Jangan lupa vote, follow, dan comment💗
••••
Keduanya pun makan bersama sesekali berbincang. Hingga akhirnya Lingga sudah selesai makan, tetapi makanan milik Kinara belum habis. Gadis itu merasa tak enak dan buru-buru ia akan menghabiskannya sebelum, "Pelan-pelan aja makannya, gue tungguin kok."
••••
Seusai makan malam bersama, keduanya melanjutkan perjalanan yang Kinara pun tidak tahu akan dibawa kemana oleh Lingga. Saat diperjalanan keduanya lebih banyak diam, tidak ada yang memulai pembicaraan seperti sebelumnya. Saat ini menunjukkan pukul sembilan belas lewat dua puluh menit. Tak disangka-sangka ternyata motor ninja hitam milik Lingga berhenti di pinggiran jalan, tapi kali ini berbeda dengan sebelumnya mereka ke pantai? Yang benar saja, ini sudah malam dan lelaki itu mengajaknya ke sini.
Kinara di buat was-was, mengapa harus ke tempat seperti ini. Suasana tempat yang sepi, tidak begitu ramai hanya terdapat satu dua kendaraan saja yang lewat, suara ombak, dan angin sepoi-sepoi. Tiba-tiba tangan miliknya di genggam oleh tangan kasar milik lelaki tampan itu. Mereka pun duduk di salah satu tempat duduk di situ, "Lo gak usah takut."
"Gue bawa lo ke sini bukan buat macem-macem, tapi biar lo bisa tenangin pikiran." Lanjut lelaki itu sembari menatapnya. "Gue sering ke sini."
Kinara pun menggangguk kikuk, "Makasih ya." Lingga menggerutkan kening, "Buat?"
Entah Kinara harus menjelaskan dengan cara apa kepada lelaki ini, jelas-jelas ia sudah membuatnya jauh lebih baik dengan mengajak jalan-jalan. "Gue masih penasaran kenapa lo tiba-tiba ngajak gue keluar jalan-jalan, pasti semua ada maksudnya kan?" Selidik Kinara yang hanya di balas keheningan dari Lingga, "Pengen aja."
"Dihh gak jelas lo. Tapi kok gue baru tahu tempat ginian ada di Jakarta ya?"
"Makanya keluar rumah dikit."
Kinara yang tidak terima segera membalas Lingga dengan berbagai alasannya yang membuat Lingga bungkam. Dia berhasil, gadis di sampingnya sudah jauh lebih baik dari yang tadi. Keduanya terus berbincang, meskipun Lingga lebih banyak diam dan menyimak. Rupanya Kinara tipikal orang cerewet, tapi hanya dengan orang yang membuatnya nyaman. Sedaritadi bercerita Lingga tak memalingkan pandangan sedetik pun dari wajah gadis cantik di sampingnya itu.
"Sekali lagi makasih ya, Ga. Lo baik banget," ucap Kinara sembari menatap netra gelap Lingga. Keduanya saling bertatapan, seolah enggan untuk melepaskan pandangan satu sama lain. Kinara dengan senyuman manis yang tercetak di wajahnya membuat Lingga sedikit tersenyum walaupun sepertinya senyuman itu tidak terlihat.
"Lo salah nilai orang, Kina. Gue bukan orang baik."
Kinara di buat binggung dengan perkataan Lingga, "Tapi kata gue lo orang baik, terlepas dari semua penilaian orang ke lo. Lo baik di mata gue, Ga."
"Kenapa lo selalu beda dari yang lain? Di saat orang-orang mengganggap gue jahat dan pembuat masalah, tapi lo malah beda pendapat. Kalo lo bilang karena kasihan mending gausah. Gue yang butuh di kasihanin." Tiba-tiba saja lelaki itu menjadi berbeda, keduanya sudah tidak saling menatap. Pandangan Lingga tertuju pada ombak laut.
"Terserah lo mau percaya atau gak, intinya di mata gue lo baik. Lo jangan pakai pendapat orang lain atas diri lo, yang lebih tahu diri kita cuma kita sendiri. Mereka cuma sampah yang suka urusin hidup orang lain aja."
"Gue punya gangguan emosi dan depresi. Jauh lebih baik lo tahu dari sekarang daripada nanti lo kaget dan pergi sama seperti yang lain," lanjut Lingga.
Kinara tertegun akan pengakuan Lingga, entah masalah apa yang dipendamnya hingga membuatnya sampai merasakan hal seperti itu. "Teman yang baik gak bakal ninggalin temannya tiba-tiba karena tahu kekurangannya. Semua orang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Hanya saja tergantung dari bagaimana cara kita menerima kekurangan kita. Terlepas dari semua kekurangan, lo punya kelebihan yang membanggakan."