Gagal

267 55 19
                                    

"Selamat malam kaachan......"

Naruto menggosok matanya yang basah akibat menguap, dan menunggu kecupan selamat malam di dahi dari ibunya.

Membungkuk, Hasina melakukan ritual yang sudah mereka lakukan sejak anaknya terbangun ketakutan oleh mimpi buruk, dan mencarinya dengan tubuh yang gemetar begitu kuat hingga mengkhawatirkan.

Dengan kecupan serta membalas selamat malam pada putranya, Hasina mematikan lampu dan keluar sebelum akhirnya menutup pintu perlahan.

Sesaat kemudian, dengan terhalangnya pandangan Naruto darinya, senyuman lembut keibuan Hasina pun menghilang.

"Aku akan menemanimu."

Tomo dengan pakaian miko nya muncul dari balik dinding, dan berjalan ke arahnya dengan tatapan yang tidak pernah berpaling sedikitpun darinya.

"Apa kamu mengkhawatirkan ku~ ?"

"Jangan berusaha bercanda disaat tanganmu gemetar seperti itu."

Tomo menyaksikan betapa tertekannya Hasina dari wajahnya.

Ketakutan, keraguan, kesedihan, dan–

"Pembunuhan pertama akan menjadi yang paling mendebarkan. Beberapa orang biasanya akan berakhir ketagihan atau trauma setelahnya, jadi aku akan ada disana untuk berjaga-jaga jika ada yang salah denganmu nanti."

Tekad.

Meski penuh dengan emosi negatif, Tomo menjadi sangat hormat pada tekad yang ada di mata wanita yang sekarang berada di hadapannya.

Entah berapa banyak keraguan dan ketakutan yang dia rasakan saat memegang senjata saat itu. Dia bahkan harus memaksakan diri, karena melindungi target adalah demi diri sendiri.

Tidak seperti Adelia yang berfikir untuk mendahulukan Naruto dan Kakashi diatas dirinya, dia sebaliknya, benar-benar murni manusia egois yang bergerak berdasarkan keuntungan di atas segalanya.

"Kamu sepertinya yakin aku dan Danzo akan saling membunuh satu sama lain."

"....... Mungkin harus ku katakan, berkat instingku yang terlatih, karena itu aku bisa berpikir seperti itu."

Akhirnya kedua orang itu pun pergi bersama.

***

Di malam yang gelap, dimana bahkan sinar bulan tidak mampu untuk menembus awan, dua sosok yang sangat mencolok saling berhadapan.

Wanita dan pria tua.

Mereka berdua memiliki wajah serius yang terlihat seperti akan memulai pertarungan kapan saja.

Bahkan seakan ingin mendukung suasana tersebut, tidak ada makhluk hidup satupun yang berani membuat suara, dan hanya angin berhembus yang membawa awan di langit pergi meninggalkan mereka berdua.

Tanpa penghalang, cahaya putih dari langit pun jatuh di tubuh dua orang itu seperti lampu sorot yang mengisi area panggung gelap mereka.

"Harus ku katakan. Kamu benar-benar berani mendatangiku di wilayahku sendiri wanita rubah."

"Aku sebenarnya tidak menginginkan ini, sungguh. Kau lah yang mema–"

Hasina menghentikan ucapannya saat dia tersadar bahwa dia hampir saja menjadi sosok orang yang paling dia benci saat mengatakan hal sebelumnya.

Tersenyum kecut, Hasina kembali menatap mata Danzo yang telah kebingungan dengan perubahan emosi yang sangat tiba-tiba pada wanita dihadapannya.

Awalnya, dia begitu putus asa seakan-akan tidak ingin menghadapinya, bahkan hingga ke tahap dia pikir wanita itu takut padanya. Tapi–

Dress Up System in NarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang