22

839 43 0
                                    

✧・゚: *✧・゚:*

Jangan lupa votmen!




LEBIH AWAL
--------------------------------------------

Perlahan mata itu terbuka hanya untuk ngeryit kala cahaya memasuki retinanya. Perlahan ia menatap sekitar, tempat yang gelap dengan pencahayaan yang remang, tempat ini juga kotor.

Ia bergerak hanya untuk menyadari dirinya terikat di sebuah kursi tangan dan kakinya tak bisa bergerak. Ia mengingat ingat kejadian terakhir sebelum berada di tempat ini.

Ia hanya akan berjalan menuju halte bus dan tiba tiba.. Ah ia ingat sekarang ada seseorang yang membius nya dan membawanya kemari? Haha sangat manis.

"Sudah sadar?" ia mendongak samar samar ia melihat per gerakan mendekat Kearahnya.

"Clarence Fawnia Griselda? Tak ku sangka akan berurusan dengan mu, cucu bungsu dari seorang Laila Kineta. Sangat ironis saat mengingat aku harus berurusan dengan orang yang berhubungan di masa lalu"

Akhirnya pemilik suara itu sampai di depannya dan kini dapat ia lihat dengan jelas sosok di depannya, tak terkejut lagi karna ia sudah memprediksi tapi tak ia sangka akan secepat ini, ia kira akan berurusan setelah acara terakhir selesai.

"Kau tak takut melihat ku? Atau sekedar terkejut saat menemukan dirimu di tempat asing? Wah kau cukup membuat ku terkesan pada mu"

"Baiklah cukup basa basi nya karna aku tak suka akan hal itu.. Tapi hm.. Membahas masa lalu tak ada salahnya kan?"

"Kau tahu aku adalah sahabat nenek mu, ah lebih tepatnya nenek angkat mu, Helena Jedica. Ah masa masa indah yang membuatku muak"

"Kau tau? Aku membunuhnya sebagai hadiah pernikahannya sayangnya itu sehati lebih awal sebelum acara di mulai.. " Helena berjalan mendekati Nia dengan belati di tangannya.

"Aku tak akan langsung membunuhmu seperti aku membunuhnya.. Akan sedikit lebih menyenangkan melihat mu tersiksa" ia menarik lakban yang menutup mulut Nia sejak tadi.

"Kau ingin tahu kenapa aku melakukannya? Itu karna aku iri, dia memiliki segalanya, harta, tahta dan cinta sedangkan aku? Aku tak memiliki segalanya.. Nenekmu itu terlalu baik hingga tak tahu apa yang akan terjadi padanya" Helena berjalan memutari Nia yang nampak tetap tenang.

"Sialnya walaupun ia sudah tak ada semua orang tetap mengenangnya, bahkan selama berbulan bulan namanya tercetak di koran bahkan majalah membuatku benar benar muak.. "

"Ku pikir saat ia pergi mereka juga akan melupakannya tapi dugaan ku salah... Bahkan aku tak bisa memiliki cintanya, orang yang ia cintai ataupun secuil hartanya.. "

" Jenderal besar Laila Kineta aku muak membacanya.. Sekarang mari kita mulai... Aku akan memberi tahunu bagaimana aku membunuhnya dan bisa tetap bebas hingga kini.. " Helena menggores tangan Nia dengan belati tak terlalu dalam namun cukup perih.

"Ups.. Hahah apakah sakit?" ucapnya saat mendengar sedikit ringisan dari bibir Nia.

"Saat itu kami tengah berada di apartemen nya bercanda tawa bersama sampai akhirnya saat ia lengah aku menusuknya,

Don't Worry Be Happy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang