Pacaran halal

106 6 0
                                    

“Tidak ada cinta yang indah, selain cinta kepada yang halal.”

•Gus Bizar•




Jangan lupa pencet bintangnya, biar aku semangat nulisnya 😉🥰🙌

***

Semilir angin yang berembus pada wajah Saffa membuat dirinya memejamkan matanya sejenak, menikmati keindahan langit malam bersama sang suami. Gus Bizar mengendarai sepeda motor sekuter milik adik perempuannya yakni Adiba. Yang sedang berkuliah di universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.

Menikmati indahnya ciptaan Allah, berdua dengan pasangan halalnya membuat Gus Bizar selalu tersenyum lebar. Tangan Saffa memeluk pinggang Gus Bizar dengan kuat, ia kedinginan karena tidak memakai sweater, salahnya ia lupa membawa sweater tersebut.

“Sayang, mau jajan apa?” tanya Gus Bizar ketika sudah sampai di tempat yang begitu ramai pengunjung. Lelaki itu melepaskan helm yang dipakai istrinya, kemudian meletakkan di stang motor.

“Aku pengen jajanan khas Jawa Timur, mas. Kira-kira apa yang paling enak?” tanya Ning Saffa.

“Hmmm... Kalo mas sih, suka wingko babat, dek,” jawabnya sambil membenarkan hijab istrinya.

“Hmmm.. boleh deh mas. Aku mau cobain itu,”

***

Setelah menjelajahi pasar malam, mulai dari memakan makanan khas Jawa Timur yakni wingko babat, serta beberapa jajanan khas Jawa Timur mereka cicipi. Lebih tepatnya Saffa yang mencicipi, sebab Gus Bizar sudah terbiasa dengan makanan Jawa Timur.

Kali ini, mereka mendatangi tempat komedi, seperti komedi putar, komedi perahu juga bianglala. Ning Saffa teringin menaiki bianglala berdua dengan suaminya.

“Mas, ayo kita naik bianglala!” ajak  Ning Saffa sambil menarik tangan suaminya, terlihat seperti sang anak yang sedang merengek meminta kepada ayahnya.

“Sayang, kamu nggak takut?” tanya Gus Bizar dengan wajah yang mulai memucat. Memang Gus Bizar ini tidak pernah menaiki bianglala, lelaki itu punya trauma ketinggian.

“Nggak, mas! Aku malah seneng tau naik bianglala, seru juga. Nanti mas rasain deh, ayo buruan!”

Setelah sampai ditempat dimana banyak orang-orang pada mengantri untuk membeli tiketnya. Gus Bizar dengan terpaksa membeli dua tiket untuk dirinya dan juga istrinya.

Setelah selesai pembayaran, mereka di arahkan untuk menaiki bianglala oleh petugasnya. Kemudian, Ning Saffa terlebih dulu naik, baru setelah itu Gus Bizar menyusul Ning Saffa. Posisi Gus Bizar sekarang berada di pinggir pintu.

Tangan Gus Bizar mulai berkeringat dingin, wajahnya pucat.

“Mas, nggak papa ’kan?” tanya Ning Saffa sembari menatap wajah suaminya yang dia perhatikan wajah itu pucat sekali. “Mas, wajah mas pucat, mas sakit yah?” tanyanya lagi.

Gus Bizar menggeleng pelan, “Nggak, dek. Mas nggak sakit, kok, cuma takut ketinggian aja,” hal itu membuat Ning Saffa terkekeh geli mendengar ucapan suaminya. Yang benar saja, seorang Gus Bizar takut dengan ketinggian.

Keikhlasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang