Dua belas

1.3K 42 0
                                    

Maaf sebelumnya, masih ada yg nungguin cerita ini atau gak sih? Kadang aku capek karena sepertinya gak ada yang baca ataupun vote cerita ini. Jadi cerita ini mungkin akan aku unpublish, meskipun ini cerita pertama aku di wp🙏🏼🙌🏼

Jangan lupa vote, follow, dan comment💗

••••

"Kenapa chat gue gak lo balas?" pertanyaan Lingga membuat Kinara sedikit membuang muka, Lingga pun justru semakin mendekat menatap selidik gadis di depannya. "Chat yang mana?"

"Empat hari lalu"

"Gaada"

"Masa? Kalau lo gak mau balas itu hak lo, tapi kenapa lo menghindar dari gue hmm?"

••••

Lingga masih menggurung gadis itu, Kinara masih terjebak dengan Lingga. Lelaki itu tak ingin melepaskannya sebelum ia menjawab pertanyaannya. Kinara sudah tak nyaman, dirinya enggan menjawab pertanyaan Lingga.
Lingga seakan menutup mata tak peduli dengan Kinara yang sudsh merasa tak nyaman dengannya, "Simpel aja, lo jawab pertanyaan gue lo bisa pergi."

Kinara tampak berpikir, ia tak tahu harus berkata apa terhadap Lingga. Dirinya tiba-tiba hanya ingin saja menjauh dari lelaki itu. Namun akhirnya ia menjawab asal, "Gue gak tahu juga kenapa tiba-tiba kayak gini." Lingga mengernyit, "Maksud lo?"

••••

Setelah mendapatkan celah, Kinara pun memilih pergi meninggalkan Lingga yang masih terdiam binggung. Lelaki itu tampak harus berpikir keras akan jawaban Kinara. Kini ia tampak berlari kecil menyelusuri kelas-kelas lain untuk menuju ke kelasnya. Sesampainya dia di kelas justru ia dikejutkan oleh Dinar yang tengah berbincang dengan seorang cowok? Mata Kinara tidak mungkin salah, cowok itu Kaiden? Untuk apa lelaki ada di sini. Perlahan Kinara melangkah menuju bangku miliknya, namun kedua temannya menatapnya.

"Kinara"

"Kinara, Kaiden nyariin elo"

Kinara yang kaget saat dipanggil pun menoleh, ia tak bisa berbohong jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya saat mendengar Kaiden memanggilnya. Namun ia harus tetap terlihat biasa saja, "Kenapa?"

Kaiden perlahan mendekatinya, "Ada yang pengen gue omongin." Kinara pun melirik ke arah Dinar, gadis itu tercengang mendengar penuturan Kaiden. "Soal apa?" Kinara tak ingin menatap Kaiden, takut rasa itu semakin menggelora.

"Maaf soal sikap gue akhir-akhir ini. Gue sibuk dan gak luangin waktu buat lo," tutur Kaiden dengan penuh penyesalan. Kinara dan Dinar ikut tercengang, apa-apaan cowok ini mengatakan hal tersebut. Keduanya saja bahkan tidak mempunyai hubungan apa-apa, hanya sebatas teman lagipula Kinara juga sadar diri kok. "Maksud lo apaan? Kita cuman temen kali."

"Tapi gue tetap ngerasa bersalah sama lo, sekali lagi sorry ya." Kinara hanya tersenyum kikuk, "Kesambet apaan lo semalem?"

"Nanti pulang gue anterin, byeeee."

Kinara tak dapat berkata sepatah kata pun, sikap Kaiden benar-benar diluar dugaan. Dinar yang sedaritadi hanya menapat interaksi keduanya pun ikut tercengang, "Gue gak abis pikir sama tuh anak, semalem mimpiin apaan dia tiba-tiba kek gitu." Gadis itu geleng-geleng kepala tak percaya. Kinara juga ikut binggung, ada apa dengan cowok itu. "Gue pengen negative thinking tapi kita gak boleh berprasangka buruk dulu sama niat baik orang," ucap Dinar.

••••

Kaiden benar-benar menepati perkataannya siang tadi. Nyatanya baru saja Kinara berjalan keluar koridor sekolah, netranya sudah mendapati Kaiden tengah duduk di atas motor miliknya sembari menatapnya. Langkah Kinara terhenti, ia bimbang haruskah ia pulang dengan Kaiden atau naik angkot. Hubungan keduanya pun sedang tidak baik-baik saja waktu lalu, dan sekarang? Pikirannya berkecambuk sana sini, dia benar-benar dibuat binggung dan ragu. Jangan-jangan ada niatan jahat dibalik inisiatif cowok itu mengajaknya pulang bersama. Namun lamunannya terhenti saat Kaiden memanggil namanya dengan suara cukup keras, dan jangan lupakan jika hal tersebut menarik atensi anak-anak lain. Akhirnya ia pun melangkah mendekati Kaiden, "Kenapa tadi ngelamun?" Kinara tersenyum kikuk sebelum menggeleng. Tangan Kaiden pun terulur memberikan helm kepadanya.

LinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang