Dua puluh satu

580 28 7
                                    

Jangan lupa vote, follow, dan comment💗

••••

Akhirnya Kinara kembali mengerjakan latihan soalnya sembari menunggu kabar dari Lingga.

Hatinya tak tenang, terasa seperti seusatu yang menganjal hatinya. Ia terus menerus melirik ponselnya. Saat ini sudah pukul dua puluh satu lewat empat puluh menit, namun belum ada satu pun kabar yang di dapatkan oleh Kinara dari Lingga.

Hatinya terasa menggelitik, perasaan sedih yang membua bahunya merosot akibat kecewa. Apakah Lingga hanya main main dengannya?

Hatinya bertanya-tanya, apa sebenarnya yang dii nginkan Lingga? Apakah dia sibuk atau memang janjinya dengan Kinara tidak ada artinya.

••••

Malam berganti pagi, terhitung sudah beberapa belas jam Lingga tidak ada kabar. Pesan Kinara dibalas, apalagi panggilan telfon maupun panggilan video. Hatinya berdebar tak tenang, perasaan cemas menyelimuti dirinya hingga kini.

Netranya memandang jam tangan putih pada pergelangan tangan kirinya, waktu menujukkan pukul sepuluh lewat lima belas. Waktu terasa seperti sangat lama bagi Kinara, netranya kembali memandang guru kimia yang tengah menjelaskan materi. Tubuhnya berada di kelas, tetapi raganya berada di tempat lain. 

Kejadian semalam terus berputar dalam benaknya bak kaset rusak. Bisa dibilang hatinya lumayan sakit, ini bukan pertama kalinya Lingga meninggalkannya tanpa kabar dan alasan. Namun, sebagian besar dalam diri Kinara mengatakan agar ia bersabar dan memahami kondisi Lingga terlebih lelaki itu memang sedikit tidak baik dalam segi emosional.

Berlarut-larut akhirnya bunyi lonceng pertanda jam istirahat berbunyi. Berbondong-bondong murid-murid keluar kelas menuju suatu tempat yang tak lain laii adalah kantin. Kinara pun ikut serta akan tetapi ia dan dinar memilih melewati koridor kelas 11 IPS. Mata Kinara memperhatikan dengan jeli setiap ruang demi ruangan kelas, mungkin Lingga bisa saja ada di sana. Kedua cewek itu kemudian melewati kelas 11 IPS 5, kelasnya Lingga namun apa yang didapatinya kelasnya hanya terdapat beberapa orang saja di sana. 

Kinara pun memutuskan melangkah pada lantai teratas sekolah yaitu rooftop. Kakinya melngkah menaiki anak tangga satu demi satu anak tanggan dinaikinya. Nafasnya sedikit terenggah namun tetap teguh menaiki tangga tersebut yang akan membawanya ke rooftop. Sampailah ia di sana, netranya menatap sekeliling tempat itu namun apa yang di dapatkannya, sepi dan tidak ada orang. Tidak biasanya, tempat itu selalu menjadi tempat bolos Lingga. Kecewa lagi. Kinara pun menuruni tangga lagi menghampiri Dinar yang sudah menunggunya di lantai bawah.

Akhirnya keduanya melanjutkan langkah ke kantin. "Lagian kok bisa tuh anak gak kabar?" Tanya Dinar. Kinara pun hanya bergidik bahu tak tahu. "Susah juga hubungan lo sama dia, gak ada hubungan pasti tapi khawatirnya melebihi kapasitas." Kinara membulatkan mata dan mendorong bahu Dinar, "Dari pada situ gagal moveon sama mantan, padahal mantannya udah punya pacar, siapa namanya? Car--" Belum juga Kinara menyelesaikan berbicara tetapi mulutnya sudah dibekap oleh tangan Dinar.

Sesampainya di kantin keduanya mencari meja untuk ditempati. Kinara juga tak hanya mencari meja, tetapi dia juga memandangi sekeliling kantin mencari sosok cowok bertato yang tengah memenuhi pikirannya sejak semalam. Entah terlalu banyak orang di kantin atau mata Kinara yang salah, dia tidak melihat sosok Lingga sebatang hidung pun. Namun, kakinya melangkah mendekati meja paling pojok yang ditempati oleh beberapa orang cowok di sana. 

"Hai Kinara," sapa salah satu dari mereka. Senyuman tipis tersungging pada wajah cantiknya. "Hai, maaf ganggu waktu kalian, gue boleh nanya?" Tanya gadis itu memandangi mereka. Semuanya menggangguk dengan yakin dan penasaran. "Kalian tahu Lingga dimana gak?"

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang