The Chasing Thunder

2.2K 217 13
                                    

"Inmyeon, berikan buku tugasmu padaku -0-" Dasar. Dia sama saja dengan laki-laki malas lainnya. Bagaimana bisa dia memerintahku seenaknya begitu dia sampai dikelas?

"Ne," percuma saja aku menggerutu. Pada akhirnya kemauannya pasti kuturuti.

Hmm bel masuk masih 10 menit lagi. Aku sangat bosan. Ohya, kalau dipikir-pikir apa Jongin sudah hilang ingatan tentang kejadian kemarin? O_O Huhuhu mengingat kejadian kemarin membuat jantungku berdetak sangat cepat. Seperti.. Ketika bersama dengan Chanyeollie..

Ah sudahlah. Untuk apa kuingat-ingat lagi? Lebih baik aku tiduran..

Ϟ

"Inmyeon, bangun!" Huh apasih? Dasar anak aneh, menggangguku terus.

"Inmyeon!" Kali ini suara Jongin terasa sangat dekat ditelingaku. Pundakku juga diguncang perlahan olehnya. Dan samar-samar, aku mencium aroma tubuhnya. Tunggu, sedekat apa dia saat ini?? Uh apa boleh buat, aku memutuskan untuk membuka mataku.

Heuk o_o Sudah ada seonsaengnim rupanya. Untung Jongin mendirikan buku paket untuk menutupiku.

"Baguslah, kau bisa bangun," celotehnya sambil menjauhkan tubuhnya dari pundakku. Memang dia kira aku beruang hibernasi?

Pergantian pelajaran masih satu jam lagi. Ampun, ceramahnya benar-benar membosankan. Hmm Jongin, dia sedang apa? Dia mencatat sesuatu? Segera kulihat apa yang ditulisnya.

Ah ternyata dia masih menyalin buku tugasku.

"Apa lihat-lihat?" Dia menangkapku dari sudut bola matanya.

"Kau lama sekali," ejekku sambil mengeluarkan buku pelajaran dari tasku.

"Ini banyak," tanpa berpaling melihatku, dia bergegas menyalin.

Hmm, dia masih Jongin. Bukan Kim Kai yang menakutkan itu. Andai dia bisa terus menjadi Jongin yang imut tanpa menakutiku lagi T^T Dia, tidak membahas tentang kemarin samasekali. Apa ini tidak apa-apa? Akan sangat seram jika wajah lainnya muncul lagi.

Ϟ

13.40

"Jongin!" Panggilku padanya ketika kami keluar kelas.

"Oh," Dia menoleh padaku.

"Berapa nomor ponselmu?"

"Kemarikan ponselmu," tanpa bertanya apapun, aku langsung menurutinya. Dia lalu mengetikkan deretan angka di ponselku, lalu menyimpan kontaknya. Dan dia juga menelepon nomernya sendiri. Seketika setelah tersambung, dia langsung mematikan panggilannya. Ah.. itu, supaya dia mendapatkan nomorku juga?

"Sudah~" Dia mengembalikan ponsel ke tanganku.

"Kau, mau kemana?" Jongin melangkah menyusuri koridor.

"Pulang," jawabnya singkat sambil terus berjalan.

"..." Dia mau meninggalkanku sendirian? Maksudku, dia bahkan tidak mengajakku keluar sekolah, mampir ke kantin atau lainnya.

"Apa kau seseorang yang perlu kuajak pulang?" Jongin menengok, menghentikan langkahnya.

"Apa maksudmu? Anak aneh!" Aku mengelak.

"Ya. Katakan saja aku aneh."

"Yasudah, pulang sana!" Aku mengusirnya, mendorong punggungnya keras-keras. Tapi tak memberi banyak efek pada tubuh tegap Jongin.

"Memangnya kau minta apa?" Dia menahan doronganku sambil tersenyum, lalu menatapku.

"Apanya?" Bagaimana bisa dia menjadi sangat enggak jelas begini. Apa tidak apa-apa jika aku benar minta sesuatu? Apa seharusnya aku bilang aku mau cokelat? Cokelat! ><

Shadow On His BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang