Ikhlas dan Sabar

95 5 0
                                    

"Sesulit apapun jalannya, akan aku tempuh dengan rasa sabar dan ikhlas. Sebab, aku percaya bahwa di dunia ini akan selalu ada pertolongan Allah."

-Muhammad Abhizar Al Birru-

•Ikhlas dan Sabar•

Pagi ini, Gus Abhizar sedang ada rapat bersama para asatidz/ah Pesantren At Taqwa. Karena beberapa Minggu lagi, wisuda tahfidz akan diadakan di pesantren ini. Jadilah semua para tenaga pengajar diminta untuk melakukan rapat untuk membahas tentang wisuda tersebut. Dengan Gus Abhizar yang akan memimpin rapat ini, sebenarnya Kyai Helmy yang memimpin namun karena Kyai Helmy memiliki urusan lain, jadilah Gus Abhizar yang menggantikan Kyai Helmy. Untuk rapat asatidz-asatidzah ini sebenarnya dilakukan setiap sebulan sekali, rutin. Agar program-program yang sudah dijalani atau pun belum akan berjalan dengan semestinya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh " Gus Abhizar membuka rapat ini dengan mengucapkan salam kepada dewan asatidz-asatidzah.

Seluruh dewan asatidz-asatidzah pun serentak menjawab salam Gusnya.

"Baik, sebelumnya saya memohon maaf karena Abi saya berhalangan hadir jadi saya dimintai beliau untuk mem-badali Abi,"

Semuanya mengerti.

Gus Abhizar pun melanjutkan rapat tersebut dengan khusu' tanpa sedikitpun kekurangan. Rapat kali ini sedikit berbeda, sebab ada tambahan program untuk santriwan/Wati. Untuk wisuda tahfidz yang akan dilaksanakan beberapa Minggu lagi, sudah terealisasikan dengan baik. Semuanya sudah tersusun rapi, dari mulai panggung, tenda, dan perlengkapan yang nantinya akan dibutuhkan untuk acara wisuda sudah siap semua. Tinggal menunggu hari H nya.

***

Seorang perempuan yang hanya memakai pashmina diatas kepala tanpa menjepit dengan jarum pentulnya itu berlari-lari kecil di asrama santri putri tepatnya diperbatasan antara santri putri dan putra, sesekali pashmina yang dipakai jatuh ke atas pundaknya. Perempuan itu tidak memperdulikan penampilannya saat ini, bahkan disaat yang lain menutup aurat dengan rapi, justru perempuan itu mengabaikan auratnya.

"Astaghfirullahal'adzim, Mbak. Ini rambutnya ditutup ya, takut ada Ikhwan yang melihat," ucap seorang santri putri yang mendekatinya.

"Aneh ya, orang-orang disini tuh kenapa sih, pada nutupin rambutnya? Gue dirumah biasa aja tuh, bebas mau nutupin kek, mau nggak kek, ngga ada yang protes tuh!" sarkasnya. Namun, santri putri yang tadi mendekati perempuan itu hanya tersenyum, lantas memakaikan pashmina.

"Mbak, menutup aurat itu wajib hukumnya. Nanti kalau mbaknya ngebuka aurat, Allah bisa marah sama mbaknya," penuturannya penuh kelembutan.

"Oh iya, perkenalkan nama saya Risa, bisa dipanggil Ica biar kita jadi temenan," Santri putri bernama Risa mengulurkan tangannya.

Dibalas oleh perempuan itu, "Gue Sakilah, panggil gue Kila."

Mereka pun berteman, Risa ingin merubah tampilan Sakilah sedikit demi sedikit. Ia juga yakin, bahwa Sakilah ini gadis yang baik, hanya saja Sakilah salah dalam bergaul.

"Aku yakin, kamu perempuan yang baik, Kil," ucap Risa pada Sakilah.

Sakilah hanya tersenyum sambil menatap kearah depan. Tanpa disengaja pandangan terfokuskan pada lelaki yang baru saja keluar dari masjid. Matanya membelalak ketika melihat lelaki itu. Perasaannya membuncah, seakan ia bertemu dengan seseorang yang ada dalam mimpinya. Tanpa berkedip, tanpa menoleh ke arah lain, ia hanya fokus pada lelaki yang tengah berjalan melewati asrama putri.

Keikhlasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang