Farrel dan teman - temannya tidak bisa memutuskan untuk menginap lebih lama, karena Aurora terus menerus melakukan tindakan yang aneh selama di Penginapan.Keesokan paginya..
"Rell,, jadi kita akan pulang aja ke Jakarta?" Bordie mulai membuka lemari pakaian.
"Ya gue gak bisa diem aja, kondisi Aurora juga lo liat sendiri kemarin kan? Tapi semoga aja kalau kita udah sampai Jakarta, kondisi Aurora membaik." jawab Farrel.
Tiba - tiba, Regina berlari dan masuk ke kamar Bordie dan Farrel.
"Heh,, itu i,,iit,,ituu!!" Regina terengah -engah.
"Tarik nafaaas buaang,, nah, sekarang baru ngomong yang jelas." ucap Bordie.
"Aurora,,aurora,, udah membaik dan.." Regina menjelaskan tapi tiba - tiba Aurora datang bersama Kiana.
"Hai.. kalian udah siap - siap pulang ke Jakarta?" tanya Aurora.
"Sayang?? Kamu udah sembuh?" terkejut Farrel tidak percaya.
"Iya,,"
"Yaudah. Karena teman kita udah sembuh, gimana kalau kita bergegas pulang ke Jakarta aja." ucap Kiana.
Akhirnya mereka pun bersiap - siap untuk pulang dan berpamitan kepada pemilik Penginapan, tetapi...
__________________________________________________
Pemilik Penginapan yang bernama Darwin itu, memperlihatkan sikap yang berbeda. Dari awal, ia terlihat bersikap baik tapi saat mereka semua akan pergi dari Penginapan, seakan - akan Darwin tidak ingin mereka meninggalkan Penginapan.
"Kalian semua benar - benar akan pulang ke Jakarta?" tanya Darwin dengan tatapan yang dingin.
"Iya kak Darwin,, kita udah selesai liburan disini dan hari ini kita pamit pulang ke Jakarta. Makasih banyak ya kak, semua fasilitas dan pelayanan di Penginapan ini benar - benar bagus nyaman." jelas Regina.
"Iya. Pokoknya gue juga gak nyangka, walaupun diluar keliatan biasa aja tapi didalamnya keren juga." ucap Bordie menambahkan.
"Iya, sebelumnya saya sudah memberitahu kalian untuk tidak pergi kesana. Kalian hanya akan terkena sial dari tempat itu." jawab Darwin.
"(Loh, kok kita ngomong apa dia jawabnya apa sih.)" ucap Kiana dalam hatinya.
"Tunggu tunggu,, kok jadi bahas tempat itu ya??" tanya Farrel sedikit kesal.
"Iya. Aku juga merasa kalau dari awal, kamu selalu keliatan marah tentang tempat itu. Apa jangan - jangan kamu ada hubungannya dengan sekolah terbengkalai itu ya?" tanya Kiana yang mencurigai Darwin.
"Maksud kamu apa?! Saya tidak ada hubungannya dengan tempat sial itu, saya hanya memperingati orang - orang yang keras kepala seperti kalian." tegas Darwin membela diri.
"Hey hey! Udah. Kita bisa terlambat dan kemungkinan akan kejebak macet. Masuk ke mobil, sekarang!" ucap Farrel sambil menatap tajam pemilik Penginapan.
Mereka semua pun pergi meninggalkan Penginapan tersebut dan mulai melakukan perjalanan ke Jakarta.
Diperjalanan, mereka mengobrol dan bercanda seperti saat mereka berangkat ke Surabaya tapi ada satu hal yang membedakannya. Aurora yang duduk dibelakang bersama Farrel, tidak berbicara sepatah kata pun dalam perjalanan.
Farrel merasakan ada perubahan sangat jauh dengan Aurora yang ia kenal selama 3 tahun.
"Sayang? Kenapa kamu nggak ikut bercanda sama yang lain?" tanya Farrel.
Aurora melihat Farrel dan hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.
Farrel pun tidak ingin membuat Aurora kesal karena ia selalu bertanya, ia pun memutuskan untuk bermanja - manja dengan bersandar dibahu sang pacar.
"(Kenapa Aurora bersikap dingin kayak gini ya?? Emm mungkin aja dia kecapean.)" ucap Farrel dalam hati.
"Guys! Kita ke rumah makan dulu ya, gue udah tau kalian pasti laper kan? Jadi, kita cari rumah makan dulu okee." ucap Regina.
"OKEEE!!" jawab teman - temannya serentak.
Mereka pun akhirnya menemukan rumah makan lalu mereka memutuskan untuk makan dan memulihkan tenaga.
#BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku adalah Hantu?
HorrorSemua tidak akan terjadi, jika Farrel tidak melakukan ekspedisi di Sekolah terbengkalai itu. Karena ketidak percayaannya tentang hal-hal ghaib, ia dan teman-temannya dalam masalah besar dan salah satu dari mereka harus menjadi tawanan dari penghuni...