Patah hati

137 6 0
                                    

“Jika sekiranya saya tidak bisa memiliki kamu, maka saya akan berusaha ikhlas. Karena cinta itu ikhlas, dan tidak bisa dipaksakan.”
-Muhammad Arkana Ibrahim


------

Seperti hari-hari sebelumnya, seorang Saffana Nasha Fawzia kembali memulai aktivitas belajarnya dengan diawali bissmillah. Hari ini adalah hari pertama ujian Nasional, yang menentukan lulus atau tidaknya murid.

Setelah tiga tahun ia belajar di sekolah ini, akhirnya ia telah sampai di titik ini, tidak mudah memang. Ada banyak hal yang Saffa ukir di sekolah ini. Bersama kedua sahabatnya, teman-teman sekelasnya, bahkan bersama dengan seseorang yang ia kagumi juga ia mengukir kenangan indah. Masa abu-abu yang tidak akan pernah terlupakan, katanya.

“Assalamualaikum, Saffa,” sapa seorang lelaki yang Saffa kenali suaranya, bahkan Saffa sangat hafal suara itu. Arkan, iya lelaki itu adalah Arkan.

“Waalaikumussalam,” Saffa menjawab seadanya, bukan sombong tapi memang seharusnya dia menjauh. Mengingat sebentar lagi Saffa akan menjadi seorang istri. Tentang pernikahan itu, seluruh teman-teman sekolah belum ada yang mengetahuinya kecuali sahabatnya, Qia dan Zaara. Ya, seminggu yang lalu Saffa memutuskan untuk memberi tahu pada mereka bahwa ia akan menikah dengan seorang Gus. Kalian tahu bagaimana reaksi keduanya? Kaget, pasti.

“Qi, Ra, ada yang mau aku beritahu ke kalian,”

Qia dan Zaara menatap Saffa serius, mengapa juga Saffa mengajak Qia dan Zaara untuk bertemu di cafe malam ini. Karena memang Saffa itu tipe perempuan yang jarang banget keluar rumah, keluar pun pasti ada kepentingan pribadi.

“Apa yang mau kamu omongin, Saf?” Qia sangat penasaran, ia sampai bela-belain keluar rumah demi sahabatnya. Padahal Qia tidak dibolehkan keluar, namun berkat abangnya ia dibolehkan keluar untuk bertemu Saffa.

“Iya, coba ceritakan sama kita,” sambung Zaara yang tak kalah penasaran.

“Tapi jangan kaget yah,” pintanya.

“Tergantung,” ucap keduanya barengan. Sudah seperti anak kembar saja, mereka itu kompak.

“Aku dijodohin, dan seminggu setelah lulus aku akan menikah,” ucap Saffa pelan, namun didengar oleh kedua sahabatnya.

“What?!”

“Apa?!”

Sahut mereka barengan, mereka kaget. Kenapa tiba-tiba Saffa mengabari kabar tentang pernikahannya. Mereka bertukar pandangan, setelah itu memandang penuh pertanyaan pada Saffa.

Setelah dibanjiri banyak pertanyaan oleh keduanya, akhirnya Saffa menceritakan hal yang sebenarnya. Dari mulai ia dijodohkan oleh kakeknya sejak kecil bahkan belum lahir.

Saffa, sebelumnya saya minta maaf. Minta maaf karena saya telah menyukaimu sejak lama, saya rasa dulu hanya kagum saja padamu, tapi semakin kesini saya menyukai semua yang ada padamu,”

Deg!

Bagaimana bisa lelaki itu mengutarakan perasaannya? Bagaimana bisa lelaki yang ia kagumi dalam diam itu menyukainya? Bagaimana bisa? Ah, rasanya sangat bahagia. Tapi, Saffa sadar, dia sudah memiliki calon suami.

Keikhlasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang