Ancaman

232 6 0
                                    

Pagi ini mood rani sedang tidak baik - baik saja, karena kepikiran cerita fadi semalam tentang sang mantan. Fadi baru saja keluar kamar mandi, merasa heran dengan tatapan rani sejak tadi.

" Nih baju kamu" rani memberikan bajunya dengan nada ketus

" Kamu kenapa sih Yang ?" Tanya fadu heran melihat kelakuan sang istri

" Gakpapa" ucapnya yang hendak meninggalkan fadi namun di tahan oleh fadi

" Kenapa Yang ? " Ucap fadi lembut, mendengar itu raut muka rani berubah dari ketus menjadi cemberut manja

" Kamu jangan macem- macem ya" ucap rani sambil memanyunkan bibirnya

" Macem - macem gimana ?" Tanya fadi bingung

" Ya kan di kantor ada mantan kamu yang masih pingin balikan sama kamu" ucap rani akhirnya jujur mengapa sejak tadi wajahnya terlihat kusut

" Oh jadi karena ini, dari tadi cemberut terus. Kamu enggak usah khawatir, aku sayangnya sama kamu" ucap fadi sambil mengedipkan matanya

" Ih apasih sih mas, udah ah ayo makan " ucap rani salah tingkah

Merek berdua pun turun untuk sarapan, selesai sarapan fadi berpamitan dengan rani.

" Aku berangkat dulu ya, jangan cemberut terus nanti anak kita jadinya judes kayak kamu" ucap fadi sambil mengacak- acak rambut rani yang langsung mendapat tepisan dari rani

" Enak aja aku tuh baik hati" ucap rani

"Iya deh iya, yaudah baik- baik ya dirumah" ucap fadi memutus perdebatan yang jika dilanjutkan tidak akan ada habisnya

Setelah kepergian fadi rani kembali ke kamar untuk melakukan rutinitasnya semenjak hamil yaitu ngobrol dengan bayi ataupun mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran dan musik klasik, sampai tak terasa sudah satu jam rani melakukan rutinitasnya. Namun saat akan berdiri rani tak sengaja melihat dompet fadi yang berada di nakas.

" Lo dompetnya mas fadi ketinggalan" ucap rani sambil memegang dompet fadi, rani pun tak berpikir panjang langsung menelpon fadi.

On telp

" Halo mas, ini dompet kamu ketinggalan. Dianterin atau gimana ?" Tanya rani to the point

" Bentar ya Yang aku mau meeting urgent" jawab fadi tergopoh-gopoh dan terdengar sedikit riuh di ujung telepon sana

Off telp

" Keknya mas fadi sibuk deh, aku anterin aja deh" ucap rani kepada dirinya sendiri

Akhirnya rani pun bersiap- siap menuju kantornya fadi untuk mengantarkan dompet fadi yang tertinggal.

Sementara di kantor fadi sedang disibukan dengan berbagai meeting akhir bulan, namun terdapat masalah pada laporan keuangan yang membuat fadi lebih sibuk dua kali lipat.

Saat rani sampai di kantor, entah memang kebetulan atau bagaimana. Rani bertemu kembali dengan veni mantan pacar fadi yang terobsesi untuk kembali dengan fadi.

" Dinda suami saya masih rapat ya ?" Tanya rani pada sekertaris suaminya yang tengah mengambil dokumen untuk dibawa kembali ke ruang rapat

" Iya bu, ibu bisa tunggu di ruangan bapak bu. Saya permisi kembali ke ruang rapat bu " ucap dinda sedikit terburu - buru

Rani pun masuk keruangan suaminya, tak lama saat dia duduk menunggu suaminya terdengar suara ketukan pintu. Rani pun berinisiatif untuk membuka pintu takut ada suatu hal penting, namun saat membuka pintu rani sedikit terkejut melihat siapa yang ada di depannya.

" Iya perlu apa ?" Tanya rani mencoba profesional

" Mana fadi ?" Tanya veni ketus

" Maaf ya pak fadi masih rapat, kalau mau menyampaikan sesuatu bisa lewat bu dinda dulu sebagai sekertaris" ucap rani mencoba profesional

" Ini urusan pribadi bukan kerjaan" jawab veni menyanggah ucapan rani

" Kalau begitu bisa disampaikan ke saya, nanti saya sampaikan ke istri saya" ucap rani yang mencoba untuk tidak terbawa emosi

" Ini makanan buat fadi, ini makanan kesukaannya saat kita pacaran" ucap veni tak tahu malu sambil menyodorkan kotak makan. Rani sebenarnya ingin menolak namun ia juga ingin mengetahui apa makanan yang dulu sering dimakan saat mereka pacaran

" Iya saya terima, nanti saya sampaikan" ucap rani masih mencoba tenang

" Oh iya saya punya pesen buat kamu, fadi itu masih sayang sama saya. Jadi kamu harus siap -siap untuk kehilangan fadi" ucapnya sambil memegang pundak rani dengan genggaman yang cukup erat dan membuat rani tak bisa berkata apa-apa

Rani masuk kedalam ruangan fadi dengan pikiran yang tak karuan, rani ingin tidak menanggapi omongan veni. Namun tak bisa di bohongi, kalau pikirannya juga takut kehilangan fadi dan ucapan veni benar adanya. Rani melamun sampai tak menyadari sang suami masuk keruangannya.

"Yang" ucap fadi duduk di samping rani

" Ehhhh.... Bikin kaget aja mas" ucap rani sedikit terkejut

" Ngelamun nih apasih, wah kamu bawain aku makan siang" ucap fadi sambil mengambil kotak makan pemberian veni

" Oh itu tadi dari veni" jawab rani singkat namun penuh makna, yang membuat fadi sedikit terkejut

" Siapa yang terima ?" Tanya fadi sambil meletakkan kembali kotak makan ke meja

" Aku" jawab rani singkat

" Kenapa diterima ?" Tanya fadi penuh intimidasi yang membuat rani semakin ciut, sampai rani tak mampu menjawab dengan kata- kata

" Kamu diancam ?" Tanya fadi kembali saat tak mendapatkan jawaban dari rani, fadi hafal betul sifat veni. Jadi pasti veni melakukan suatu hal kepada rani sampai rani yang tak punya nyali yang besar

"Enggak" rani berbohong karena dia tak mampu menjelaskan apapun kepada fadi

" Jangan bohong" ucap fadi sedikit menekan ucapannya, yang membuat rani semakin takut. Sehingga rani hanya mampu diam dan menggelengkan kepalanya, melihat rani hanya diam saja fadi langsung mengambil kotak makan pemberian veni dan membuangnya ke kotak sampah. Lalu fadi mengambil handphonenya dan menelpon seseorang.

On telp

" Halo dinda, saya masih ada meeting atau ketemu klien ?" Tanya fadi kepada sang sekertaris

" Bentar ya pak, saya cek dulu" jawab dinda

" Untuk meeting nanti jam tiga sore ada pak, untuk membahas agenda awal bulan bersama tim marketing pak" timpal rani

" Oke din, makasih ya. Saya tinggal pulang dulu ya, anter istri saya pulang dulu" ucap fadi lalu menutup telpon tanpa menunggu jawaban dari dinda

Off telp

" Ayo pulang aku anter" ucap fadi membantu rani berdiri walaupun belum mendapat persetujuan dari sang empu. Pikiran rani sebenarnya sangat kalut dengan ucapan veni tadi serta sikap fadi yang terlihat begitu marah dengan tindakannya menerima bekal dari veni. Di perjalanan pulang mereka saling diam, mereka larut dalam pikiran masing - masing, sesampai di rumah rani langsung menuju kamar tanpa berkata apapun. Fadi juga membiarkan rani menenangkan diri begitu juga dia, ia memilih ke ruang kerja. Mereka merenung sampai tak terasa waktu sudah pukul dua siang, fadi harus segera kembali ke kantor.

" Yang aku berangkat dulu ke kantor ya " ucap fadi yang sudah masuk ke dalam kamar untuk berpamitan kepada sang istri

"Iya mas" ucap rani singkat yang tengah duduk melamun di depan jendela

Setelah berpamitan fadi berangkat kembali ke kantor dengan keadaan pikiran tak karuan, begitu juga pikiran rani yang tak berhenti overthingking.

My PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang