The real anak sultan. Laia sedikit melupakan masalah nya sejenak karena merasa kagum saat melihat kamar Ren. Kamar yang didominasi warna gelap itu luasnya dua kali lipat dari luas kamar Laia dirumahnya, semua terlihat rapi karena pelayan rajin membereskan kamar cowok itu. Dia tebak semua furniture yang ada dikamar Ren harganya bisa membiayai hidup Laia selama bertahun tahun
Setelah puas memanjakan mata nya melihat kamar mewah Ren. Laia duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan tv yang sering Ren gunakan untuk bermain PlayStation. Dari banyak nya hari ia mampir dirumah ini, baru kali ini Laia masuk kamar cowok itu.
"Lo ketemu papih dimana?" Tanya Ren setelah duduk disampingnya
Sebelum menjawab Laia menggeser tubuhnya hingga menciptakan jarak dengan cowok itu
"Halte.."
"Ngapain lo disana?" Ren menghapus jarak yang diciptakan Laia
"Ngemis.. Ren ih jangan deket-deket!" Kesal laia saat dirinya sudah berada dipojok sofa karena Ren terus saja menggeser tubuhnya
"Salah siapa geser-geser terus. Lo fikir gue kuman apa perlu dijauhin!"
Laia menatap wajah Ren yang tampak kesal
"emangnya kak Ren gak mau aku jauhin?"
"Lo mau jauhin gue?!"
Laia mengangguk kemudian menggeleng, dia nyengir saat Ren menatapnya tajam
"Tapi kan dulu kita gak sedekat ini" gumam Laia
"Emangnya kenapa kalau sekarang Deket?"
"Gapapa sih" kata Laia tersenyum
Sejujurnya dekat dengan Ren itu menyenangkan tapi juga akan menyakitkan saat perasaan yang tidak seharusnya tumbuh malah bersemi dihati Laia. Menyakitkan saat fakta bahwa Ren tidak mungkin menyukainya kembali
"Jelek banget lo kalau senyum" celetuk Ren menyebalkan
Laia melunturkan senyumnya sambil menyenderkan punggungnya ke sofa "aku lagi gak mood, jadi kak Ren jangan bikin aku marah. Soalnya kalau aku marah aku berubah jadi ratu kodok"
Ren sontak tertawa mendengar ucapan absurd gadis itu "Sama dong, gue juga kalau marah berubah jadi pangeran kodok"
"Berubah jadi sikopat yang ada"
"Apa lo bilang!"
Dengan tampang jengkel, Ren mengunyel-unyel pipi Laia dengan kedua tangannya persis seperti membuat adonan mochi. Sontak Laia menjerit kesal
"Lepwahss.."
Ren tertawa karena Laia terlihat menggemaskan saat dia memainkan pipi tembam gadis itu. Tapi tak lama tawanya berubah menjadi panik saat Laia menangis dengan keras
Ren melepaskan tangannya dari wajah laia
"Woyy, gue becanda nyet.."
Laia menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Dia tidak tahu menangis karena kesal pada Ren atau karena masalah yang dihadapinya, entahlah yang pasti saat ini laia hanya ingin manangis berharap mengurangi sedikit rasa sesak di dadanya
KAMU SEDANG MEMBACA
REN
Teen FictionRen dinobatkan sebagai dewa disekolah. Melihatnya seperti itu membuat Laia merasa hidup didunia yang berbeda, tapi semua orang berhak menyukai siapapun didunia ini. sama seperti Laia yang tidak bisa mengatur pada siapa hatinya akan berlabuh Setelah...