“Selagi mereka masih hidup, maka bahagiakan lah kedua orang tuamu. Karena banyak dari anak-anak lupa bahwa kedudukan ibu yang paling utama.”
-Keikhlasan Cinta***
Menciptakan bahagia itu bukan dinilai dari seberapa mewahnya rumah, dari banyaknya harta. Melainkan, bahagia itu bagaimana kita bisa melihat orang tua yang terlihat bahagia sebab diri kita, berbakti kepada orang tua adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan setiap anak. Apalagi berbakti kepada ibu, karena ibu sudah berjuang mempertaruhkan nyawanya. Melahirkan, menyusui, merawat dari kecil hingga dewasa ini, semua yang dilakukan setiap ibu itu tulus, tidak banyak yang mereka pinta dari seorang anak, melainkan melihat anaknya tumbuh dewasa dan menjadi perempuan yang Solehah, taat kepada Allah dan kedua orang tua, adalah keinginan semua ibu termasuk ayah.
Banyak dari beberapa kasus seperti anak yang rela membunuh ibu kandungnya karena sebuah alasan yang tidak masuk akal. Menurut saya, ibu itu segala-galanya bagi hidup saya. Jika tidak ada beliau di dunia, maka saya pun tidak akan pernah lahir ke dunia ini. Sama halnya dengan Saffa, ia bahkan rela berkorban demi papa dan mamanya bahagia. Saffa yang selalu nurut terhadap orang tuanya, membuat dirinya mengorbankan cintanya, tentang perjodohan itu, Saffa lagi-lagi hanya bisa pasrah, tapi tidak nyerah.
Dia yakin, kalau Allah sudah menakar takdirnya sebaik mungkin. Maka percayalah, jodoh itu tidak akan pernah tertukar, apalagi nyasar.
“Nak... Secinta apapun kamu dengan lelaki itu, kalo memang Allah tidak menjodohkan kalian, kamu nggak bisa apa-apa, apalagi protes terhadap takdirnya. Percayalah, semua sudah Allah atur sebaik mungkin,” kini, Saffa sedang diberikan nasihat oleh orang tuanya. Ya, sejak pulang dari sekolahnya Saffa terlihat murung bahkan menangis. Ilham memberi tahu kepada mamanya waktu itu.
“Ma, kenapa dia nggak bilang dari awal? Kenapa dia nggak datang langsung ke rumah?” tanya Saffa yang tetap kekeuh berjuang untuk mendapatkan cintanya Arkan.
“Ingat, nak, jodoh, rezeki, maut itu datangnya kapan saja, bisa jadi hari ini, esok atau lusa, kita tidak tahu, hanya Allah-lah yang tahu itu semua, makanya kita harus berusaha ikhlas terhadap takdirnya,” ucap sang Mama.
“Saffa ikhlas, ma, ikhlas akan takdirku,”
***
Di Pesantren At-Taqwa
Santri putra maupun putri sedang libur, sebab hari ini adalah hari Jumat. Mereka hanya memiliki waktu libur hanya satu hari dalam seminggu, jika di sekolah formal hari liburnya jatuh di hari Minggu, berbeda dengan di pesantren At-Taqwa, liburnya hari Jumat. Dimaksud dengan libur itu, bukan berarti mereka libur dari semua tugas ataupun hafalan, tidak. Mereka hanya libur beraktivitas sejenak saja, bukan libur hafalan. Mereka tetap murojaah, belajar di asrama masing-masing.
Siang ini, memang banyak para wali santri yang menjenguk anak-anaknya. Tak heran juga para orang tua santriwati itu memberikan makanan kepada anak-anaknya, sebab mereka itu jarang sekali keluar pondok, karena memang hanya diperbolehkan di hari Jum'at saja, jika hari lain tidak dibolehkan. Kalau ada yang melanggar, maka santri itu akan mendapatkan takzir.
“Nduk, ba'da asar nanti abimu mau ke Jakarta, kamu ikut yo,” ucap umi Gus Abhi.
Kini mereka sedang berkumpul di ruang keluarga ndalem. Membicarakan tentang perjodohan Gus Abhi dan Saffa. Gus Abhi memiliki kakak laki-laki yang sudah menikah dan tinggal di pesantren Mertuanya, juga memiliki sang Adik perempuan yang kini tengah menempuh pendidikan di Mesir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keikhlasan Cinta
SpiritualTentang seorang Gus yang terpaksa poligami "Aku ikhlas meskipun berat,"- Saffana Nasha Fawzia Picture foto dari Pinterest Keikhlasan Cinta, Mei 2023.