Makam

313 5 1
                                    

" Jangan ngomel dulu pagi - pagi, makin pusing nih" ucap rani cemberut karena kena omal fadi yang sebenarnya ringan, namun karena suasana hatinya lagi cemas dan gelisah karena mimpi tentang orang tuanya membuat rani menjadi lebih sensitif.

" Ya iya, kalau gitu aku mandi dulu ya " ucap fadi lalu berlalu meninggalkan rani yang hanya dibalas anggukan

Saat fadi mandi rani memejamkan matanya kembali karena kepalanya masih pusing jadi ia memutuskan untuk tidur kembali, namun baru sepuluh menit ia memejamkan matanya handphonenya berdering menandakan ada telepon masuk. Rani pun membuka matanya lalu mengambil handphonenya di nakas yang berada tepat di sebelahnya.

" Bude rini, tumben ya pagi - pagi gini udah telpon" gumam rani merasa heran kenapa adik dari sang mama telepon sepagi ini.

On telp

" Hallo bude" ucap rani

" Rani" ucap bude rini dengan suara bergetar menahan tangis

" Kenapa bude ?" tanya rani

" Makan bunda sama ayahmu ran " tangis bude rini pun pecah

" Kenapa bude makamnya ?" tanya rani gelisah karena mendengar sang bude menangis

" Itu ran disini semalam abis hujan deras dan angin kencang ran selama ber jam - jam, jadi makam mbak ayu sama ayahmu jadi ambles dan ada pohon besar yang jatuh diatas makamnya" jawab bude rini, rani yang mendengar pun langsung meneteskan air matanya

" Ran kamu kesini ya, kamu udah lama kan enggak ke makam. Barangkali bunda sama ayah kangen ran" ucap bude rini diakhir telepon sebelum menutup teleponnya

Off telp

Rani masih berusaha mencerna semua kata - kata bude rini mengenai makam kedua orang tuanya. Namun sesaat setelah telepon dimatikan bude rini mengirim sebuah gambar makam yang sudah tak berbentuk makam, mulai dari nisan yang patah, tanah yang ambles cukup dalam dan dipenuhi oleh air, serta batang bohon besar tepat diatas makam tersebut. Hal itu membuat tangis rani pecah, ia tak menyangka mimpinya semalam adalah pertanda akan terjadinya hal ini. Ditambah dengan kata - kata bude rini diakhir telepon, semakin membuat rani merasa bersalah karena sudah lama tidak mengunjungi makam kedua orang tuanya. Fadi yang mendengar tangis rani pun segera keluar kamar mandi dengan terburu - buru.

" Kenapa sayang ?" tanya fadi panik melihat rani sudah terisak, rani hanya memandang wajah fadi ssbentar lalu menghamburkan badannya ke pelukan fadi. Fadi yang melihat reaksi rani semakin bingung dan panik

" Kenapa, ada yang sakit ?" tanya fadi kembali untuk menggali informasi apa yang terjadi, namun hanya mendapat gelengan dari rani di dalam pelukannya

" Terus kenapa ?"

" Mau.. pulang " ucap rani sambil terbata - bata karena menangis

" Kenapa pulang, kan masih tinggi tensinya"

" Mau pulang mas sekarang" ucap rani sambil berusaha turun dari tempat tidur

" Eh eh mau kemana" ucap fadi sambil memegang badan rani yang sudah berdiri di samping ranjang rumah sakit

" Mau pulang ke surabaya sekarang"

" Iya nanti ya kalau udah sehat kita kesana" bujuk fadi

" Gak mau pokoknya sekarang" ucap rani dengan nada sedikit tinggi

" Kenapa sih, coba jelasin dulu kenapa "

" Makam ayah sama ayah" ucap rani sambil terisak dan menunjukkan foto yang dikirim bude rini, fadi yang melihat hal itu juga cukup syok

" Pulang mas" ucap rani dengan sesenggukan

" Ehmmm gimana ya kan tensi kamu juga masih tinggi, nanti aku telepon bude rini deh untuk nyari orang buat benerin makam bunda sama ayah ya. Kamu istirahat dulu disini ya" ucap fadi mencoba mencari jalan tengahnya

" Gak mau, pokoknya aku mau pulang sekarang" ucap rani sambil berjalan walaupun sedikit pusing dan baru beberapa langkah ia berjalan perutnya kram hebat yang membuatnya hampir jatuh namun dengan sigap fadi menahannya.

" Auuuu... Mass..... " ucap rani merintih sambil memegang perutnya

" Kenapa, pusing ?" tanya fadi panik

" Perutnya sakit" ucap rani terbata - bata, mendengar jawaban sang istri fadi bun segera membopong rani menuju ranjang.

" Mass....." ucap rani sambil menggenggam erat baju fadi, fadi pun segera memencet bel untuk memanggil suster. Tak lama suster datang

" Kenapa pak bu ?" tanya suster

" Ini sus perutnya sakit" ucap fadi panik

" Bentar ya pak bu, saya panggilkan dokter" ucap suster lalu berlalu dari kamar rawat rani

Beberapa saat setelah itu datang dokter bersama dua orang suster dengan berbagai alat seperti alat tensi, CTG, dan berbagai peralatan untuk infus dan juga beberapa suntikan beserta obatnya.

" Sus berapa tensinya ?" tanya dokter sambil memeriksa perut rani

" 155/ 100 mmhg dok" ucap suster

" Sus pasang CTG, terus pasang infus lalu. Siapkan obat anti kontraksi, penurun tekanan darah, dan juga obat anti kejang" ucap dokter beralih memeriksa dada rani dengan stetoskop

" Mass..... Sakit " ucap rani sambil terisak dengan memegang erat ujung bantalnya

" Iya sabar yang kuat ya" ucap fadi sambil mengelus kepala rani

" Dok ini kontraksinya di angka 50 dan untuk detak jantung janinnya normal dok 115 kali per menit" ucap suster setelah alat CTG terpasang di perut rani

" Masukkan obat anti kontraksi, obat anti kejang menggunakan syringe pump, lalu masukkan obat penurun darah" ucap dokter lalu mendapat anggukan suster

" Sus lakukan CTG selama satu jam kedepan" ucap dokter

" saya permisi dulu ya pak. Ibu rani harus bed rest ya pak nanti kalau mau ke kamar mandi, pakai pispot dulu ya pak " ucap dokter kepada fadi

" Iya dok tapi istri saya baik - baik saja kan dok ?" tanya fadi

" Kita pantau dulu ya pak" jawab dokter lalu pamit dan pergi meninggalkan ruangan rani

" Pak kami tinggal dulu ya, nanti saya kembali" ucap suster

Setelah kepergian dokter dan suster pergi, fadi duduk disebelah rani dan menggenggam tangan sang istri.

" Masih sakit ?" tanya fadi kepada rani yang hanya mendapat anggukan dari rani sambil menggenggam erat tangan fadi

" Mas.... Bunda, ayah" ucap rani pelan

" Iya nanti aku yang urus, nanti aku telepon bude buat urus. Kamu jangan stres ya sayang, kamu kan lagi sakit ya bunda sama ayah pasti tau kok kalau kamu lagi sakit dan sedang berjuang mengandung cucunya " ucap fadi sambil mengelus tangan rani, mendengar itu rani meneteskan air matanya. Dan dengan sigap mengusap  air matanya.

" Nanti kalau sudah sembuh kita kesana ya, makanya harus sehat ya biar bisa ke makamnya ayah sama bunda" tambah fadi untuk menenangkan rani

" Sayangnya papa sama mama maaf ya nanti kalau mama sudah sehat kita ke makam mbah uti sama mbah kung ya sama mama dan papa" ucap fadi sambil mengelus perut rani dan mendapat respon tendangan dari bayi yang ada di dalam kandungan

" Ih jagoannya papa, semangat sembuh ya sayang" ucap fadi sambil tersenyum

Nb : Maaf ya baru update soale kemarin author sakit 😁

My PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang