Tujuh

1.3K 42 0
                                    

Jangan lupa vote, follow, dan comment💗

••••

Lingga tidak menyangka ternyata Kinara akan mengajaknya berkenalan setelah pertemuan keenam mereka. Kinara berhasil membuat sudut bibir milik Lingga sedikit terangkat menampilkan senyuman tipisnya. Kinara berhasil mengembalikan mood lelaki itu yang buruk bahkan sangat buruk menjadi lebih baik. Dengan senang hati Lingga menerima uluran tangan gadis itu.

"Ayo gue bantu sembuhin luka lo," ucap Kinara.

••••

"Kenapa?....Kenapa lo mau bantuin gue?" Tanya Lingga menatap lekat gadis di hadapannya itu. Sorot gelap nan tajam lelaki itu mampu membuat nyali Kinara menciut. "Tahu darimana kalau gue punya trauma?" Tanyanya lagi.

"Kenapa diam!? Gue tanya, lo tahu darimana?"

"Dari semua cerita lo malam itu." Meskipun takut dengan perubahan sikap Lingga saat dirinya membicarakan tentang trauma nya, Kinara tetap memberanikan diri untuk menatap mata sang lawan bicara.

Lingga berdecih, "Apa yang bisa lo buat untuk gue sembuh ha!? Bahkan pengobatan psikiater pun gak mempan buat penyakit gue."

"Coba dulu siapa tahu bisa jauh lebih baik."

Kinara perlahan menggenggam tangan milik Lingga dan berkata, "Percaya sama gue, lo bisa sembuh. Gue siap bantu." Perkataan yang keluar dari bibir Kinara bagaikan mantra yang dapat mempengaruhi sang lawan. Pertama kalinya Lingga di dominasi oleh gadis dan dia adalah Kinara.

••••

Bel tanda jam istirahat berbunyi, bahkan belum sepuluh menit pun kantin sudah di penuhi banyaknya siswa. Desak-desakan pun terjadi dan Kinara menjadi salah satu di dalam desakan manusia-manusia itu. Berkali-kali menggerutu dalam hati akibat badan munggilnya yang terjepit diantara banyaknya pembeli. "Harusnya tadi gue titip aja sama Dinar," batinnya.

Baru saja ia mencapai gerobak mie ayam hendak memesan seporsi, tiba-tiba sudah ada yang lebih dulu menerobosnya. "Buk, mie ayam satu." Menatap tidak percaya pada sosok di sampingnya, di duga kakak kelasnya. "Antre kak, saya duluan yang di sini," tegur Kinara lembut. Si kakak kelas hanya menatapnya datar tanpa berkata sepatah kata pun, tentu membuat emosi Kinara terpancing. "Punya telinga gak sihh nih orang," gumam Kinara.

"Maksud lo apa?" kata si kakak kelas.

Kinara pun terdiam takut, "Buk, mie ayam 1 porsi ya?" Tuturnya mengahlikan perhatian.

"Duhhh non, maaf mie ayamnya tinggal seporsi ini aja. Soalnya tadi ada yang borong banyak," kata ibu kantin tak enak. Kinara yang mendengarnya pun terngganga. Sia-sia sudah ia berdesak-desakan demi seporsi mie ayam yang sialnya tidak ia dapatkan.

••••

Kejadian di kantin tadi membuat Kinara duduk termenung di kelas. Entah kenapa hari ini perutnya hanya ingin di isi oleh mie ayam langganannya saja tidak yang lain. Padahal bisa saja ia membeli jajan lain. "Gausah diem ae gitu, mending makan makanan yang lain. Magh lo bisa kambuh," kata Dinar.

"Males ahh, pengennya cuma mie ayam." Dinar memutar bola mata malas, "Gausah manja gitu, biasanya juga gak gini. Lo kenapa? PMS? Atau putus cinta?"

"Ngomongnya jangan kenceng-kenceng, malu tahu!"

"Makanya kalo di tanya tuhh jawab yang jelas, bukan malah diam. Kalo lo mau mie ayam nanti pulang sekolah kita beli deh, tapi sekarang makan dulu apa yang ada," tawar Dinar.

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang