Trouble Maker

230 3 1
                                    

Setelah kepergian fadi, rani kembali memainkan handphonenya. Waktu terus berlalu sampai jam menuju jam sepuluh, terdengar suara ketukan pintu ruangannya.

Tok ...... Tok ..... Tok .......

" Masuk" ucap rani dengan santai

" Tumben mama pakai ketok segala atau suster ya makanya ngetok" batin rani

Namun saat pintu terbuka rani terkejut saat melihat siapa yang ada di depan pintu ruang rawatnya. 

"Hai, Ketemu lagi kita" ucap veni dengan lenggak- lenggok bak model

" Ngapain ?" ucap rani ketus

" Judes banget sih kan aku mau jenguk" ucap rani sambil meletakkan buah di nakas sebelah ranjang rani

" Aku enggak butuh dijenguk" ucap rani tetap cuek

" Ya harus dong kan abis ini kamu mati jadi aku sebagai pengganti kamu harus baik sama kamu" ucap veni dengan sombong, namun rani tak menanggapi

"Oh iya aku sampein satu hal lagi, sebenernya aku mau ketemu fadi untuk minta masukin aku lagi ke kantor" ucap rani sambil duduk disebalah rani

Flashback

" Ibu veni, maaf ya hari ini terakhir ibu bekerja sebagi staff devisi keuangan" Ucap HRD kantor fadiyang banyak mendapat keluhan dari rekan kerja maupun dinda sekertaris fadi

" Kenapa bu, saya kan enggak bikin kesalahan apapun" ucap veni tak sadar diri

" Maaf bu, ini sudah keputusan kami karena saya melihat kinerja ibu kurang baik selama satu bulan ini jadi kami putuskan untuk memutus hubungan kerja dengan ibu. Silahkan bereskan ruangan ibu hari ini juga" Ucap HRD

"Enggak bisa bu, saya akan pastikan ibu yang dipecat bukan saya" ucap veni emosi

"Bu maaf silahkan keluar, jangan teriak - teriak atau saya panggil satpam" ucap HRD tetap berusaha tenang

" Enggak saya enggak akan keluar dari ruangan ini sampai ibu dipecat" ucap veni sambil berusaha menelpon fadi namun tak terdengar teleponnya tersambung dengan fadi sepertinya nomernya diblokir oleh fadi, melihat hal itu HRD tersebut menekan nomor di telepon kantor tak lama itu satpan datang ke dalam ruang HRD tersebut.

" Ada yang bisa saya bantu bu ?" ucap seorang satpam saat masuk ke ruangan

" Tolong antarkan ibu ini keluar" ucap HRD dengan nada yang tetap tenang dan diangguki oleh satpam

" Mari bu saya antar keluar" ucap satpam dengan lembut namun tegas

" Enggak" ucap veni menolak dan tetap berusaha telpon ke fadi 

" Ibu mau dengan cara halus atau paksaan ?" ucap satpa dengan tegas

" Pokokya enggak" jawab rani dengan berteriak, tanpa berpikir panjang pak satpam langsung memegang tangan veni dan memaksa veni keluar dari ruangan walaupun veni membrontak dan terus mengeluarkan sumpah serapah.

Flashback Off

" Jadi aku mau kamu bilang ke fadi untuk kembali menerima aku di kantor" ucapnya sambil dengan gaya sombongnya

" Enggak bisa, itu bukan urusanku. Itu sudah keputusan perusahaan" ucap rani sambil mengirimkan pesan kepada fadi untuk segera kembali

" Oke, kalau itu pilihanmu. Aku akan......." ucap veni terhenti lalu berdiri dan berjalan mendekati laptop fadi yang ada di sofa bed

" Data perusahaan akan ku sebar dan membuat berita kalau perusahan fadi memanipulasi data keuangan untuk mengurangi pengeluaran pajak" ucap veni sambil membuka tas laptop fadi. Rani yang melihat itu menjadi panik dan berusaha turun dari tempat tidur

" Jangan macam - macam kamu" ucap rani berjalan perlahan kearah veni walaupun pusingnya kembali sejak veni berbicara bahwa dia akan mati

" Opsss" ucap veni yang sudah memegang laptop fadi dengan wajah mengejek

" Jangan sentuh barang mas fadi" ucap rani emosi yang membuat perutnya sedikit kram namun ia tahan

" Kamu tuh lemah enggak mungkin bisa menghalangi aku" ucap veni sambil berdiri, melihat hal itu rani semakin panik dan berusaha mendekat ke veni dengan berjalan sedikit cepat

" Aku bakal teriak maling kalau kamu tidak kembali meletakkan laptop mas fadi" ucap rani sambil menahan kram di perutnya

" Enggak bakal ada yang denger, sekali lagi kamu tuh lemah. Enggak bakal bisa kamu teriak sampai ada suster yang denger" ucap veni lalu melangkahkan kakinya untuk keluar

" Ahhhh......." ucap rani merintih sambil terus berusaha mengejar veni

" Bye bye lemah" ucap veni yang sudah didekat pintu ruangan rani, namun belum sampai veni keluar mama sintya membuka pintu dan melihat sang menantu yang sudah berkeringat menahan sakit

"Heh kamu apain menantu saya" ucap mama sintya yang mendekati rani untuk membantu sang menantu yang sudah terlihat kesakitan

" Ma... Laptop Mas... fadi" ucap rani yang sudah terbata - bata, mendengar kalimat tersebut mama sintya melihat laptop ditangan perempuan yang sepertinya tak asing. Lalu merebutnya walaupun veni sempet menahan namun jangan dilawan kekuatan emak - emak yang menyandang sebagai ras terkuat di muka bumi.

 Setelah merebut laptop fadi dan mengusir veni untuk keluar mama sintya membantu rani kembali ke ranjang.

" Ma.... Sakit"ucap rani sambil memegang perutnya

" Iya ya mama udah panggil suster" ucap mama sintya panik karena melihat rani kesakitan

" Mas... fadi ma" ucap rani lirih sambil meremas ujung bantalnya

" Iya ya mama telpon fadi ya" ucap mama sintya lalu mencari handphonenya di tas

Saat mama sintya sedang menelpon fadi suster datang ke ruangan rani

" Kenapa bu ?" tanya suster yang melihat rani berkeringat sambil merintih dan memegang perutnya

" Sakit.... sus" ucap rani sambil menarik nafas panjang

" Bentar ya bu saya ambilkan CTG dulu dan saya telponkan dokter" ucap suster kepada mama sintya lalu keluar dari ruangan

On Telp

" Hallo fad, cepet balik ke rumah sakit" ucap mama sintya spontan begitu telepon diangkat oleh fadi

" Iya ma, ini aku udah di parkiran" ucap fadi panik karena sudah membaca pesan dari rani

Off Telp

" Sabar ya sayang fadi sudah diparkiran" ucap mama sintya sambil mengelus dahi rani

Tak lama bersama kemudian fadi dan suster datang bersamaan dan langsung mendatangi rani. Saat fadi datang ia langsung menggenggam tangan rani, lalu suster pertama memasang CTG dan suster lainnya menyuntikkan obat anti kontraksi dan juga mengecek tensi rani.

"  Sakit..." ucap rani lirih sambil menggengam erat tangan fadi

" Iya, maaf ya. Tarik nafas sayang" Ucap fadi sambil mengecup punggung tangan rani

" Pak ini tensi ibu rani kembali tinggi, bagaimana ini bisa terjadi ?" tanya suster untuk kebutuhan anamnesis

" Saya enggak tau sus, tadi gimana ma ? " tanya fadi ke mama sintya sambil tetap menggenggam tangan rani

" Tadi pas mama dateng rani udah kesakitan terus mama bantu buat balik ke kasur" jawab mama sintya masih panik

" Berarti tadi ibu rani turun dari ranjang ?" tanya suster meyakinkan

" Iya sus" jawab mama sintya

Setelah mendapat jawaban dari mama sintya satu suster keluar untuk kembali melaporkan kepada dokter dan satu suster masih stand by di ruangan untuk memantau keadaan rani.

My PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang