SEBELUM LANJUT BACA
VOTE DULU KUYY!!ෆ╹ .̮ ╹ෆ
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Rasanya Tania memutar waktu dari masa tk saja daripada harus berhadapan dengan hari ini.Ia rasanya tidak ikhlas sama sekali jika membiarkan Afzal pergi tapi ia tidak boleh egois karena tujuan Afzal bersekolah itu untuk cita citanya bukan untuk menuruti pacar.Begitu juga dengan dirinya mengingat dia anak pertama berarti ia tidak boleh gagal dan harus bisa diandalkan,jangan hanya memikirkan laki -laki saja.Tetapi tetap saja,selama ini Afzal telah mengisi sedikit rongga kekosongan dengan cerita indah yang beragam,jadi kalau dia pergi pasti akan terlantar begitu saja dan kosong kembali.Jika diisi dengan cerita yang lain pun rasanya akan berbeda,karena seindah apapun cerita yang diisikan tetap bukan cerita yang Afzal lukiskan.
Dengan gerakan yang lambat Tania mengemudikan motornya menuju stasiun kereta bersama Inda.Ya Inda,karena dia juga ingin mengantar Daniel setidaknya melihat ia berangkat dan pergi bersama gerbong besi itu.Namun bedanya,Inda nampak biasa saja dan menganggap ini semua hanyalah hal ringan karena ternyata salah satu guru di sana adalah paman Daniel yang dimana Daniel juga tinggal disitu bukan di asrama seperti Afzal dan Renvan.Jadi walaupun hampir 3 tahun lamanya tak bertemu ia masih bisa tetap berkomunikasi dengan lancar.Sedangkan Tania,sudahlah mau bagaimana lagi jalanin aja.
"Ta,ini langsung ke stasiun?"tanya Inda sedikit keras karena bising di tengah jalan.
"Iya,kenapa?mau mampir dulu kah?"tawar Tania.
"Nggak,cuma nanya.Lo tadi bawain hadiah nggak buat Afzal?"tanya Inda lagi.
"Gua cuma mau ngasih scrapbook,biar dia tahu seberapa jauhnya perasaan gua sama dia dan juga buat kenang-kenangan nanti kalau semuanya udah jadi cerita lama"jawab Tania sambil tersenyum getir.
"Lo harus kuat ta,ikhlas nggak ikhlas lo harus bisa melepas buat masa depan dia.Gua tau itu berat karena setelah ini nggak bakal ada lagi komunikasi satu sama lain.Lo juga harus yakin kalau Afzal akan kembali lagi,kan udah janji juga kan"ucap Inda menyemangati sambil menepuk pelan pundak Tania dari belakang.
"Tapi kan janji banyak yang ter ingkari nda"
"Emang Afzal pernah ngingkari janji janjinya sama lo selama ini?"
"Nggak pernah,dia selalu nepati janjinya apapun itu"
"Nah itu lo tau,maka dari itu lo harus percaya sama janji yang Afzal pegang.Seperti kata lo,Afzal bukan tipe yang gampang ingkar jadi percaya dan ikuti alurnya dunia ya,ok?"
"Hm,gua ikuti"jawab Tania lirih yang tentu saja tak terdengar oleh Inda.
Walaupun yang keluar mulut kata yang seperti itu tapi rasanya tetap saja tak tenang.Rasa takut,perih,dan nggak ikhlas bercampur aduk jadi satu.Rasanya sesek banget dan satu satunya yang bisa dikeluarkan hanya air mata lagi.Iya,Tania menangis lagi walau tak mengeluarkan suara tapi air matanya merembes lagi.Di pikirannya saat ini ialah hari ini adalah hari terakhir ia bertemu dengan Afzal dan tidak ada lagi kesempatan lain waktu kecuali nanti saat Afzal bersanding dengan yang lain dan melupakan dirinya.Hanya itu yang terus berputar-putar di kepalanya.
Hingga Inda yang melihat punggung Tania bergetar,mengelusnya pelan.Ia mengerti kenapa Tania sesedih ini,karena ia baru saja kehilangan ayahnya saat semester kedua di kelas 8 lalu ia dekat dengan Afzal yang notabenenya orang yang ia sukai dan Afzal pun membalasnya dengan perasaan yang lebih dari cukup,bahkan sudah seperti rumah bagi Tania.Lalu saat Tania sudah nyaman Afzal pergi untuk mengejar impian yang telah didamba-dambakan.Bukan hanya Afzal saja tapi juga teman yang lain yang harus berpisah karena masa depan.Seandainya kita tidak perlu memilih salah satu tentu kita akan tetap bersama,tapi itu mustahil karena hidup berjalan karena sebuah pilihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay?
Teen FictionKisah tentang Tania dan Afzal di akhir masa biru putihnya.Cerita dari dua rasa yang sama dan berkahir dengan sebuah janji dari Afzal.Bukan berakhir lebih tepatnya bersambung karena mungkin masih ada lanjutannya.Kelanjutan dari semuanya tergantung da...