“Laa Tahzan Innallaha Ma’anna, kata Allah jangan bersedih aku bersamamu.”
•Keikhlasan Cinta•
•
•
•
•Usai pulang dari Rumah Sakit, Ning Saffa kembali ke Pesantren. Tentunya dengan perasaan gelisah. Dengan cara apa ia memberi tahukan tentang penyakitnya itu kepada Gus Bizar.
Bahkan membayangkan saja rasanya sangat sakit, apalagi jika tahu.
Ya Allah, dengan cara apa aku memberitahu kepada mereka bahwa sulit untuk mendapatkan keturunan, meskipun bisa tapi itu kemungkinannya sangat kecil.
“Dek?”
Ning Saffa kaget, saat tiba-tiba suaminya memanggil. Padahal suaranya sudah lembut.
“Eh!” kagetnya.
“Lho, kok kaget gitu,” lirih Gus Bizar kemudian duduk samping istrinya.
“Ada apa? Mau cerita sama mas?”
Beberapa detik Ning Saffa berpikir, akhirnya ia menjawab pertanyaan suaminya. “Hmm, ngga papa, kok mas.”
“Tapi kamu nggak kayak biasanya, dek. Hari ini mukanya sedih banget, mau apa? Mau cerita sama mas, ngga papa. Mas siap jadi pendengar kamu,”
“Nggak, kok mas. Aku lagi capek aja, kan tadi abis jalan sama Mbak Asri,” jawabnya bohong.
“Yaudah, kamu udah makan tadi?”
Ning Saffa menggeleng pelan, “belum, mas.”
“Kok belum? Gimana kalau nanti sakit? Ayo makan dulu, biar mas temani,” Gus Bizar bangkit dari duduknya kemudian mengambil tangan Ning Saffa.
“Aku nggak enak makan mas,” jawab Ning Saffa sembari berjalan mengikuti suaminya disamping.
“Nggak, kamu harus makan banyak, katanya mau cepat hamil? Kita harus makan-makanan sehat, makan sayur, buah, dan vitamin agar kamu cepat hamil. Kita usahakan promil sehat ya, sayang,”
Deg!
Jantungnya berdetak kencang, darahnya berdesir hebat. Seketika ia lemas namun sebisa mungkin ia tahan. Kakinya terpaku diam ditempat. Bagaimana ini? Bagaimana kalau suaminya tahu yang sebenarnya?
“Dek? Kenapa sih?” tanya Gus Bizar sembari menatap wajah istrinya. Seperti ada yang aneh.
Lagi dan lagi Ning Saffa hanya menggeleng kepala. Sebagai jawaban bahwa ia baik-baik saja.
Mereka pun melanjutkan langkah kakinya menuju meja makan yang tak jauh dari dapur.
“Kamu mau makan apa? Soalnya makanannya cuma ada ini aja di dapur?”
“Nggak papa, mas. Aku makan ini aja, kalo harus masak nanti lama lagi,”
***
Malam harinya badan Ning Saffa seperti pegal-pegal. Rasanya sangat tidak enak untuk memakan sesuatu. Seperti tadi sore, setelah makan nasi bahkan makanan itu di muntahkan kembali saking eneknya.
Sepertinya asam lambungnya kambuh.
Ia harus mencari obat di laci nakasnya. Ya, Ning Saffa bahkan menyimpan beberapa obat yang sekiranya bisa kambuh kapan saja.
Dibantu dengan Gus Bizar, lelaki itu dengan sigap memberikan segelas air putih dan juga obatnya.
“Pelan-pelan, sayang!” ucapnya kemudian membantu memegang gelas yang juga Ning Saffa pegang. Istrinya meminum obat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keikhlasan Cinta
روحانياتTentang seorang Gus yang terpaksa poligami "Aku ikhlas meskipun berat,"- Saffana Nasha Fawzia Picture foto dari Pinterest Keikhlasan Cinta, Mei 2023.