Enam

1.8K 60 1
                                    

Jangan lupa vote, follow, dan comment💗

••••

Meskipun kebahagiaan itu hanya sementara namun berhasil membuatku merasakan kembali arti kebahagiaan. Bukankah ini terlalu berlebihan? Tapi aku merasakan seperi itu. Bisakah rasa bahagia ini kurasakan lagi?

••••

Di dalam ruangan yang tak terlalu luas dengan bernuansa hitam dan putih berisikan dua orang pria dewasa yang tengah berbicara serius.

"Kau pastikan Lingga selalu baik-baik saja, jika ada yang menggangal darinya segera beritahu saya," kata Arsenio pada orang kepercayaannya.

"Baik tuan"

"Awasi terus dia," sambungnya lagi.

Perubahan sikap Arsenio yang secara tiba-tiba menimbulkan tanda tanya, bagaimana tidak mengapa dia secara tiba-tiba perhatian pada Lingga? Bukankah kehadiran Lingga tidak di sambut baik olehnya? Ataukah semua itu karena harta dan jabatannya yang akan di turunkan pada anak tunggalnya yang membuat Arsenio tidak ingin terjadi hal-hal buruk pada anaknya. Meskipun tak menunjukkan rasa sayangnya selama ini namun mungkin dari lubuk hatinya dia menyayangi anaknya(?), lalu mengapa dulu dia selalu menyiksa dan membenci Lingga?

Sikap Arsenio yang seperti ini mungkin tidak akan di sambut baik oleh anaknya. Terbiasa hidup bebas dari dulu lalu secara tiba-tiba harus hidup dengan aturan-aturan yang diberikan sepertinya merupakan hal buruk bagi Lingga.

Entah Arsenio sudah tahu perihal depresi dan gangguan mental yang dialami oleh anaknya itu atau belum. Lagipula pernyebab dari semua itu adalah dirinya. Arsenio akar dari semua masalah. Pria itu egois, angguh, keras kepala, jabatan hanyalah sebatas pencapaian yang tidak menjamin perilakunya.

••••

"Lo harusnya gak usah peduli lagi sama gue, Den. Gue bisa sendiri, ini masalah gue bukan masalah lo"

Wajah gadis itu memerah dengan amarahnya yang tak bisa tertahan lagi. Menatap lelaki di depannya dengan marah ia kembali berkata, "Gue gak butuh di kasihani."

"Tapi nyatanya lo gak sekuat itu, Na."

"Gue ada di sini buat temenin lo itu aja gak lebih. Jadi please, biarin gue di sini temenin lo untuk malam ini," ujarnya dengan penuh kelembutan. Perlahan kepala gadis itu di sandarkan ke pundaknya. Memgusap penuh kelembutan surai sebahu gadis itu.

"Kalo mau cerita gue siap dengerin, Na. Jangan pendam sendiri," tuturnya.

Hening. Kedua tak lagi saling bicara.

"Lo harus tidur sekarang, ini udah tengah malam."

"Gausah ngatur-ngatur gue, Kaiden!"

Kaiden - lelaki yang menemani teman satu organisasinya, Luna. Gadis itu begitu hancur hari ini. Tidak disangka ia akan mendapatkan berita yang nyatanya menjadi mimpi buruk baginya. Kaiden dan Luna memang tidak terlalu dekat, namun semenjak beberapa bulan lalu Kaiden dan keluarga pindah rumah di dekat rumah Luna membuat keduanya lebih dekat dari sebelumnya. Itu pun juga hanya di rumah saja, berbeda cerita saat di sekolah.

"Ini perintah, Na. Hapus air mata lo, tidur sekarang!" Nada bicara Kaiden naik satu oktaf. Jika berhadapan dengan sifat keras kepala Luna, darahnya bisa naik.

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang