Melihat gadis yang ia cintai terbaring lemah tidak berdaya, membuat hati Farrel hancur. Ia tidak tahu harus berbuat apa, agar pacarnya itu bisa segera pulih."Gue nyesel udah pergi kesini, kenapa harus dia yang jadi korban. Kenapa bukan gue aja!" Farrel mulai menangis sambil memeluk Aurora.
"Rell,, ini bukan kesalahan lo, kita semua disini juga ikut sedih dan nyesel. Kita semua gak ada yang menyangka bisa mengalami kejadian seperti ini. Jadi stop menyalahkan diri lo sendiri." ucap Bordie berusaha menenangkan sahabatnya.
"Iya Rell. Lo harus tegar, berdoa aja biar Aurora cepat membaik kondisinya." ucap Kiana menambahkan. Regina datang menghampiri mereka dan tiba - tiba Farrel beranjak berdiri menghampiri Regina yang baru masuk ke kamar.
"Darimana aja lo? Godain si pemilik Penginapan yang so' tau itu? Kalau bukan karena pilihan tempat dari lo, pacar gue gak bakal kayak gini!" geram Farrel emosinya tak terkendali.
Dengan mata yang berkaca - kaca, Regina mencoba membela diri karena ini bukan kesalahannya.
"Lo sadar gak?! Cewek lo yang mau ikut. Karena pilihan gue, lo bilang? Gue juga gak tau akan berakhir kayak gini!" teriak Regina membantah tuduhan Farrel.
"Udah udaahh!! Kalian jangan berantem dan saling menyalahkan! Kalian berdua gak liat, didepan mata kalian ada yang lagi terbaring lemah." tegas Bordie menengahi keduanya.
"Iya. Kasian dong sama Aurora, seenggaknya kalau kita gak bisa membantu apapun, kita bantu berdoa. Gue dari awal udah merasa gak enak perasaan dan akhirnya apa yang gue takutkan terjadi." jelas Kiana.
Jari - jari Aurora mulai bergerak, dan semuanya pun mendekat disamping tempat tidur Aurora.
"Aurora... lo udah sadar?" tanya Kiana sambil memegang tangan Aurora.
"Sayang,, ini aku. Ayo bangun, kita akan pulang ke Jakarta.." ucap Farrel.
Aurora mulai membuka matanya perlahan dan berusaha berbicara walaupun kondisinya masih sangat lemah.
"A..aa.akuu.."
"Iyaa?? Bicara aja sayang,," Farrel sedikit merasa lega karena Aurora menunjukkan sedikit kondisi stabilnya.
"I..ii.inginn pulaang.."
"Kita akan pulang kok, lo yang sabar ya Aurora. Setelah kondisi lo pulih, kita semua akan kembali pulang ke Jakarta dan bawa lo ke rumah sakit." ucap Bordie.
"Iya bener Aurora. Makannya lo harus istirahat dulu disini ya." jelas Kiana menambahkan.
"Gue.. mau puulaang. Gue takuutt, disini gelaapp.." ucap Aurora.
"Hah gelap?? Tapi ini lampunya nyala Ra, dan diluar juga udah siang ada cahaya mataharinya." bingung Regina.
"Maksud kamu apa, sayang? Udah, sekarang yang kamu perlu cuma istirahat aja ya. Aku mau cari kotak p3k di ransel." ucap Farrel lalu ia pergi ke kamar dimana ia dan Bordie tidur.
"Iya Ra. Ouh iyaa, perut lo udah gak sakit lagi kan? Gue ambil kompresan air hangat, mau?" tanya Regina.
Aurora menggelengkan kepalanya lalu tersenyum. Namun, senyumnya mengisyaratkan sesuatu.
__________________________________________________
Malam pun tiba, semua tertidur lelap dan merasa sangat lelah.
Aurora terbangun dari tidurnya dan keluar dari kamarnya. Ia berjalan ke arah balkon lalu di pinggir balkon dia berdiri terdiam sambil merentangkan tangannya.
Disisi lain, Farrel terbangun dari tidurnya karena ingin buang air kecil. Setelah ia selesai, ia pun berniat untuk melihat keadaan pacarnya tapi saat ia melewati balkon yang terbuka..
"Aurora??! Dia ngapain dibalkon larut malam kayak gini?" bingung Farrel lalu menghampiri Aurora yang sedang membelakanginya merentangkan tangan dan..
SREEEETTT
Aurora akan menjatuhkan dirinya dari balkon atas, untunglah Farrel tepat waktu menarik tangan Aurora.
"Kamu kenapa sih??! Gimana kalau aku gak tepat waktu tarik tangan kamu, kamu bisa jatuh kebawah terus luka parah." Syok Farrel dan terus memarahi Aurora.
Aurora mengantuk dan tertidur dipelukan Farrel, melihat ini Farrel tidak tega untuk terus memarahinya.
"Gue harus jagain dia malam ini, walaupun sejujurnya gue udah capek dan gak tau apa yang sebenarnya terjadi sama dia." ucap Farrel lalu menggendong Aurora ke kamarnya.
"Bor.. bangun borr."
"Iya apaa? Hoooaaamm."
"Buset! nafas lo bau kadal. Heh, bangun dulu.." ucap Farrel.
"(Membuka matanya) Lah kenapa lagi sama si Aurora???" tanya Bordie terkejut.
"Gue mau tidur sama dia, buat jagain dia. Kali ini bener - bener gila diluar logika, baru aja dia mau loncat dari balkon. Gak habis pikir, kalau gak ada gue disitu yang tarik tangan dia, mau gimana coba?" jelas Farrel.
"Haduuh,, yaudah yaudah silahkan, anda tidur dengan nyenyak. Terus gue dimana??" tanya dengan ekspresi datar.
"Di sofa hehe,, demi kebaikan Aurora. Kalii ini aja,, ya?" bujuk Farrel.
"Iye iye yaudah, kalau bukan karena kondisi Aurora, udah gue tampol." celetuk Bordie.
#BERSAMBUNG..
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku adalah Hantu?
HorrorSemua tidak akan terjadi, jika Farrel tidak melakukan ekspedisi di Sekolah terbengkalai itu. Karena ketidak percayaannya tentang hal-hal ghaib, ia dan teman-temannya dalam masalah besar dan salah satu dari mereka harus menjadi tawanan dari penghuni...