Dalam percakapan ditelfon itu, mama Aurora menjelaskan kondisi Aurora yang semakin membaik bahkan Aurora kerap memanggil nama Farrel. Dan Kyai pun mengirimkan doa - doa untuk arwah yang mengganggu Aurora agar tubuh Aurora tidak kerasukan lagi.
Farrel berlutut lemas merasa tak percaya dengan keberhasilan dia menyelamatkan kekasihnya itu dan melewati banyak petualangan diluar nalar bersama teman - temannya.
"Eh! Lo kenapa, Rell?? Yaampun, gimana kondisi Aurora? Makin memburuk ya??" tanya Regina panik.
"Iya Rell, kenapa? Pleasee!! Ada apa woy?" tanya Bordie kesal karena penasaran.
Farrel pun tersenyum sambil menangis.
"Iya Rell,, jangan kayak gini dong. Kita bisa bantu lagi kalau kondisi Aurora belum baik - baik aja." ucap Kiana merasa sedih.
"Kita berhasil. Aurora kembali kayak dulu lagi, dan dia sekarang nanya keberadaan kita. Dia bener - bener sembuh." ucap Farrel dengan wajah bahagia lalu beranjak berdiri.
"Serius lo??? Syukur laaahh!!!, gue seneng banget dia kembali pulih kayak dulu." teriak kegirangan Kiana.
"Bapak ikut senang, akhirnya teman kalian bisa kembali seperti dulu lagi dan ini sebagai pelajaran untuk kalian lebih menjaga sikap atau ucapan kalau ada di tempat yang seperti ini." jelas pak Indra.
"Iya pak, kita semua menyesal dan nggak akan mengulanginya lagi." jawab pak Indra.
"Terimakasih banyak pak. Kita antarkan pak Indra pulang ya? emm.. sekaligus pergi ke makamnya nenek penjaga sekolah, karena tanpa nenek itu kita semua nggak bisa menuntaskan kasus pembunuhan disekolah ini." ucap Farrel.
"Bapak ikut kalian pergi ke pemakaman ya, bapak juga mau berterimakasih dan mendoakan Bu Nani." ucap pak Indra dan akhirnya mereka pergi ke pemakaman.
Sesampainya disana, mereka pun mendoakan Bu Nani agar tenang dialam sana dan berterimakasih untuk semua yang dilakukan Bu Nani yang membantu mereka semua untuk kasus pembunuhan yang sudah lama tidak terungkap.
Setelah selesai, mereka pun mengantarkan pak Indra dan berpamitan untuk kembali ke Jakarta.
"Hati - hati ya, anak - anak.." ucap pak Indra sambil melambaikan tangan.
Akhirnya mereka melakukan perjalanan pulang dari Surabaya menuju Jakarta.
Dan dalam perjalanan itu, mereka tidak berhenti mengucapkan rasa syukur.
"Wuuaahh senang rasanya semua jadi normal kembali." ucap Kiana.
"Iya bener. Tapi ini jadi kisah petualangan baru kita nih, terutama misi menuntaskan kasus pembunuhan gadis Sma yang udah bertahun - tahun." ucap Regina.
"Yoi! Gue juga nggak nyangka, kita berhasil. Karena kejadian ini,, gue merasa cocok deh jadi detektif hahaha.." ucap Bordie dengan percaya diri.
"Halahh detektif apaan.. selama cari tahu tentang arwah aja, lo yang paling pertama,,," tepis Kiana, tapi terpotong dengan Bordie yang makin sombong.
"Paling pertama berani dan maju kan?? Hemm gue tau kok.." ucapnya dengan sombong.
"Bukan, si paling pertama kabuurr!! Hahahahah.." sindir Kiana.
Mereka pun tertawa terpingkal - pingkal.
"Tega banget lo, Ki. Harusnya lo puji gue dong, kan lo punya perasaan yang spesial sama gue kan?? Udaah, ngaku aja." ucap Bordie sambil mencubit dagu Kiana.
"CIIIEEE!!! Ada yang mau jadian niih.." celetuk Farrel.
"Idiiihh!! Apaan sih lo! Ih nggak suka gelay." tepis Kiana.
"Ah jangan suka nggak ngaku gitu, beb." ucap Bordie terus menggoda Kiana.
"Iiihh jijik gue!! Jauh - jauh sana." teriak Kiana.
Kelakuan mereka berdua, membuat yang lainnya senang dan tertawa terhibur.
Tidak terasa dalam perjalanan yang panjang, akhirnya mereka pun sampai di Jakarta.
Regina melajukan mobilnya ke jalan menuju rumah Aurora, karena ingin segera bertemu dengan sahabatnya itu yang sudah pulih.
"AURORAAA!!! I'M COMING!!!" teriak Regina dengan kegirangan.
"Salah dong. Harusnya gini, AURORAAA!!! WE ARE COMING!!!" teriak Kiana.
"Hadeuh dasar cewek." celetuk Bordie.
Sesampainya dirumah Aurora, mereka pun mengetuk pintu rumah Aurora dan tampak seseorang membukanya.
"Kalian?! Gue kangen banget sama kalian!" gumam Aurora yang terlihat sehat dan segar dari wajahnya yang ceria.
"Aaaaaa akhirnya lo beneran sembuh!!! Peluk dulu peluukk." ucap Kiana dan Regina bersamaan dan ketiga gadis - gadis itupun berpelukan membuat Farrel merasa lega karena kekasihnya itu baik - baik aja.
"Sayang. Aku seneng baik - baik aja." ucap Farrel.
Dan mereka bertiga pun berhenti berpelukan, Aurora mendekati kekasihnya itu yang masih berdiri dan tidak memeluknya.
"Kamu nggak kangen sama aku ya?" tanya Aurora.
"Kangen,, tapi aku juga merasa bersalah." jawab Farrel dengan nada pelan dan menunduk.
"Ini bukan salah kamu kok, lagian aku udah baik - baik aja sekarang. Dan kita bisa bareng - bareng lagi." ucap Aurora.
"Emm aku nggak tau, tapi kayaknya mama kamu.. marah sama aku karena nggak bisa jagain kamu." ucap Farrel.
"A..aa..apa maksud kamu? Mama marah sama kamu? Engga, Rell.." Aurora berusaha meyakinkan Farrel.
"Farrel." suara itu memanggilnya. Dan suara itu adalah mama Aurora yang memanggilnya.
"Iya tan? Tante boleh marah sama Farrel.." jawab Farrel dengan putus asa, ia yakin hubungannya akan diputus oleh mama Aurora.
#BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku adalah Hantu?
HorrorSemua tidak akan terjadi, jika Farrel tidak melakukan ekspedisi di Sekolah terbengkalai itu. Karena ketidak percayaannya tentang hal-hal ghaib, ia dan teman-temannya dalam masalah besar dan salah satu dari mereka harus menjadi tawanan dari penghuni...