Drama di Asrama

101 6 1
                                    

“Ujian dalam rumah tangga itu akan selalu ada, tinggal bagaimana caramu untuk menyikapinya.”

•Keikhlasan Cinta•




Setiap takdir sudah Allah tentukan, kamu berjodoh dengan siapa pun sudah tertulis di lauhul Mahfudz. Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita berjodoh, bahkan yang sudah kenal bertahun-tahun pun kalau bukan jodohnya akan Allah gantikan dengan seseorang yang menurut Allah itu baik.

Jangankan jodoh, perihal kematian saja kita tidak bisa menerkanya. Kapan, bagaimana dan dimana. Kita tidak tahu, bukan? Kapan kita meninggal, bagaimana keadaan kita saat meninggal nanti, dan dimana kita meninggal itu kita tidak tahu. Makanya kita disuruh untuk mempersiapkan diri, agar kelak pulang dalam keadaan membawa bekal yang cukup.

Sebenarnya kita ini lebih banyak mengkhawatirkan tentang dunia daripada akhirat. Lebih mempersiapkan untuk dunia daripada akhirat yang kekal. Padahal dunia hanyalah tempat singgah, bukan untuk tinggal. Tempat yang sebenarnya kita tinggal itu hanyalah akhirat. Ibaratnya kita hanya ngontrak. Karena semua manusia pasti ada waktunya kembali kepada Allah SWT.

Jangan terlalu fokus pada apa yang akan kita tinggalkan (dunia), tapi fokuslah pada sesuatu yang abadi yakni akhirat. Sukses di dunia boleh, tapi jangan lupakan akhirat. Harus seimbang dalam hal apapun.

Begitu juga dengan ujian yang Allah berikan pada kita. Jangan fokus pada ujiannya, tapi fokus pada pelajarannya. Kalau kita fokus pada ujian yang Allah berikan, sampai kapanpun kita akan terus mendapatkan ujian. Karena apa? Karena di dunia ini tidak ada yang tidak diberikan ujian oleh Allah. Semuanya merasakan yang namanya ujian atau cobaan hidup.

“Dek, tolong sisir rambut mas!” pinta Gus Bizar pada istrinya, kemudian memberikan sebuah sisir. Ning Saffa mengambil sisir, kemudian menyisirkan rambut suaminya.

“Mas, kalo dilihat sedekat ini makin ganteng, deh,” ucap Ning Saffa membuat Gus Bizar tersenyum.

“Kamu baru nyadar, dek? Ya Allah, kamu punya suami ganteng gini kok ya baru nyadar toh,” cerocosnya percaya diri.

“Ih! Mas narsis banget sih, tapi bener sih mas itu ganteng kayak artis Korea yang namanya siapa itu ...  Teh-teh apa sih mas?”

“Taehyung, sayang,” sambungnya.

“Nah, iya itu, Taehyung. Mirip dikit, hehe,”

Gus Bizar hanya menggeleng kepala melihat tingkah istrinya itu, “Tapi yang ini versi syar'i kan, dek?” tanya Gus Bizar.

“Iya, mas Taehyung versi syar'i!” jawabnya diakhiri tawa.

Melihat tawa istrinya, Gus Bizar jadi ingat amanah yang diberikan sang Abi. Bagaimana caranya ia meminta izin untuk membimbing santriwati yang notabenenya adalah anak teman abinya. Dan apakah Ning Saffa akan cemburu jika ia melakukan amanah tersebut? Wallahi, Gus Bizar tidak ingin membuat istrinya itu sedih apalagi menangis. Karena dia paham bahwa makhluk bernama perempuan itu tidak akan bisa menahan rasa cemburu dibanding dengan menahan cinta dalam diam. Perempuan bisa menahan cinta dalam diamnya sampai bertahun-tahun, tapi untuk menahan rasa cemburu mereka tidak bisa. Siti Hawa saja cemburu pada Nabi Adam, padahal di zaman itu hanya ialah perempuan satu-satunya.

“Kamu udah selesai dek?” tanya Gus Bizar ketika istrinya itu selesai menyisirkan rambutnya.

Hari ini sesuai ajakan uminya, mereka akan berkunjung ke pondoknya Gus Farhan. Kebetulan pondoknya ada di Surabaya, nggak jauh dari tempat ziarah yang belum lama mereka kunjungi. Tapi sayangnya, kemaren itu Gus Bizar tidak sempat mampir ke pondok pesantren kakaknya, karena masih banyak kerjaan juga.

Keikhlasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang