Dua puluh dua

487 22 5
                                    

Jangan lupa vote, follow, dan comment💗

••••

"Gue tahu kok sebahagia apa cewek cantik di depan gue," ucap Lingga sembari terus tetap memperhatikan Kinara penuh perhatian. Kinara begitu bahagia ketika menikmati suapan demi suapan es krim yang di makannya. "Makannya pelan-pelan aja, gue gak bakalan minta kok," tutur Lingga. Kinara terdiam kemudian terkekeh.

Tangan bertato cowok itu bergerak menyelipkan sehelai rambut Kinara ke belakang telinga sang gadis. "Kalau pengen apa-apa kasih tahu gue ya, apa gunanya gue di sini kalau ada apa-apa lo pengen sendiri terus," tutur Lingga.

••••

Netra gelap itu memandang penuh arti dan harap pada sosok cantik di depannya. Bahkan dia tidak melewatkan sedetik pun untuk mengahlikan pandangannya. Perlahan senyuman mulai terukir di wajah cantik Kinara, gadis itu pun menggangguk menanggapi perkataan cowok di depannya itu. Cowok bermarga Mahawira itu berbeda. 

"Ga, jangan berubah ya, tetap kayak gini. Tetap jadi Lingga yang gue kenal, jangan suka pergi tanpa kabar lagi," tutur Kinara. Manik indah berkilat memandang penuh permohonan, "Rasa khawatir bisa membunuh gue, gue takut....kalau lo tiba-tiba ngilang Ga.." lanjut Kinara. Rupanya pengalaman masa lalu membuat kinara terlalu takut untuk yang baru ini. Lingga tersenyum dan msnggangguk sembari membawa tubuh munggil itu ke dalam pelukannya. Tangannya bergerak mengelus lembut surai dan punggung sang gadis. "Gue tetap di sini....menemani Kina-nya Lingga Kanaka Mahawira," ujarnya. 

Lingga tetap memeluk Kinara meskipun gadis itu tidak membalas pelukannya. Gerakan usapan naik turun memberikan efek menenangkan untuk gadis itu. Matanya terpejam beberapa saat menikmati pelukan itu sebelum Lingga menarik diri dari sana. "Kalau lo gak percaya, semuanya nyata untuk lo...." Lingga mengambil tangan Kinara dan meletakannya pada jantungnya. Dapat Kinara rasakan jika jantung cowok di depannya bergerak begitu cepat, seketika hal itu memberikan respon bak senggatan baginya yang membuatnya tiba-tiba menegang dan gugup.

"You see? It's all because of you"

"Gue harap lo percaya, Na. Tapi semuanya kembali pada lo sendiri." Lingga melepaskan diri dari acara pelukan tersebut dan kembali duduk menenangkan dirinya. Kinara masih terpaku di tempat, namun ia pun tersadar dan kembali duduk pada kursi semula. Keheningan menyelimuti keduanya selama beberapa menit namun terasa seperti berjam-jam. "Es krimnya jangan lupa di makan nanti cair, Na." Lingga mengambil ahli es krim tersebut dan menyuapinya untuk Kinara, tentunya gadis itu kaget dengan aksi tiba-tiba darinya. Lingga menaikan salah satu alis, "Buka mulutnya, sayang." 

Suapan demi suapan es krim diberikan Lingga dengan penuh kasih dan cinta, matanya tidak pernah lepas dari Kinara sedetik pun. "Kalau lo ada waktu kita ke kedai es krim enak yang baru buka bulan lalu gimana? Katanya enak, tapi gak tahu juga soalnya beda orang beda selera."

Kinara pun hanya merespon dengan menggangguk kaku, namun ketahuilah jika detak jantungnya tidak baik-baik dengan perlakuan Lingga sejak tadi. "Tapi kalau lo maunya tetap di kedai es krim favorit lo juga gak apa-apa, gue ngikut aja asal lo senang," lanjutnya. "Gue juga pengen coba kok, kapan?" Tanya Kinara sambil menatap Lingga setelah tadi menghindari kontak mata. 

"Besok gimana? Sehabis jam pelajaran, gue jemput di depan kelas buat kita ke sana bareng," Tanya Lingga mencoba berunding. Kinara menggangguk setuju, "Iya, tapi tunggu aja di parkiran nanti gue nyusul." Lingga pun mengerutkan keningnya dan menggeleng cepat, "Gak gak gak!! Gue jemput di depan kelas, tuan putri gue itu istimewah jadi perlu di jemput di depan kelas, bukan malah dibiarin jalan sendiri. Pokoknya besok gue jemput di depan kelas!"

••••

"Sumpah gue baper gak ke tolong! Jantung gue kayak pengen copot, Dir," tutur gadis itu menatap sosok di depannya yang tersambung melalui video call tersebut. Temannya hanya tertawa menanggapi hal tersebut. "Emangnya Lingga bilang apaan?" Tanya Dinar.

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang