Foto

310 6 0
                                    

Keesokan harinya

"Kamu masih pusing ?" tanya fadi sambil menggunakan jam tanggannya sembari rani memasang dasi

"Dikit" ucap rani sambil membantu suaminya memasang dasi

"Jangan capek - capek lo nanti kalau habis sarapan obatnya diminum, istirahat enggak usah mikirin yang aneh- aneh" ucap fadi sambil mengenakan jasnya dibantu oleh rani

"Iya mas, yuk turun sarapan"

Sete;ah sampai dibawah rani dan fadi disambut oleh bi minah yang tengah menyiapkan sarapan.

"Non rani teh udah sehat ?" tanya bi minah sambil membantu membantu rani menarik kursi

"Alhamdulillah udah enakan kok bi" ucap rani sambil duduk di kursi tepat sebelah kanan fadi

"Tapi bi nanti kalau saya dikantor tolong jagain rani ya bi, rani itu enggak boleh capek, stres terus kebanyakan makanan yang mengandung garam atau yang asin - asin gitu" timpal fadi

"Siap den pasti bibi jaga, yaudah kalau gitu bibi kebelakang dulu ya pamit bi minah

Setelah selesai sarapan fadi berangkat kerja lalu rani beranjak ke kamar atas perintah sang suami, namun saat rani baru memasuki kamar dan mendudukan dirinya di tepi ranjang dan memainkan ponselnya, ia mendapati notifikasi permintaan pesan di instagramku.

"Siapa nih yang direct message di ig kok pakai minta persetujuan berarti aku enggak follow" batin rani, namun saat membaca pesan dari akun yang tak ia kenal sangat terkejut, ia melihat berbagai foto masa muda fadi dengan seorang perempuan yang wajahnya cukup familiar. Rani melihat fadi terlihat bahagia di foto saat acara ulang tahun tebak rani karena terdapat kue beserta lilin serta foto fadi tengah meniup lilin. Bahkan disana ia melihat mertuanya juga ikut berbahagia dan yang membuatnya sangat terkejut adalah foto dimana fadi tengah mencium kening wanita yang kini sering mengusik hidupnya. Tak terasa air matanya menetes entah kenapa hatinya begitu sakit melihat ini semua, rani pun mengusap air matanya dengan kasar lalu mencari tau akun yang mengirim foto tersebut, namun nihil sepertinya fake aacount karena tidak ada foto profil maupun postingan feed instagram bahkan followers dan followingnya tidak ada.

"Dulu mas fadi sepertinya sangat menyayangi veni sampai merayakan ulang tahun sampai mama dan papa juga terlihat bahagia" gumam rani sambil melihat anar foto tersebut.

"Oke jangan stres, enggak usah dipikirin. Nanti tensinya naik lagi" ucap rani memotivasi dirinya sendiri

"Sayang maafin mama ya, akhir - akhir ini mama sering stres pasti kamu juga ikutan stres ya. Mama sedang mendapat ujian sayang, kamu harus kuat ya kita hadapin sama - sama, mama minta maaf ya. Mama sayang kamu" ucap rani sambil mengelus perutnya dan mendapatkan respon berupa tendangan kecil.

Walapun rani berusaha megalihkan pikirannya untuk berfikir positif namun sangat susah, ia tak menyangka bahwa veni dulu sedekat itu dengan fadi bahkan mama sintya dan papa toni juga terlihat akrab dengan veni, ia bertanya - tanya kenapa suaminya tak menceritakan hal ini. Apa masih banyak lagi yang ditutupi dari dia masa lalu fadi, ya waaupun dia sadar masa lalu adalah hak milik sepenuhnya fadi, namu permasalahannya masa lalu itu saat menimbulkan masalah. Memikir itu semua membuat rani pening, ia memilih untuk beristirahat saja.

Sore Hari

Rani masih berbaring di tempat tidurkarena pusing yang ia rasakan semakin mengganggu, sampai tak terasa fadi telah sampai di kediaman mereka.

"Den udah dateng" sapabi minah sambil menyirami tanaman di teras rumah

"Iya bi saya masuk dulu ya" ucap fadi lalu berlalu meninggalkan bi minah dan menuju kamar

Saat pintu kamar terbuka rani membuka matanya perlahan dan melihat fadi, ia pun langsung bangkit untuk menyambut fadi namun kondisi fisiknya tak mampu.

"Kamu kenapa ?" tanya fadi saat mengahmpiri rani yang terlihat lemas

"Pusing" jawab rani singkat

"Dari tadi ?" tanya fadi kembali dengan nada panik

"Iya tadi siang" ucap rani bersandar setelah mencium tangan fadi, mendengar jawaban rani ia langsung mengambil alat tensi dan memasang di lengan rani untuk mengetahui keadaan rani.

"Tinggi lagi lo yang tensi kamu, ke dokter ya abis ini" ucap fadi segera melepaskan jasnya dan melemparkannya ke sembarang arah

"Iya tapi baju kotornya jangan ditaruh sembarangan ih" ucap rani yang meilhat kelakuan sang suami

"Iya" ucap fadi sambil memungut jasnya lalu berlalu ke kamar mandi

Setelelah selesai mandi mereka pun bersiap kembali ke rumah sakit karena kondisi rani yang tak kunjung membaik, tapi saat mereka akan berangkat rani menahan tangan fadi.

"Aku boleh bicara dulu" ucap rani ragu - ragu

"Bicara apa ?" tanya fadi penasaran

"Boleh jelasin tentang ini" jawab rani sambil menunjukkan foto yang entah siapa pengirimnya. Saat fadi melihat itu ia menghela nafas panjang lalu duduk disebelah rani.

"Itu dulu Yang, ya aku memang dengan veni dulu cukup dekat bahkan mama sama papa juga kenal karena setiap aku menjalin hubungan pasti aku kenalin ke orang tua aku. Kamu dulu juga aku kenalin kan ke mama sama papa" ucap fadi

"Kamu enggak usah khawatir, aku enggak akan berpaling dari kamu. Ini ujian untuk kita berdua. Apakah kita mampu atau enggak" ucap fadi sambil menggenggam tangan rani

"Tapi kalau kamu cemburu sih aku enggakpapa asal cemburunya bukan cemburu buta" ucap fadi sambil mengangkat alisnya

"CEMBURU ????" ucap rani dengan spontan dan nada tak terima

"Iya kamu cemburu takut kehilangan aku" ucap fadi dengan percaya dirinya

"Idih pd banget kamu" ucap rani melepas genggaman tangannya

"Kamu tuh ya diajak ngobrol serius malah bercanda" omel rani

"Siapa yang bercanda, ini aku serius Yang" ucap fadi dengan senyuman jahilnya

"Ih udahlah ayo berangkat, cape ngomong sama kamu" ucap rani dengan kesal

"Ngambek, udahlah Yang ini ya aku tegasin lagi mau kamu dapet kiriman foto video or apapun itu. Itu hanya masa lalu aku sama veni udah emggak ada apa - apa dan perasaan lagi, perasan aku cuma buat kamu" ucap fadi sambil mengedipkan matanya

"Ih apasih genit, udah ah ayo berangkat keburu selesai nanti prakteknya dokter fita" ucap rani dengan wajah kesal

"Iya iya ayo Sayangku" ucap fadi sambil mengulurkan tangannya untuk membantu rani berdiri

"Apasih" ucap rani dengan nada semakin kesal dengan perilaku suaminya yang suka sekali menggodanya

"Ah apasih - apasih juga mau kamu" ucap fadi setelah mendapat respon dari rani yang menyambut uluran tangannya

"Ya soalnya lagi pusing takut jatuh kalau enggak pegangan" jawab rani ketus

"Gengsi banget sih jadi orang" ceplos fadi, memang diakuinya sang istri kadangkala memiliki gengsi yang tinggi namun ada kalanya ia sangat manja.

Setelah berpamitan dengan bi minah rani dan fadi bertolak menuju ruah sakit untuk mengetahui kondisi rani lebih lanjut. Selama di perjalanan fadi sedikit bercerita kejadian yang didapatkan istrinya entah dari mana namun fadi menebak bahwa ini adalah ulah sang mantan pacar yang tak bisa move on darinya, ia sengaja membuat aku bodong untuk memanas - manasi rani dengan cara mengirim foto tersebut.


My PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang