ebi jangan berbicara dulu.

"Jadi gimana, kapan kira-kira kita bisa kuasain semua harta peninggalan keluarganya Bella?"

Mendengar hal ini, mereka saling menoleh satu sama lain. Setelahnya Ebi dan Lia  mendapat tatapan penuh tanda tanya dari Sagara dan yang lainnya.

"Maksudnya apa?" bisik Sagara yang sudah mencengkram tangan Ebi.

"Gar,"  Arhan melepaskan cekalan tangan Sagara dari Ebi.

Mereka masih berdiam di balik pintu, mendengarkan percakapan yang tengah berlangsung di baliknya.

"Tentu aja secepatnya, kita tunggu waktu yang tepat."

"Tapi sekarang kalian pergi dari sini. Lia dan teman-temannya Bella masih di sini."

"Terus Daddy kapan ninggalin Ebi sama ibunya itu? dan mengakhiri semua drama yang lagi kita jalanin ini?" tanya Tama

"Sebentar lagi, setelah Daddy berhasil mengalihkan semua aset milik Hansen menjadi atas nama Daddy mereka akan Daddy tinggalkan."

"Kita dapet bagian juga kan, Om?" tanya David

"Saya sama pacar saya juga kan ikut serta dalam peneroran keluarga Bella." lanjutnya

"Ya, tentu. Kalian dan seluruh anggota Rawindra akan mendapat bagian."

Duta tersenyum penuh kemenangan. "Setelah semuanya sudah menjadi milik saya, termasuk rumah ini, saya akan berikan bagian kalian," bisik duta yang masih bisa di dengar oleh Lia dan yang lainnya.

"Siapa bilang semua itu akan menjadi milik Anda?" ucap Ebi seraya keluar menghampiri Duta, dikuti oleh Lia juga teman-temnnya.

"Jadi, selama ini tujuan kamu menikahi aku itu karena ingin menguasai harta adik ipar aku?"

Kehadiran Ebi, Lia dan yang lainnya membuat mereka tersentak kaget. Dirasa sudah tidak perlu disembunyikan lagi, Duta mendekat kepada Lia.

"Iya, memang itu tujuanku. Kenapa, kaget ya?" Duta menaikan sebelah alisanya.

"Hai saudaraku," sapa Tama pada Ebi.

"Apaan sih, nggak usah pegang-pegang." Ebi membuang tangan Tama yang merangkul bahunya.

"Maksudnya apa ini, Tante, Ebi?" tanya Sagara

"LO KERJASAMA SAMA MEREKA." ujar Aksel mendorong Ebi.

Ebi membuka mulutanya. "Apaan sih, gue bahkan baru tau kalau dia ini bokapnya Dia," jawab Ebi menunjuk Duta kemudian Tama.

"Nggak usah alesan. Ternyata lo busuk juga ya," tuduh Hans

"EH JAGA YA MULUT LO." balas Ebi tak terima.

"Mana mungkin gue khianatin sepupu gue sendiri."

"Nggak ada yang nggak mungkin, buktinya bokap lo sendiri?" kata Theo

Uzma beralih dari tempat awalnya, menjadi berdiri di hadapan Ebi. "Bi, beneran? aku nggak nyangka banget sama kamu, sumpah." Uzma yang kemudian pergi meninggalkan rumah Bella.

"Nggak sayang, aku beneran nggak tau."

"UZMA," teriak Ebi kerena Uzma sudah menjauh darinya.

"Gila lo, ya." umpat Retta yang ikut menyusul Uzma diikuti juga dengan yang lain.

"Gar, lo percaya sama gue kan?" ucap Ebi beralih kepada Sagara yang sudah menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Gua bener-bener gak nyangka sama lo, Bi. Bagus banget akting lo."

Ebi membuang napasnya pasrah, kemudian ia mengacak rambutnya frustasi. "PUAS LO HAH. PUAS!" Ebi mencengkram kerah Duta.








SEE YOU NEXT CHAPTER
Jangan lupa logo bintang di klik ya sobattt
Terima kasihh❤️❤️

SAGARA (AKHIR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang