Satu

3.5K 104 3
                                    

Jangan lupa vote, follow, dan comment💗

••••

Suasana kota Jakarta sore ini cukup ramai dengan kendaraan bermotor maupun mobil. Apalagi selama beberapa jam sebelumnya sempat terguyur hujan. Motor ninja berwarna hitam yang di kendarai seorang cowok membelok ke sebuah jalanan kecil, tak begitu jauh kemudian ia berhenti dan memarkirkan motornya di pinggir jalan yang tak terlalu besar nan sepi itu. Suasana sekitar begitu sepi dengan bertiupan angin-angin kecil menerpah wajah begitu lembutnya.

Perlahan cowok dengan masih menggenakan pakaian seragam putih abu tersebut berjongkok di sebuah pusaran. Tangannya terulur mengelus lembut pusaran yang tertulis jelas nama seorang wanita yang jelas dikenalinya 'Rani Ayu'.

Hari ini tepat enam tahun sang ibu meninggal. Benar-benar diluar dugaan dari lelaki tujuh belas tahun itu. Bahkan sampai saat ini ia belum juga iklas akan meninggalnya sang ibu yg selalu dipanggilnya 'bunda'.

Lingga menatap sendu pusaran sembari menahan setitik putih bening yang bergenang. Sebuket bunga lily putih diletakannya di atas pusaran. "Bunda apa kabar?" tanya sembari mengelus pusaran batu pusaran.

"Maaf Lingga baru sempet datang."

Setiap kali kedatangannya ke pusaran Rani ingatan enam tahun lalu selalu saja terputar bagaikan kaset rusak di dalam pikirannya.

Flashback

"Bunda kok pucat?" tanya Lingga kecil.

"Emang iya ya? Gak perlu cemas, bunda gak papa kok sayang," jawab Rani meyakinkan putra sematawayangnya itu.

Rani pun beranjak duduk di dekat putranya, sembari mengelus lembut surai sang anak,"Kamu ada masalah apa lagi sama papa hmm? Jujur sama bunda."

Seketika wajah ceria Lingga berbubah mendatar. Dirinya tmpak ragu untuk menjawab pertanyaan sang bunda. Tetapi belum juga sempat menjawab gebrakan pintu mengagetkan keduanya.

"LINGGA! SINI KAMU!" teriak Arsenio yang muncul dibalik pintu.

"Ada apa mas?" tanya Rani binggung dengan sang suami. Dengan berani Lingga menghampiri sang papa. Arsenio langsung melayangkan pukulan padanya, tak sampai disitu saja Arsenio memukulnya dengan pukulan bertubi-tubi. Bahkan sudah beberapa kali dirinya di tahan oleh Rani pun ia tak menggubris.

"KAMU GILA, MAS! LINGGA BISA MATI!" teriak Rani yang langsung saja menghentikan aksi sang suami.

"Mati? Bukankah itu pantas untuk anak pembuat masalah seperti dia?" tanya balik Arsenio sembari berjalan menyudutkan Rani di dinding.

Sialnya kejadian tak terduga terjadi. Entah apa yang ada dipikiran Arsenio hingga dengan teganya mencekam leher sang istri. Hingga pasokan udara wanita itu menipis dan ambruk begitu saja di lantai ketika Arsenio melepas cengkramannya. Demi Tuhan entah apa yang ada dipikiran lelaki tersebut dan pergi dengan perasaan tak bersalah.

Tubuh Lingga kaku begitu saja, ia tak tahu harus melakukan apa menyelamatkan bundanya atau pergi menghajar papa. Tetapi saat ini ia tidak ingin egois, secepatnya ia pergi mencari bantuan.
Beruntunglah disekitar rumah ada orang yang bisa membantunya membawa sang ibu ke rumah sakit.

Tetapi sepertinya semesta berkehendak lain. Saat diperjalanan nyawa Rani tak tertolong. Sungguh rasanya Lingga ingin ikut menyusul sang bunda saat itu juga. Dada terasa sesak, air matanya mengalir deras.

Flashback end

"Udah enam tahun bunda pergi, maaf Lingga belum bisa iklas. Lingga kangen sama bunda," tutur Lingga.

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang