"Kubilang, apa urusanmu?" Dia kembali bertanya namun aku masih membisu. Apa urusanku? Aku temannya, tidak bolehkan aku mengetahui status temanku?
"Ani." Ucapku singkat. Singkat dan datar. Park Inmyeon, apa yang kau harapkan? Apa kau berharap Jongin akan menolak Sooyeon demi kau? Kenapa kau bodoh sekali? Kau yang mencampakkan Jongin selama ini. T_T
"Kau kecewa?" Jongin duduk ditepian kasur yang kutempati.
"Tidak," aku semakin menjauhkan pandanganku darinya. Maaf aku berbohong lagi, Jongin T^T Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku berharap kau menolaknya.
"Kau berbohong?" Rasanya Jongin semakin mendekatkan kepalanya padaku.
"Tidak," tidaklah sebuah kebenaran. Rasanya sakit sekali, dadaku sesak dan aku merasa sangat sedih..
Jongin tidak lagi bertanya. Dia hanya diam terpaku menatap kearah lain. Aku juga, tidak bisa menatap kearahnya.Seperti ini, kami duduk berdekatan namun saling menjauhkan pandangan. Ada banyak sekali yang harus kukatakan. Banyak yang ingin kutanyakan. Lebih banyak lagi yang ingin kuungkapkan T_T Tapi sepertinya aku tidak akan bisa mengungkapkan semua dalam waktu dekat. Jongin yang sudah taken ... Itu akan membuat jarak diantara aku dan dia.
Tiba-tiba teringat olehku. Saat kami –bukan- aku dan jongin pertama kali bertemu. Dia tiba-tiba mengajakku bicara. Aku sempat kabur darinya, namun ternyata aku dan dia ada dikelas yang sama. Hari itu dan esoknya, esoknya lagi, dan seterusnya, kukira akan selalu melihat Jongin yang playful dan ramah. Tidak hanya dengan adanya sosok Kai, tiba-tiba Chanyeollie datang saat aku mencoba melupakannya.
"Kau menangis?" Dia mencoba melihat wajahku.
"Ya." Semuanya akan berbeda dari sini. Mulai dari sini. Akan ada jarak yang membentang diantara aku dan kau, Jongin. Lalu apa yang harus kulakukan jika aku terus memikirkanmu? T^T Jika kau menanyakan perasaanku padamu sekarang, akan kujawab dengan jujur. Aku menyayangi Chanyeollie sebagai adikku, Jongin. Dan aku menyu-
"Uljima. Aku pergi dulu," dia beranjak dari kasur lalu melangkah pergi.
"K-kau tidak menanyakan, kenapa aku menangis?"
"K-kau, hiks tidak khawatir, hiks padaku?" Aku menangis sejadi-jadinya Q_Q Dia sudah pergi dari ruangan ini tanpa sempat mendengarku.
Kenapa, Jongin? Apa yang harus kulakukan sekarang?
Ϟ
₰Bel pulang berbunyi~₰
Setelah menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan, aku kembali mengusap wajahku didepan wastafel UKS. Ah mataku merah T^T Bagaimana ini? Aku malu jika harus masuk kekelas dengan keadaan seperti ini T-T Apalagi jika Jongin melihat O_O Bisa-bisa dia puas karena telah membuatku terlihat seperti ini.
*cklek*
"Imyun," ah syukurlah kukira Jongin lagi -_- Jantungku hampir berhenti berdetak.
"Hm. Kau membawakan tasku? Gomaptaa T^T" Aku bahagia melihat Sehun datang dengan menenteng tasku. Dia menatapku kosong tanpa ekspresi saat aku menghampirinya. Ada apa? Ada apa di wajah- Wajahku! Aish dia pasti menyadari wajahku yang memerah ini ><
"Imyun wae?" Dia menahan tasku yang hendak kuambil dari tangannya. Tatapannya belum lepas dari wajahku. Aku harus bagaimana sekarang? T^T
"Belum baikan? Habis menangis?" Dia masih menjauhkan tasku dari jangkauanku =_= Jangan bertanya, tolonglah T-T Aku sedang remuk saat ini.
"B-belum baikan," aku berhenti mencoba meraih tasku yang sudah terlalu tinggi dari jangkauan tanganku. Hhh aku masih sakit, Sehun. Sakit disini dan disana. Karena ini dan itu. Karena Jongin terutama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow On His Back
FanfictionDia datang dengan senyumnya, dan menarikku kedalam hari-hari yang konyol sekaligus penuh warna di sekolah. Akan tetapi, tak lama kemudian kusadar ada bayangan gelap dalam dirinya, sosok dirinya yang lain, Kim Kai.