Jangan lupa ditekan bintangnya yaaaaaa!
••••
"Ayokk pulang"
Kinara tersentak kaget, kehadiran Kaiden secara tiba-tiba bahkan tanpa di sadarinya. Ia pun menyodorkan helm kepadanya. Persoalan tentang motor ninja hitam tadi dilupakannya begitu saja, tidak terlalu penting. Motor milik Kaiden mulai membela jalanan. Hal itu tak luput dari pandangan seorang lelaki. Memantau dari jauh tak berani mendekat. Belum juga mendekati ternyata sudah berpunya. Sepertinya dia kalah cepat. Eh memangnya dia mempunyai perasaan pada gadis itu?
••••
Malam ini menjadi saksi kembalinya Lingga ke arena pertandingan karate setelah beberapa waktu lalu berhenti. Jika bukan permintaan pelatihnya mana mungkin Lingga menginjakan kaki di tempat ini lagi. Bukan karena apa-apa hanya saja dia terlalu malas untuk kembali. Lawan mainnya dari Diratama High School, sekolah tetangga yang menjadi saingan SMA Tunas Harapan.
Pertandingan sudah di mulai beberapa menit lalu dengan babak pertama dan hasilnya seri. Diberikan pertambahan satu babak lagi untuk penentuan. Keempat sahabatnya juga ikut datang mendukungnya. Dari bangku penonton dari di dengarnya suara teriakan teman-temannya memberikan semangat, terlebih Liam yang begitu semangat.
Jujur saja Lingga tak fokus tanding, pikirannya mengarah kemana-kemana setelah mendapat pesan dari papanya--Arsenio. Tapi sebisa mungkin ia mencoba profesional. Babak kedua pun di mulai, Lingga berjanji untuk tak main-main lagi. Beberapa teknik andalannya di keluarkannya. Ia begitu serius kali ini, air mukanya membasahi kening. Dan benar saja pertandingan dimenangkan oleh Lingga. Ia keluar sebagai juara lagi entah ke berapa kalinya.
Dirinya pun naik ke atas podium juara, di serahkan padanya medali dan hadiah lainnya. Menatap keempat sosok sahabatnya, Lingga tersenyum kecil.
"Hadiah ini Lingga persembahkan buat Bunda, baik-baik di sana ya, Bund"
"Lingga kangen"
Cukup sudah. Lelaki itu tak ingin terlihat lemah di sini lalu meneteskan air mata, meskipun sedikit terbawa suasana.
••••
Kini baru saja lelaki itu menginjakan kaki di apartemennya berniat langsung istirahat, namun sepertinya niatannya itu hilang begitu saja ketika melihat kehadiran pria berumur yang tengah duduk si sofa single sembari menatapnya.
"Darimana saja kamu baru pulang?" Tanya lelaki tua itu.
"Bukan urusan anda"
"Lama tidak bertemu, semakin kurang ajar saja pada orang tua"
Pria berumur tadi ialah Arsenio Mahawira, papanya.
"Ck memangnya siapa yang menganggap anda orang tua atas semua perlakuan anda pada saya terlebih Bunda!" Lingga yang sedaritadi berusaha tenang akhirnya meledak. Emosinya tak tertahan akan kehadiran papanya yang tiba-tiba terlebih pria itu yang mengetahui pin apartemennya. Harusnya Lingga tidak heran lagi mengingat kekuasaan dan besarnya koneksi pria itu.
"Kurang ajar kamu! Harusnya kamu bersyukur masih di anggap anak oleh saya" Arsenio berbangga akan ucapan itu.
"Bikin masalah apa lagi kamu di sekolah hah?" Tanya Arsenio membuat Lingga melotot kaget, apa pihak sekolah melapor pada papanya lagi?
"Tahu darimana?"
"Bukan urusan kamu. Harusnya kamu belajar yang benar karena kamu satu-satunya pewaris keluarga Mahawira, jangan bikin malu keluarga kamu!"