Nekad

99 8 5
                                    

“Apapun caranya akan kulakukan demi mendapatkan apa yang aku inginkan.”
—Sakilah Nazma Putri

•Keikhlasan Cinta•




Usai menelepon sang Papa, kini Sakilah beranjak dari tempat yang sepi itu. Tidak ada satupun santriwati atau santriwan yang melihatnya.

Ia berjalan pelan menuju asrama putri, saat di tengah lapangan Kilah melihat kedua pasangan halal itu hendak pergi menggunakan motor sekuter.

Ada rasa iri ketika melihat keduanya saling romantis dan saling mencintai. Hatinya panas melihat keromantisan itu. Dengan cara apapun, Kilah harus menjadi istri kedua Gus Abhizar. Ya, harus!

Gue nggak akan biarin Lo bahagia bersama Gus Abhizar, Fa. Sakilah membatin. Gadis itu seakan sudah mengenal Ning Saffa.

“Apapun caranya akan kulakukan demi mendapatkan apa yang aku inginkan,” lirih Sakilah pelan.

Setelahnya gadis itu melenggang pergi ke asrama putri.

Sedangkan kedua pasutri itu tengah menaiki motor sekuter. Mereka terlihat sangat romantis sekali, sehingga banyak santri-santri yang iri dengan keromantisan itu.

“Dek, pegangan mas, yah!” seru Gus Bizar yang diangguki oleh istrinya. Tangan Ning Saffa mulai memeluk erat pinggang Gus Bizar.

Mereka akan pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan untuk di pondok. Kebetulan semua bahan makanan habis, jadi Gus Bizar meminta ditemani istrinya untuk berbelanja. Sebenarnya sudah ada tugas santri yang selalu membeli kebutuhan dapur, namun kali ini Gus Bizar sendiri lah yang turun tangan. Hitung-hitung pacaran halal bersama istri, katanya.

“Mas, biasanya kan ada santri yang bertugas?” sesekali Ning Saffa bertanya.

“Iya, nggak papa. Mas pengen aja berduaan sama adek!” suara Gus Bizar sedikit keras karena sedang berkendaraan. Takutnya Ning Saffa tidak kedengaran karena suara motor dan kendaraan lainnya sangat bising sekali terdengar.

“Hmm gitu, kalo gitu biar kita aja yang ganti tugas mereka,” ucap Ning Saffa.

“Nggak bisa, dek. Mereka kan sudah dibagi tugas, jadi nggak bisa digantikan. Apalagi nanti kalo mas ada rapat atau keluar kota gitu, nanti siapa yang mau belanja,” setelah mendengar itu Ning Saffa mengangguk paham.

Semua santri yang mengabdi sudah dibagi tugasnya, mereka hanya menjalankan kewajiban sebagai santri pengabdian. Setiap santri yang masuk melalui jalur beasiswa memang diwajibkan untuk mengabdi beberapa tahun di pondok pesantren At Taqwa. Mungkin ada yang setahun sampai dua tahun. Sedangkan di pesantren At Taqwa hanya dua tahun. Mereka juga sudah diberikan tugas dan ada juga yang menggantikan ustadz atau ustadzah yang mengundurkan diri sebagai tenaga pengajar di pondok.

***

Seorang pria berkisar usia 40 tahunan tengah memimpin rapat kali ini. Biasanya ia akan menyuruh bawahannya untuk mengikuti rapat ini, namun dikarenakan rapat ini sangat penting untuk perusahaannya, maka ia yang memimpin rapat itu.

“Baik, rapat kali ini saya sudahi. Terimakasih banyak atas kerjasamanya dan sudah memercayai perusahaan kami,” ujarnya kemudian mengulurkan tangannya kepada seseorang yang sudah terlihat beruban.

Keikhlasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang