Selama perjalanan dari rumah sakit sampai kerumah masih sama saat berangkat hanya suara lagu yang keluar dari speaker mobil hingga tak terasa bahwa mereka telah sampai di kediamannya.
Fadi langsung mengantar rani ke kamar, walaupun awalnya mendapat penolakan dari rani. Sesampainya di kamar, fadi melepaskan jasnya menandakan ia tidak jadi ke kantor.
" Kamu enggak berangkat ?' tanya rani yang melihat suaminya melepaskan semua atribut kerjanya
" Enggak, aku mau bicara dan selesain semuanya hari ini" jawab fadi sambil melepaskan jam tangannya
" Enggak ada yang perlu dibicarakan" ucap rani kembali teringat kejadian semalam, namun fadi tak menjawab ia langsung menuju ranjang dan duduk tepat di sebelah rani
" Kamu istri aku bukan setahun dua tahun, kamu pasti tau gimana aku. Akutuh enggak mungkin ngelakuin hal bodoh kayak gitu Yang ngundang mantan pacar aku makan dirumah, kalau aku mau gila kan gak mungkin dirumah Yang" ucap fadi
" Oh jadi kamu mau main gila diluar, silahkan" jawab rani dengan nada meninggi
" Bukan gitu maksudku, itu hanya ibarat kalau aku mau. Tapi kan aku pilih enggak Yang" ucap fadi ikut meninggi
" Gini deh Yang, kamu kan dari awal aku udah cerita. Gimana veni, itu cuman akal bulusnya, Yang please percaya aku. Kamu itu enggak boleh stres, jangan terbawa permainan veni Yang. Please percaya sama aku" timpal fadi dengan nada merendah dan terdengar tulus oleh veni
" Aku takut kamu pergi ninggalin aku" ucap rani sambil meneteskan air mata
" Jangan pernah punya kepikiran gitu, aku enggak akan ninggalin kamu " ucap fadi sambil menggenggam tangan rani, saat mereka saling menggenggam terdengar dering telpon.
On Telp
" Ada apa din ?" Tanya fadi to the point ketika melihat nama yang tertera di layar hpnya
" Mohon maaf pak mau konfirmasi, apa bapak ke kantor ?" Tanya dinda dengan sopan
" Oh iya saya lupa ngabarin kamu, enggak din. Istri saya lagi sakit, kalau ada dokumen yang urgent antar ke rumah aja ya. Saya hari tidak ada meeting kan ?"
" Sebentar pak saya cek dulu" jawab dinda sambil membuka schedule fadi
" Tidak ada pak" ucap dinda setelah beberapa saat melihat jadwal fadi hari ini
" Oke makasih ya din"
" Iya sama - sama pak"
Off Telp
" Kamu yakin enggak ke kantor ?" Tanya dinda ulang
" Enggak, aku mau ke apotek aja beli alat tensi buat kamu"
" Enggak usahlah mas, abis ini pasti enakan kalau udah istirahat sama minum obat"
" Enggakpapa udah kamu nurut aja, udah aku keluar dulu ya" ucap fadi lalu bergegas mengambil kunci mobil
Sementara di kantor dinda dibuat pusing dengan veni.
" Mbak saya sudah bilang kalau tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, anda dilarang menemui pak fadi" ucap dinda kesal
" Sekarang kan jam istirahat, udah minggir. Saya mau lewat" ucap veni yang mencoba menerobos masuk keruangan fadi namun tertahan oleh dinda
" Mbak saya peringatkan lagi, dilarang masuk kecuali urusan pekerjaan. Lagian pak fadi juga lagi tidak berada di kantor" ucap dinda lelah berdebat dengan wanita gatel satu ini
" Kemana ?" Tanya veni heran
" Itu privasi, udah ya mbak. Pekerjaan saya lagi banyak" ucap dinda langsung duduk di kursinya
Di rumah fadi
" Ayo Yang makan lagi, masak makan cuman tiga suap sih" bujuk fadi sambil memegang sendok berisi satu suap nasi
" Enggak ah mas, gak enak" ucap rani sambil memalingkan wajahnya
" Ayo dong Yang abis ini minum obat"
" Enggak ada rasanya mas, gak enak" ucap rani dengan wajah melasnya
" Ya kan kata dokter kamu enggak boleh makan yang asin" Yang. Ini tadi aku minta bibi buat masakin khusus kamu" ucap fadi tetep kekeh memegang sendok didepan wajah rani berharap rani mau membuka mulutnya
" Ayo Yang pegel ini tangan aku" tambah fadi
" Udah ah, langsung minum obat aja" ucap rani merebut sendok dari tangan fadi dan meletakkannya di piring, lalu mengambil obat lalu meminumnya
" Yaudah istirahat yuk" ucap fadi meletakkan piring di nakas tanpa membawanya turun terlebih dahulu dan langsung berbaring disamping rani. Akhirnya rani yang merasa berkurang pusingnya dan risih melihat piring kotor ada di kamar, ia hendak bangkit untuk membawanya turun ke bawah ditahan oleh fadi
" Mau ngapain ?" Tanya fadi sambil menahan lengan rani
" Mau bawah ini kebawah"
" Udah enggak usah, biar aku aja" ucap fadi lalu bangkit dan membawa piring kotor itu ke dapur. Setelah itu fadi lanjut bergabung dengan rani diatas ranjang, mereka tidur dengan nyenyak karena masalah telah terselesaikan. Sehingga mereka dapat tidur dengan nyenyak, sampai mereka tak sadar waktu sudah sore hari. Namun semuanya berakhir karena ketukan pintu.
Tok ...... Tok ........ Tok ..........
Rani yang mendengar itu segera bangkit dari tidurnya dengan perlahan karena memang ia masih merasakan sedikit pusing, berbeda dengan fadi yang masih terlelap di alam mimpinya sampai tak mendengar ada sura ketukan.
" Iya bi ?" Ucap rani saat sudah membuka pintu
" Itu non ada tamu, tapi kemarin den fadi teh pesen buat enggak nerima tamu itu lagi non. Tapi orangnya teriak - teriak terus non, saya mesti gimana ?" Tanya bi minah bingung
" Yaudah biar saya yang temui tapi enggak usah dibuka gerbangnya, suruh tunggu diluar aja" pesan rani kepada bi minah
Rani pun membenarkan penampilannya terlebih dahulu karena ya namanya orang baru bangun tidur, rani turun kebawah untuk menemui tamu yang dilarang masuk oleh fadi tanpa membangunkannya. Setelah sampai di gerbang rani disambut dengan wajah masam seorang perempuan yang sudah tak asing lagi bagi rani.
" Ada perlu apa ?" Ucap rani tegas
" Aku mau ketemu fadi, tapi pembantu kamu ini kurang ajar. Masak ada tamu enggak dibukain gerbang sih, suruh nunggu diluar kan panas nanti kalau kulit saya gosong gimana" cerocos veni dengan gaya centilnya
" Mbak maaf ya kami sedang tidak menerima tamu, jadi mohon untuk pergi dan tidak membuat keributan dengan teriak - teriak " ucap rani masih berusaha sabar dengan wanita penggemar berat suaminya ini.
" Enggak mau tau, pokoknya aku nau ketemu fadi. Panggilan dong" Ucap veni semena - mena
" Eh kalian pasti lagi berantem ya" ucap veni sambil menutup mulutnya dengan wajah mengejek
" Mbak tidak bisa bahasa indonesia atau gimana kan saya sudah suruh pulang " ucap rani sambil memijat keningnya yang semakin pusing meladeni veni
" Ih iya lagi berantem ya, makanya enggak mau manggilin. Atau udah pisah rumah ????" Tanya veni dengan nada mengejek, namun tiba - tiba suara dari belakang menginterupsi dua orang wanita yang tersekat oleh pagar besi.
" Siapa bilang kita pisah rumah ?" Ucap fadi dengan nada dingin
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pregnancy
General FictionKisah sepasang suami istri yang berjuang pada kehamilan anak pertama yang penuh dengan cobaan. Semoga menikmati