" Pak, kondisi ibu rani stabil selama observasi jadi ibu rani dapat dipindahkan ke ruang rawat" ucap dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU
" Alhamdulillah terimakasih dok" ucap fadi excited
" Kalau begitu saya permisi ya pak " ucap dokter itu meninggalkan fadi
" Alhamdulillah ma pa akhirnya rani bisa pindah ke ruang rawat" ucap fadi ke orang tuanya yang tengah duduk di kursi panjang depan ruang ICU
" Alhamdulillah" ucap mama sintya dan papa toni bersamaan
Tak lama setelah dokter mengatakan itu pintu ruang ICU terbuka terlihat bed yang tengah didorong suster keluar, fadi tersenyum kepada rani yang masih terlihat pucat. Setelah hampir delapan jam fadi dan orang tuanya menunggu rani didepan ruang ICU akhirnya rani dipindahkan ke ruang rawat biasa. Dia sangat akhirnya rani telah melewati masa kritisnya dan kini sudah stabil keadaannya.
Ruang rawat rani
" Sayang, Alhamdulillah kamu udah pindah dari ruang rawat" ucap mama sintya sambil mengusap-usap kepala rani
"Mama aku minta maaf " ucap rani sambil meneteskan air mata
" Ini bukan salah kamu sayang, sudah jalannya begini" ucap mama sintya sambil menghapus air mata rani
" Tapi aku gagal jaga anak aku, cucu mama. Aku enggak becus jadi ibu ma... Aku gagal jadi ibu yang baik " ucap rani sambil terisak
" Sssttttt... Udah ya kamu harus belajar ikhlas atas semua yang terjadi. Ini bukan seratus persen kesalahan kamu, ini sudah jalannya dari Allah" tutur mama sintya
" Iya ran, jangan terus nyalahin diri kamu sendiri. Bukan berarti karena hal ini terjadi kamu menjadi ibu yang gagal, enggak ran dengan kejadian ini akan membuat kamu lebih baik kedepannya. Jadikan ini pelajaran untuk kamu dan fadi kedepannya ya" timpal papa toni
" Iya sayang yang papa bilang itu benar, pokoknya yang terpenting sekarang kamu cepet pulih sehat biar cepet pulang ke rumah" ucap mama sintya
Fadi yang melihat interaksi orang tuanya dengan rani merasa bahagia karena orang tuanya menerima rani sebagai menantu dengan cinta dan kasih sayang. Fadi juga sangat bersyukur orang tuanya menganggap rani seperti anak sendiri, fadi tau atas kejadian ini rani butuh support orang tuanya namun karena orang tua rani sudah lama meninggal rani tidak bisa mendapatkannya. Namun sedikit terobati dengan support orang tuanya yang sayang pada rani dengan tulus dan penuh cinta.
" Ma pa sekali lagi rani minta maaf ya udah gagal jaga cucu mama sama papa " ucap rani sesegukan
" Iya sayang udah mama sama papa enggak nyalahin kamu kok, seperti kata mama tadi ini sudah jalan dari Allah. Sekarang kamu fokus pemulihan keadaan kamu ya " ucap mama rani
" Mau dipeluk mama ? " tanya mama sintya dengan senyuman yang meneduhkan hati
Rani pun mengangguk mama sintya segera mendekat ke bed rani agar rani dapat memeluk rani. Ditengah pelukan terdengar suara dehaman fadi, mama sintya pun tersadar dan memberikan kesempatan pada sepasang suami istri itu untuk saling menguatkan dan waktu berdua.
" Mama sampek lupa kalau ada kamu " ucap mama sintya sambil melepaskan pelukannya dengan rani
" Mama mah selalu deh kalau ada rani aku dilupain" ucap fadi sambil cemberut
" Udah enggak cemberut kek anak kecil aja kamu, lagian kan rani lagi sakit" timpal papa toni
" Iya iya, gantian dong kan aku juga kangen sama rani" jawab fadi
" Yaudah mama sama papa pulang dulu ya, jagain rani ya jangan kamu tinggal tidur " pamit mama sintya
" Iya ma" ucap fadi dengan nada kesal
" Bercanda sayang, kamu juga jaga kesehatan ya kamj harus sehat biar bisa jagain rani, jangan lupa makan istirahat dan minum vitamin ya sayang" ucap mama sintya sambil mengusap pundak sang putra dia tau kalau fadi juga butuh support
" Jangan lupa sholat ya, minta sama Allah untuk menguatkan kamu sama rani melewati ujian ini" timpal papa toni
" Iya ma pa, makasih ya ma pa " ucap fadi
" Sama- sama sayang. Pokoknya kalau ada apa- apa kabarin mama sama papa ya" ucap mama sintya
Fadi pun mengangguk. Setelah mama sintya dan papa toni keluar fadi duduk disamping rani dan langsung memeluk rani. Tangis rani pun pecah dipundak fadi, tangis yang terdengar sangat memilukan di telinga fadi. Fadi semakin mengeratkan pelukannya.
" Mas..... " Ucap rani
Hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya dari sekian banyak kalimat dan kata di kepalanya hanya itu yang mampu keluar dari bibir pucatnya.
" Udah ya ini bukan salah kamu" ucap fadi sambil mengelus punggung rani
" Aku gagal jaga anak kita mas, aku bukan istri yang baik" ucap rani disela sela tangisannya
Ucapan itu seakan menampar fadi, dia tidak menyangka kalau rani sampai menganggap dirinya gagal menjadi seorang istri padahal selama ini dia merupakan istri yang sangat baik menurutnya.
" Kamu istri yang baik sayang, bahkan ketika aku belum menjadi imam yang baik untuk rumah tangga kita kamu sudah menjadi istri yang baik" ucap fadi sambil meneteskan air mata
" Jangan menganggap diri kamu seburuk itu sayang karena kejadian ini, seperti kata mama anak adalah tanggung jawab berdua bukan hanya ibunya. Kamu boleh menangis sekencang apapun sampai kamu puas. Tapi setalah itu kamu harus bangkit, anak kita pasti sedih melihat mamanya seperti ini" ucap fadi
" Aku yang harusnya minta maaf sama kamu, enggak seharusnya aku mengabaikan kamu dengan alasan kantor dan aku juga minta maaf udah bentak kamu enggak seharusnya aku bentak kamu. Maaf buat semuanya" tambah fadi
Rani menggeleng " Ini salah aku mas, bukan salah kamu aku yang gagal jadi istri dan ibu yang baik untuk kamu dan calon anak kita" ucap rani
Lalu fadi melepaskan pelukannya dan memegang wajah rani yang sembab dan pucat, dia menatap wajah yang selalu menyambutnya pulang kerja dengan senyuman kini layu bagaikan bunga yang tak terawat. Itu semua membuat hati fadi sakit melihat keadaan rani sekarang, sosok yang biasanya periang kini hanya tangisan yang terdengar dari bibir mungilnya candaan yang selalu ia lontarkan pun kini tergantikan kata - kata yang menyalahgunakan dirinya sendiri atas kejadian ini.
" Kamu adalah istri yang baik, kamu adalah ibu yang hebat, jangan terus menyalahkan diri kamu. Kamu hebat sudah berjuang" ucap fadi sambil menghapus air mata rani yang terus jatuh dari matanya yang sayu
Rani tak mampu menjawab apapun dari setiap kata fadi. Dia masih belum bisa menerima kenyataan ini bahwa dirinya kehilangan calon anaknya. Banyak kata dan kalimat ada di kepalanya namun tak satupun dapat keluar dari mulutnya, mulutnya terasa terkunci rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pregnancy
General FictionKisah sepasang suami istri yang berjuang pada kehamilan anak pertama yang penuh dengan cobaan. Semoga menikmati