Rani baru saja keluar lift, saat baru saja keluar lift dia heran melihat dinda sekertaris suaminya tengah berdebat dengan seseorang. Namun tak lama ia melihat sang suami keluar dari ruangannya dengan raut muka kaget.
" Veni" ucap sang suami menyebutkan nama perempuan yang tengah berdebat dengan sekertaris suaminya
" Tuh kan saya udah bilang, pak fadi ini teman saya bahkan lebih dari teman" ucap perempuan bernama veni kepada dinda. Sedangkan rani yang sudah dekat bisa mendengar ucapan veni ia terkejut, apa maksud ucapan perempuan itu yang menyebut ia lebih dari teman suaminya. Rani rasa dia bukan saudara karena tak pernah sekalipun hadir pada saat ada acara keluarga.
" Mas" ucap rani pelan namun tetap membuat fadi terkejut
" Sayang kamu kok kesini ?" Tanya fadi gugup
" Anter makan siang kamu mas" ucap rani dengan nada heran mengapa sang suami terlihat sangat gugup, dan rani sedikit terganggu dengan tatapan perempuan bernama veni yang menatapnya dari atas sampai bawah dengan tatapan mengintimidasi. Fadi yang ingin segera mengakhiri situasi canggung pun memberikan instruksi kepada dinda untuk mengurus veni.
" Dinda saya mau makan siang sama istri saya, saya lagi enggak mau diganggu" ucap fadi sambil memberi kode kepada dinda untuk mengusir rani
" Baik pak"
" Mohon maaf mbak pak fadi sedang tidak bisa diganggu" ucap dinda sambil sedikit menarik veni yang terkejut mendengar kata " istri saya"
Setelah kepergian veni dengan raut muka kedal campur kaget, rani dan fadi masuk ke ruangan.
" Mas itu tadi siapa ?" Tanya rani sambil menyiapkan makan siang
" Oh karyawan baru" jawab fadi sambil menyandarkan punggungnya di sofa
" Kok kamu kenal ? " telisik kembali rani
" Nanti aku ceritain ya kalau udah di rumah" jawab fadi yang hanya mendapat anggukan dari rani. Mereka makan siang dengan keheningan larut dalam pikiran masing- masing. Setelah selesai makan siang rani berpamitan untuk pulang.
" Aku pulang ya mas" ucap rani sambil mencium tangan sang suami
" Iya hati - hati ya, sayangnya papa jagain mama ya" ucap fadi sambil mengelus perut rani
Setelah berpamitan rani langsung turun kebawah karena taksi online sudah dekat, namun saat di sampai di lantai tiga lift terbuka menampilkan perempuan yang namanya disebut oleh sang suami tadi. Dia masuk dengan tatapan sinis, yang membuat rani sedikit tidak nyaman. Lift terasa sangat lambat bagi rani, namun akhirnya ia sampai di lantai satu. Rani hendak keluar namun dicegat oleh perempuan bernama veni.
" Kamu merebut milikku" ucap veni lalu berlalu meninggalkan rani yang bingung dengan ucapan veni, namun karena lift akan segera menutup ia buru - buru untuk keluar.
Sepanjang perjalanan pulang rani memikirkan ucapan veni, bahwa dia merebut milik vani. Rani bingung apa yang ia rebut, kenal saja tidak. Tak terasa ia sudah sampai rumah.
Sementara di kantor fadi sangat cemas memikirkan kemungkinan yang akan terjadi, dia sangat tau betul sifat veni. Fadi takut ini akan mengganggu keluarganya dan lebih buruk akan mempengaruhi kehamilan rani.
Tak terasa waktu sore tiba rani sudah menunggu fadi sejak tadi karena ia ingin segera mendapatkan penjelasan tentang perempuan bernama veni itu, namun sang suami tak kunjung datang. Namun saat hari sudah senja, orang yang ditunggu akhirnya datang.
" Maaf ya aku pulang telat, tadi masih ada kerjaan dikit" ucap fadi saat rani mencium tangan fadi
" Iya gakpapa mas, mau mandi atau dibikinin minum dulu ?" Tanya rani menahan berbagai pertanyaan dipikirannya tentang perempuan bernam veni.
" Mandi aja Yang" jawab fadi sambil melepaskan jasnya
Setelah fadi mandi dan rani sudah membuatkan fadi teh hangat. Rani menunggu sambil bermain ponselnya.
" Ini mas tehnya" ucap rani saat fadi keluar kamar mandi tanpa menjawab fadi langsung duduk disebelah rani sambil menyeruput teh buatan sang istri. Rani diam menunggu fadi mau menjelaskan sendiri, rani tak ingin memaksa fadi bercerita. Fadi yang menyadari diamnya rani memulai pembicaraan.
" Kamu pasti kepikiran kejadian tadi ya" ucap fadi sambil menoleh kepada rani
" Namanya itu veni, dia itu mantan pacar aku waktu kuliah" ucap fadi mengawali penjelasan tentang kejadian dikantor
Flashback on
" Aku bisa semuanya yang, aku enggak mau putus" ucap veni sambil memohon kepada fadi
" Udahlah kita putus aja, lanjut aja sama cowok itu " ucap fadi sambil menghempaskan tangan veni
Veni menatap kepergian fadi dengan nanar, ia bertekad akan mendapatkan fadi apapun caranya.
Flashback off
" Setelah putus karena veni selingkuh dengan cowok lain, entah kenapa dia menjadi sangat terobsesi untuk menjadi pacar aku lagi. Dia selalu bilang bahwa dia berpacaran dengan lelaki lain karena uang tapi apapun alasannya itu tetap perselingkuhan " terang fadi
" Dia menggunakan berbagai cara untuk kembali menjadi pacarku lagi, tapi aku selalu menolaknya" tambah fadi sambil menatap rani yang tak menanggapi ucapan fadi
" Kamu tenang aja, enggak usah khawatir apapun. Aku sayang sama kamu " ucap fadi sambil menggenggam tangan rani yang sedang memainkan kukunya menandakan bahwa dia sedang cemas, setelah beberapa saat mereka bertatapan rani akhirnya mencoba memberanikan diri untuk menceritakan kejadian di lift tadi
" Tadi aku satu lift sama dia, terus dia bilang kalau aku merebut miliknya. Awalnya aku bingung tapi setelah denger cerita kamu aku jadi paham apa maksudnya" ucap rani
" Jangan dipikirin ya, aku enggak akan kemana-mana kok. Nanti kalau kamu stres dedek bayi ikut stres" ucap fadi beralih mengelus perut rani
"Iya mamanya enggak bakal stres kalau papanya enggak macem - macem" ucap rani ikut mengelus perutnya
" Tuh denger dek, padahal papa mah enggak pernah macem- macem. Yang suka macem - macem itu mama padahal " ucap fadi mengadu pada anaknya
" Enak aja. Enggak pernah ya" ucap rani sambil mencubit lengan fadi
" Auhhhh... Tuk mama dek" ucap fadi sambil mengelus lengannya
" Kapan aku pernah - macem ?" Tanya rani dengan wajah sinisnya
" Ya siapa yang dulu mau mangga, terus aku disuruh manjat buat ambil mangga. Udah gitu dimakan cuman dikit eh dimuntain juga" jawab fadi sambil menahan sakit pada lengannya
" Oh kamu enggak ikhlas" ucap rani bersiap memukul fadi dengan bantal sofa, namun sebelum rani bisa memukulnya fadi sudah mengibrit keluar kamar sambil berteriak.
" Jangan galak kayak mama ya dek" ucap fadi sambil tertawa yang membuat rani semakin kesal. Namun ia tetap menyusul suaminya kebawah
" Makan yuk Yang laper" ucap fadi yang melihat rani menyusulnya ke bawah. Rani tanpa berucap apapun ikut bergabung di meja makan.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Rani dan fadi sudah bersiap untuk tidur.
" Kita bobok ya sayang, papa sayang adek" ucap fadi sambil mengelus perut rani
" Mamanya enggak diucapain" kode rani
" Selamat bobo mama sayang, papa sayang mama" ucap fadi dengan nada seperti berbicara pada anaknya
" Enggak ikhlas banget ngucapinnya" ucap rani sambil membalikkan badannya membelakangi fadi berpura- pura merajuk
" Ih itu tuh ikhlas, biar kita latian manggil mama papa " ucap fadi sambil memeluk rani dari belakang
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pregnancy
General FictionKisah sepasang suami istri yang berjuang pada kehamilan anak pertama yang penuh dengan cobaan. Semoga menikmati