Besoknya Laia sudah terbangun dikamar dan tidur di kasur nyaman miliknya. Entah bagaimana caranya Ren membawa dirinya pulang tapi pasti itu sangat merepotkan mengingat Ren tidak membawa mobil dan malah menggunakan motorMengingat hal semalam membuat Laia tidak henti-hentinya tersenyum bahagia. Tetapi tidak bertahan lama sesaat dia sampai disekolah, kebahagiaan nya sirna saat Semua orang menatapnya dengan tatapan berbeda namun memiliki arti yang sama. sinis, tajam, jijik dan ketidaksukaan yang terlihat jelas
Ada apa? Di bahkan baru tiba disekolah dan merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa
Laia mengeratkan pegangan pada tali tasnya saat beberapa kakak kelas menghadangnya
"A-da apa ya kak.."
Yang satu tertawa sinis "masih berani nanya Lo?"
Lah, wajarkan bertanya jika tidak tahu
"Lo seharusnya dipenjara pembunuh kecil"
Tubuh Laia mematung. Pembunuh? Memangnya siapa yang membunuh siapa
"P-ermisi kak, aku mau ke kelas.."
Laia mencoba menerobos namun malah terdorong hingga jatuh kelantai. Dia menunduk malu saat semua siswa yang berada disana menertawakan alih-alih membantunya
"Kakak gabut banget ya, sampe gangguin saya kayak gini" kata Laia sambil berdiri
"Justru gue bela-belain luangin waktu berharga gue, buat kasih pelajaran sama Lo!."
"Pelajaran buat apa? Maaf, tapi semua guru disini menjalankan tugasnya dengan baik. Jadi kakak gak perlu luangin waktu berharga kakak itu buat gangguin orang lain" seru Laia berani, ia bahkan tidak kenal orang-orang dihadapan nya. Jadi, Mengapa harus takut.
Tangan Siska berayun bersiap untuk mendarat di pipi Laia. Membuat gadis itu memejamkan matanya karena takut, akan berapa tamparan yang ia dapatkan selama seminggu ini. Kenapa semua orang terobsesi menyakiti pipi mulus nya
"Dia target kita, Lo bisa pergi!."
sontak Laia membuka matanya saat mendengar suara perempuan yang menolongnya. Mata Laia membulat terkejut melihat Tania dan Chintya
Siska melepaskan tangannya dari cengkeraman Tania lalu pergi sambil berdecak dengan kesal
"M-akasih kak.." ucap Laia tulus
Tania terkekeh sinis "cepetan, kita anterin lo ke kelas."
Laia mengangguk lalu mengikuti mereka dari belakang
"Emang bener ya, penampilan tuh bisa banget nipu orang.."
Tania berhenti dikoridor sepi dan menatap Laia.
"Contohnya lo. Gue fikir lo beneran selugu penampilan dan wajah lo. Tapi ternyata, lo gak ada bedanya sama kita dan mungkin lebih parah"
"Mungkin bedanya kita gak malu buat tunjukkin kebusukan kita dan gak pake topeng buat kelihatan baik" timpal Chintya
KAMU SEDANG MEMBACA
REN
Teen FictionRen dinobatkan sebagai dewa disekolah. Melihatnya seperti itu membuat Laia merasa hidup didunia yang berbeda, tapi semua orang berhak menyukai siapapun didunia ini. sama seperti Laia yang tidak bisa mengatur pada siapa hatinya akan berlabuh Setelah...