Sembilan belas

1.3K 44 13
                                    

Jangan lupa vote, follow, dan comment💗

••••

"

Gue sakit....gue gak tahan berjuang lagi, gue mau matiiii" Kinara menangkup wajah Lingga dengan kedua tangan. "Hey....dengarin gue,

dunia emang kadang gak adil, berjalan gak sesuai harapan. Tapi lo harus tahu ini, lo hebat udah mau bertahan sampai detik ini, bunda pasti bangga liat anaknya sehebat ini."

Lingga tertegun, menatap sepasang manik indah di hadapannya, seakan ada sebuah harapan. Lelaki itu kembali membawa Kinara ke dalam dekapannya, namun kali ini lebih erat. Lingga berbisik lirih, "Terima kasih, di saat dunia gue rapuh lo ada buat gue."

••••

Matahari bersinar terik hari ini, tak menyangka waktu sudah pukul tiga sore. Setelah membersihkan diri Lingga langsung bergegas pergi dari rumah lamanya. Tujuannya ingin mengunjungi suatu tempat dimana ibundanya di makamkan. Tak pernah dilupakannya untuk membawa bunga favoritnya, bunga lily. Lingga bersyukur makam bundanya selalu terawat. Meletakan bunga tersebut di atas pusaran makamnya, Lingga lantas mengusap-usap pusaran itu. Dia sedikit tersenyum, "Bunda apa kabar?"

"Lingga kangen...."

Lingga terdiam cukup lama, ia bertarung dengan pikirannya sendiri. Dia tidak tahu harus bercerita bagaimana lagi pada bundanya, terlalu banyak keluhan pun dia yakin ibundanya pasti tidak bahagia dan bosan mendengarnya. "Bunda bahagia di sana? Lingga harap gitu...."

"Lingga lumayan kecewa, bunda kenapa gak pernah cerita kalau sakit?" Dia terus menyuarakan kesedihannya perihal kejadiaan kemarin, meskipun tak satupun balasan di dapatkannya. Dia sedih. Lingga tidak tahu harus berkata apa pada papanya perihal hal tersebut. Lelaki itu tapi kenapa tidak memberitahukannya sejak awal.

"Mungkin bunda ada alasan kenapa gak bilang sama Lingga. Apa pun itu, Lingga harap bunda bahagia selalu di sana...."

••••

Katakanlah Lingga tak malu dan takut, hari ini ia bolos sekah tetapi dirinya datang ke sekolah dengan kaos hitam oblong dan celana pendek. Lingga duduk di atas motor ninja hitamnya, menunggu seseorang. Saat ini sudah pukul 15.30 sore, jam keluar sekolah. Kedua mata Lingga memicing satu per satu orang yang keluar sekolah, mencari sosok yang di carinya.

"Kina...." teriak Lingga.

Sosok yang dipanggil pun menoleh, ia tampak kebinggungan mencari sumber suara yang memanggilnya tersebut. Kemudian gadis itu tersenyum lebar tatkala melihat Lingga yang tak jauh dari tempatnya berpijak. Segera gadis itu berlari kecil menghampiri Lingga, "Selamat sore." Lingga menyapanya dengan senyuman simpul. "Sore juga, udah baikan?" Tanya Kinara.

Lingga menggangguk, "Syukur kalo gitu, tapi kok bisa lo ada di sini?" Tanya Kinara lagi. "Mau jemput Tuan Putri," tutur Lingga. Kinara langsung terdiam berusaha mencerna ucapan Lingga. "Oh mau jemput pacar lo? Dia kelas berapa, soalnya kebanyakan kelas udah pulang dari tadi," Kinara berusaha menyingkirkan pikirannya itu. "11 IPA 2, namanya Kinara Sera Putri. Sama seperti namanya, dia Tuan Putri yang gue cari dan....orang di depan gue sekarang," kata Lingga.

Kinara dibuat kaget oleh perkataan laki-laki di depannya itu. Pipinya bersemu merah, "Untuk apa nyariin gue?" Lingga langsung memberikannya helm, "Jemput Tuan Putri, boleh kan?"

"Emang gue bisa nolak?" Goda Kinara. "Tidak boleh menolak, ini permintaan mutlak." Kinara tak bisa menolak permintaan cowok di depannya ini, wajahnya terlalu menggemaskan meskipun sedikit seram untuk di tolak. Motor ninja hitam itu pun membelah jalanan kota Jakarta sore itu. Jalanan seperti biasanya tampak ramai. Sepanjang perjalanan diiringi obrolan ringga di antara keduanya. Lingga tentu saja tidak langsung mengantarkan Kinara pulang, keduanya malah berkeliling jalanan kota Jakarta.

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang