Jangan lupa vote, follow, dan comment💗
••••
"Makasih doang?" Tanya Lingga. Kinara menatap binggung, "Oh iya lupa. Makasih ya." Gadis itu memberikan beberapa lembar uang kepadanya, namun dengan cepat di tolak.
"Bukan uang yang gue mau."
"Terus apa dong?" Kinara benar-benar di buat pasrah sekarang. Entah apa yang di inginkan cowok itu sekarang. Setelahnya kejadian tak terduga terjadi. Tubuh Kinara seketika membeku, dia binggung, panik, lemas, dan tak dapat melakukan apapun. Demi Tuhan Kinara tak percaya dengan apa yang tengah terjadi sekarang. Bibirnya bertemu dengan bibir tipis milik lelaki bernama lengkap Lingga Kanaka Mahawira tersebut. Lingga menyesap bibir cherry itu dengan lembut hingga menjadi agresif, seolah meminta balasan. Kinara tak mampu untuk membalasnya ia begitu syok. Lelaki itu terus melakukannya, mengabsen deretan gigi rapi milik Kinara.
••••
Hari ini matahari tampak malu-malu memunculkan cahaya terangnya, langit pun ikut mendung. Waktu menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh dua menit. Begitu banyak siswa/i yang terlambat, hal tersebut membuat anak osis turun tangan. Semua yang terlambat di berikan hukuman tanpa terkecuali. Tidak sedikit dari mereka yang menyesalinya, pasalnya hukumannya lumayan berat dimulai dari berlari keliling lapangan upcara SMA Tunas Harapan yang luasnya tak kira-kira, ataupun berjalan dengan lutut mengitari lapangan. Sungguh sial!
Terdengar dari gerbang suara deruman motor yang memasuki halaman sekolah, semua mata tertuju padanya. Munculan sesosok cowok ganteng jelmaan dewa Yunani, Lingga Kanaka Mahawira. Penampilannya yang sama seperti hari-hari yang lalu yaitu amburadul, baju seragam tidak di masukan, atribut sekolah tidak lengkap, dan juga tato di tangannya yang tak kunjung di hapus meskipun sudah ditegur kesekian kalinya. Lingga memang menarik, terkenal, dan di segani, penggemarnya pun banyak tapi tak ada satupun yang diliriknya. Anak-anak osis pun hanya menghela napas berat, lagi-lagi mereka harus berurusan dengan lelaki ini.
Segera mereka mencegat langkah lelaki itu, Lingga pun hanya terdiam menatap dengan wajah datarnya. "Udah berapa kali kita tegur, tapi tetap gak di dengar. Baju lo harus di masukin ke celana, dasinya tolong di pake, terus tato--"
Belum juga cewek berambut pendek itu menyelesaikan perkataannya, tetapi Lingga sudah melangkah pergi. Gadis itu pun lantas mengejarnya, perkelangan tangan Lingga di cekal. "Gue belum selesai ngomong, lo dengar gak sih?! Harus berapa kali kita ngomong sama lo? Hargain kita yang di sini dong!"
Lingga berdecak dan tersenyum miring, "Ck sejak kapan kalian bisa hargain kita di sini. Mentang-mentang anak osis jadi berlaga sok berkuasa." Sial! Seketika cewek itu terdiam, Lingga tak peduli ia kembali melangkah pergi. Tangannya kembali di cekal untuk kedua kalinya, ia sudah muak. Dikiranya di cewek berambut sebahu tadi ternyata waketos kesayangan Tunas Harapan, Kaiden. Netra lelaki itu menatap tajam seolah menatang yang berdiri di harapannya ini. "Lo bisa sekali aja taat aturan di sini? Kalau gak mau di atur, gausah sekolah di sini. Cari sekolah lain yang bisa tampung orang yang gak mau taat aturan dan cuman ngandelin harta bokapnya."
"Kelakuan kek gak pernah di ajarin orang tua aja."
Lingga awalnya acuh dengan perkataan Kaiden, namun ketika lelaki itu mendengar nama papa nya di bawa-bawa ia pun menatap nyalang. Kedua tangannya langsung mencengkram kerak seragam milik Kaiden, "MAKSUD LO APA BAWA-BAWA BOKAP GUE HAHH?!"
Buggghhh
Satu tinjuan berhasil mengenai tulang rahang Kaiden hingga meninggalkan bekas di sana. Semua yang melihatnya langsung syok. "LO BISA HINA GUE, TAPI JANGAN PERNAH BAWA ORANG TUA GUE!"