Surrender

219 5 0
                                    

6 bulan berlalu setelah kejadian yang memilukan itu.......

Waktu terus berlalu fadi dan rani semakin ikhlas atas kejadian yang telah menimpa mereka, mereka percaya atas takdir tuhan adalah yang terbaik. Dan mereka semakin menyadari bahwa anak adalah titipan dari sang maha kuasa sebagai manusia mereka hanya bisa berusaha namun mereka menyerahkan segala usaha dan do'a mereka kepada sang maha kuasa. Sebuah rumah tangga tidak sepatutnya hanya dinilai dari ada tidaknya seorang anak dan seberapa cepat anak hadir di tengah rumah tangga, anak adalah titipan serta anugerah dari tuhan yang harus dijaga dengan penuh cinta kasih serta tanggung jawab yang harus dijaga sampai akhir hayat. Tuhan tau kapan waktu yang terbaik untuk diberi amanah seorang anak pada setiap pasangan suami istri. Namun di satu sisi pasti ada rasa lelah dan putus asa akan usaha yang telah dilakukan namun belum juga membuahkan hasil.

Selama enam bulan ini fadi dan rani menjalani progam hamil sebagai salah satu bentuk usaha mereka, namun sampai bulan ke enam tuhan belum memberikan kembali kepercayaan pada fadi dan rani. Rani mulai merasa putus asa akan usaha yang ia lakukan, tetapi  sebenernya fadi tidak menuntut rani untuk segera hamil atau memberikannya keturunan, fadi tidak terlalu mempermasalahkan ada tidaknya anak di tengah rumah tangga mereka. Fadi menyadari dia tak berhak memaksa rani karena rani yang akan mengandung melahirkan dan menyusui jadi sangat tidak pantas seorang suami menuntut ataupun menyalahkan seorang istri.

Suatu malam di kamar rani dan fadi

Rani tengah tidur dengan berbantal lengan fadi sedangkan fadi tengah menonton siaran sepak bola.

"Mas" ucap rani tiba- tiba

"Iya, kenapa yang ?"ucap fadi tanpa menolahkan pandangan kepada rani dia tengah fokus melihat siaran sepak bola.

"Boleh ngobrol sebentar enggak mas ?" ucap rani

"Boleh, mau ngobrol apa ?" jawab fadi sambil menoleh kepada rani lalu tatapannya kembali ke arah tv

"Mas kalau aku enggak bisa kasih kamu anak, kamu bakalan ninggalin aku enggak ?" ucap rani sambil melihat lurus ke langit - langit kamar mereka

Fadi terdiam sejenak mendengar pertanyaan rani lalu dia mematikan tv dan merubah posisi mengahdap rani.

"Kenapa nanya gitu ?" ucap fadi lembut

Rani memandang mata fadi sekejap lalu beralih menatap dada fadi

"Ya gakpapa kita kan udah enam bulan jalani progam hamil, aku udah minum vitamin berbagai macam obat, jaga pola makan, olahraga semua saran dan perintah dokter udah aku ikutin tapi sampai sekarang aku juga belum hamil" ucap rani bergetar menahan tangis.

Fadi mengelus rambut rani

"Kita baru beberapa bulan menjalani progam hamil yang, kamu inget gak ada ibu- ibu yang butuh waktu bertahun - tahun usaha demi mendapatkan seorang anak. Masih banyak usaha yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan anak" Ucap fadi

"Tapi aku rasa usaha kita selama ini sia- sia mas" ucap rani frustasi

"Baru satu usaha yang kita lakukan sayang, masih cara kalau kamu mau melakukan masih ada inseminasi buatan, ada bayi tabung juga" ucap fadi

"Kalau semua cara gagal ?" tanya rani kembali

"Yaudah gakpapa, aku tidak mempermasalahkan kita punya anak atau enggak, yang penting kita jalani ruah tangga ini sama - sama sampai maut memisahkan. Dari awal aku nikahin kau anak bukalan tujuan utama, itu semua kuasa yang diatas aku tidak berhak ikut campur dan kalaupun memang kita tidak dipercaya Allah untuk tidak memiliki anak aku enggak masalah" ucap fadi dengan lembut

"Tapi apa kata orang mas ?,aku udah capek terus ditanya kapan punya anak diomongin mandulah apalah aku capek mas. Aku juga iri sama mereka yang baru menikah udah langsung hamil" ucap rani lirih

"Kamu enggak usah dengerin apa kata orang, mereka tidak tau apa yang kita alamin mereka juga tidak tau usaha dan do'a kita mereka hanya menilai dari luar. Kamu memang tidak bisa menutup mulut semua irang tapi tuhan kasih dua tangan buat kamu untuk menutup kedua telinga kamu. Jangan terlalu memikiran apa kata orang mereka tidak tau sebenarnya yang terjadi, cukup kamu fokus dengan orang yang menyayangi dan support kamu." ucap fadi

"Aku tidak pernah menuntut kamu untk segera hamil, itu hak kamu yang akan mengandung melahirkan dan sebagainya itu kamu. Namun aku akan mendukung kamu apapun keputusan kamu juga kalau kamu butuh sesuatu misal kamu pingin ke dokter periksa progam hamil apapun aku akan selalu dukung kamu tapi aku tidak menuntut untuk kamu harus segera hamil. Allah tau yang terbaik untuk kita yang kamu enggak usah khawatir, ini bukan tentang seberapa cepat tapi seberapa tepat. Kalau sudah tepat waktunya menurut allah maka akan terjadi" timpal fadi

Rani terdiam sejenak mendengarkan kata- kata fadi lalu ia menarik nafas panjang dan kembali bertanya dengan pertanyaan yang sangat mengejutkan

"Kalau aku suruh kamu menikah lagi biar kamu punya anak kamu gimana mas ?" ucap rani sambil meneteskan air matanya

"Tidak yang, aku tidak akan melakukan itu. Kalau kamu minta bayi tabung ke  singapura malaysia akan ku turuti namun untuk itu aku tidak bisa melakukannya. Jangan pernah mengucap kata- kata itu lagi, aku enggak suka " ucap fadi sedikit emosi dengan pertanyaan rani

"Tapi mas..." ucap rani ingin membantah perkataan fadi namun belum sempat ia meneruskan fadi sudah memotong perkataannya

"Udah enggak usah dibahas aku tidak akan melakukan itu apapun yang terjadi. Kamu jangan berpikir aneh- aneh aku enggak masalah kita mau punya anak atau enggak" ucap fadi tegas

Rani yang mendengar jawaban fadi merasa bersalah

"Aku minta maaf ya mas" ucap rani lirih

"Iya gakpapa tapi jangan nyuruh aku atau tanya akan hal itu lagi ya, aku sayang sama kamu aku tidak pernah sedikitpun untuk berpikir kearah sana. Aku tau kamu ingin aku segera memiliki keturunan tapi bukan begitu carana. aku hanya mau anak itu lahir dari rahim kamu" ucap fadi sambil mengecup pucuk kepala rani

"Aku minta maaf ya mas sampai saat ini belum bisa kasih kamu anak" ucap rani sambil menamgis

"Bukan salah kamu yang, kamu enggak peru minta maaf" ucap fadi memeluk rani

Mendengar jawaban fadi rani semakin terisak, begitu besar cinta dan kasih sayang fadi terhadapnya. Dia merasa sangat beruntung memliki suami sepertu fadi

"Kalau kamu lelah kamu capek kamu boleh istirahat dulu untuk menjalani progam hamil yang sedang kita jalani. Aku tau lelah mejalani semuanya." tanya fadi sambil menatap rani dengan senyuman yang menghangatkan hati rani

"Makasih ya mas, aku beruntung banget punya kamu mas " ucap rani masih terisak

Fadi yang mendengar rani masih terisak pun tertawa, rani yang mendengar fadi tertawa merasa heran kenapa sang suami tertawa

"Kenapa ketawa kan aku bilang makasih ke kamu?" tanya rani sambil menangis

"Kamu itu lucu, nangis terus soalnya masak bilang makasih sambil nangis aku kan jadi bingung harus jawab gimana, mau seneng dipuji eh tapi yang muji sambil nangis kan bingung" ucap fadi sambil tersenyum lebar itu membuat rani kesal sang suami rani pun mencubiti perut fadi

"Aduh sakit" ucap fadi sambil memegangi perutnya namun sambil tertawa yang membuat rani semakin kesal dan terus mencubiti perut suaminya

"Ampun aduh sakit yang" teriak fadi

"Biarin biar tau rasa " ucap rani dengan nada kesal

Mereka pun larut dalam candaan yang sengaja fadi buat agar rani sedikit melupakan masalah yang tengah dihadapi.

My PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang