Malam ini adalah malam yang terasa cukup panjang diselingi angin malam yang menusuk sukma, fadi duduk termenung didepan ruang ICU dengan ditemani papa toni. Ia rasa waktu tak bergerak, fadi ingin segera pagi agar dapat masuk kedalam ruangan untuk melihat istri dan anaknya yang sedang berjuang.
Detik demi detik berlalu menit demi menit dilalui dan jam demi jam sudah terlewati, akhirnya tiba saatnya jam besuk untuk kedua ruangan yang tak semberang orang boleh memasukinya terbuka. Pertama fadi mengunjungi anaknya yang berada di ruang NICU untuk melantunkan adzan yang belum sempat ia lakukan kemarin karena kondisi yang tidak memungkingkan. Langkah demi langkah fadi perlahan masuk ke dalam ruangan yang hening namun berisik dengan bunyi- bunyi alat medis. Sesampainya didepan inkubator sang putra rasanya ia ingin mendekap bayi mungil yang tubuhnya dipenuhi berbagai selang dan kabel.
" Sayang ini papa" ucap fadi dengan suara bergetar, setelah itu ia mengumandangkan adzan secara lirih ditelingan sang putra, bayi mungil itu seakan merespon dengan geliatan - geliatan kecil di badannya dan juga tendangan- tendangan kecil dari kaki mungilnya.
" Sayang kamu harus kuat ya, sehat ya sayang. Papa udah siapin nama yang indah buat kamu, mau dengar enggak ?" tanya fadi seolah - olah sang anak sudah mengerti dengan ucapannya
" Papa udah pilihan nama yang paling bagus untuk kamu, Arkatama Zyandru Putra Mahesvara. Selamat datang didunia Arka. Papa akan selalu menjadi orang terdepan yang akan menjaga kamu, kamu harus kuat dan bertahan ya sayang. Papa tunggu arka sehat ya nanti kita main bola bareng" ucap fadi sambil menghapus air mata yang jatuh diatas pipinya sejak ia kumandangkan adzan tadi
" Papa keluar dulu ya arka sayang nanti papa kesini lagi soalnya papa juga mau ke mama ya" ucap fadi lalu pergi meninggalkan ruangan penuh bayi tersebut
Setelah itu bergegas menuju ruang ICU karena jam besuk untuk kedua ruangan tersebut memiliki jam besuk yang sama dan terbatas. Setelah menyusuri beberapa bilik yang dibatasi oleh tirai - tirai fadi akhirnya sampai di dalam bilik rani, jantungnya rasanya berhenti berdetak melihat kondisi rani. Mulut rani sedikit terbuka dengan plester yang memenuhi tepi bibirnya dan terdapat selang panjang yang terhubung ke sebuah mesin yang sangat asing bagi fadi. Rasanya ia tak sanggup lagi menahan tangisnya, fadi menumpahkan semuanya sambil memegang sisi ranjang rani dengan keadaan berlutut, belum selesai ia memproses apa yang ia lihat dari putra pertama kini ia dihadapkan dengan kondisi rani yang tak kalah menyedihkan. Hampir lima menint ia hanya menangis disamping rani sambil memegang tangan rani yang terasa sangat dingin seperti bukan tangan manusia.
" Sayang maafin aku" hal itu yang pertama kali keluar dari mulut fadi karena ia merasa karena ini merupakan kesalahannya
" Sayang anak kita ganteng banget lo, kamu harus buka mata kamu buat liat pangeran kecil kita, kamu juga belum tau kan nama anak kita. Aku udah adzanin barusan dan udah aku kasih nama yang indah. Kamu mau denger nggak ?" ucap fadi dengan sisa tangisnya
" Arkatama Zyandru Putra Mahesvara, bagus kan. Panggilannya Arka. Itu artinya bagus banget tau yang. Arkatama artinya Permata yang menerangi keluarga, terus Zyandru artinya lelaki jantan yang rajin belajar dan berdoa, sedangkan Mahesvara adalah Raja besar, dan kalau arka sendiri punya arti penerang keluarga. Aku berharap dia jadi anak yang bisa menerangi keluarga kecil kita dan jadi lelaki yang rajin belajar dan berdoa supaya menjadi raja yang besar seperti arti namanya"
"Kamu harus sehat pokoknya, kamu harus liat raja besar kita. Aku selalu tungguin kamu didepan kok, sesuai janjiku akuenggak pernah kemana - mana dan bakal temenin kamu terus. Kamu mungkin disini sendiri tapi doa dan cintaku yang selalu temenin kamu disini. Sehat ya Sayang" ucap fadi lalu mengecup tangan rani
Namun belum puas ia mencium tangan sang istri, ia dikejutkan oleh suster yang memberi peringatan bahwa jam kunjungan habis dikarenakan ada visit dokter.
" Pak mohon maaf ya jam kunjungnya sudah habis soalnya ada dokter yang mau visit" ucap suster itu lalu beranjak dari fadi karena juga harus menyampaikan hal ini kepada keluarga pasien lain.
" Aku keluar dulu ya Sayang" ucap fadi lalu meletakkan tangan rani yang dipenuhi selang infus secara perlahan, setelah itu fadi beranjak dari bilik rani. Didepan papa toni menyambutnya dengan senuman hangat, ia pun duduk disebelah papa toni dan menyandarkan punggungnya dikursi. Rasanya ia sangat lelah bukan hanya fisik namun juga mental dan pikirannya.
" Gimana udah di adzanin tadi baby-nya ?' tanya papa toni membuka percakapan yang dibalas anggukan oleh fadi
" Hidungnya mancung tau pa" ucap fadi dengan suara bergetar meningat kembali apa yang ia lihat didalam ruang NICU serta operasi kemarin
" Pasti dia akan jadi anak yang kuat seperti papanya" ucap pap toni sambil menepuk pundak fadi
" Namanya siapa, papa belum tau nih" tanya papa toni yang juga ikut menyandarkan punggunya di kursi
" Namanya Arkatama Zyandru Putra Mahesvara, panggilannya arka"
" Bagus banget namanya, semoga arka menjadi seperti arti namanya ya"
" Kamu yang pilih sendiri atau bareng rani ?"
" Aku, rani belum tau. Tapi tadi udah aku kasih tau, enggak tau dia dengar apa enggak" ucap fadi dengan satu bulir air mata jatuh, melihat hal itu papa toni merangkul pundak fadi untuk memberi semangat kepada sang putra
" Rani pasti happy banget denger nama yang indah itu. Walaupun mungkin rani enggak dengar dengan jelas apa yang kamu bilang bahwa orang yang tak sadarkan diri juga masih bisa mendengar suara kita walaupun itu lirih" hibur papa toni
" Mereka akan baik - baik aja kan pa " tanya fadi sambil menatap pap toni penuh harap, papa toni yang tak pernah melihat muka sang putra sehancur itu berusaha memilih jawab yang dapat memberi fadi harapan namun tak juga menipunya.
" Kita doakan sama - sama ya, yang papa tau rani adalah orang yang tak pantang menyerah dan punya semangat yang tinggi. Kita sudah berusaha tinggal kita kencengin doanya " ucap papa toni tak mau memberikan harapan palsu terhadap putra semata wayangya tersebut
Mendengar jawaban tersebut fadi menyandarkan kepalanya kepada pundak papa toni, rasanya ia tak tau harus merespon apa terhadap jawaban sang papa itu semua memiliki peluang 50/50. Ia tahu betul sang papa tak akan pernah menutupi kenyataan yang terjadi hanya untuk menghiburnya namun papa toni tak pernah membiarkan dirinya menghadapi kesulitan sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pregnancy
General FictionKisah sepasang suami istri yang berjuang pada kehamilan anak pertama yang penuh dengan cobaan. Semoga menikmati