Raga Sukma

155 154 28
                                    

Kala itu Laras mengajak Sirna untuk melakukan permainan tradisional yakni bermain egrang dengan menggunakan kayu bambu, ia merasa jenuh jika hanya duduk terdiam tanpa adanya obrolan.

"Daripada diam seperti ini lebih baik kita melakukan sebuah permainan agar tidak jenuh," ajak Laras. Sinta merespon, "Boleh juga." Laras membuat permainan itu dari kayu bambu, ia dibantu oleh Sirna dan Ipul.

Ketika sudah selesai proses pembuatan,  Laras menaiki tongkat bambu yang sudah ia buat menjadi permainan egrang. Kemudian berjalan menggunakan kakinya di atas kayu bambu yang sudah ia naiki.

Laras mampu menyeimbangkan di antara ke dua kakinya, sehingga dapat berjalan dengan mudah.

Setelah itu bergantian dengan Sirna, Laras memberikan egrang kepada Sirna untuk di naiki. "Sekarang giliranku," ucap Sirna.

Laras memberikan saran, "Kamu harus bisa menyeimbangkan ke dua kakimu agar tidak terjatuh." Sirna meremehkan saran dari Laras seraya berkata, "Halah ... Tenang saja ini mudah bagiku untuk memainkan permainan egrang." Laras hanya menjawab, "Yasudah ...  Terserah kamu saja."

Sirna menaiki egrang seorang diri. Laras mencoba kembali menawarkan, "Mau aku bantu tidak?" Sirna menyahut, "Tidak usah ... Aku bisa sendiri." Laras hanya terdiam sekaligus melihat gerakan Sirna yang mulai berjalan menggunakan kayu bambu. Sirna dengan angkuh mengatakan, "Lihatlah diriku ... Aku bisa sekalipun seorang diri."

Tiba-tiba saja Sirna tidak bisa menyeimbangkan egrang yang ia mainkan, sehingga membuat dirinya terjatuh ke tanah.

Laras melihat Sirna terjatuh, ia langsung menolong Sirna dengan cepat. Kemudian Laras membantu Sirna berjalan dan Laras membawanya duduk dikursi teras rumahnya.

Laras menyarankan, "Kamu tunggu saja di sini ... Aku akan mengambil daun binahong untuk menyembuhkan luka tangan dan kakimu." Sirna mengelus tangan dan kakinya dan menahan perih bagian luka.

Laras bergegas mengambil dedaunan, termasuk daun binahong di area belakang rumahnya. Di saat Laras sedang mengambil daun binahong, ia melihat sosok perempuan cantik berparas bule memakai gaun putih yang berdiri di bilik pohon.

Pandangan Laras tertuju pada kakek misterius yang ia lihat, sosok itu tersenyum padanya. Setelah mengambil daun binahong, Laras bergegas menghampiri Sirna dengan membawakan dedaunan itu.

Laras meminta maaf kepada Sirna yang sudah menunggu dirinya. "Aku minta maaf jika sudah membuat kamu menunggu lama," ucap Rara meminta maaf. Sirna menjawab, "Tidak apa-apa ... Sekarang bantu aku untuk mengobati luka ditangan dan kakiku ini."

Di saat Laras sedang membuat racikan sederhana dengan menggunakan daun binohang, tiba-tiba saja ia merasakan ada yang keluar dari tubuhnya. Laras langsung merasakan terbang, ia sedikit sadar dan mengobati luka Sirna.

Laras merasakan bahwa dirinya sedang berjalan-jalan menuju sesuatu, dan ia merasakan dirinya beralih ke area kamar Liska.

Sesampainya di dalam kamar, Laras melihat Liska seksama yang sedang bersama dengan sosok seorang penari.

Sosok Penari seakan menghampiri dirinya dan memberitahu tentang Liska. Sedangkan tubuh Laras sedang duduk di samping Sirna sembari mengobati luka yang terdapat ditubuh Sirna.

Tak sengaja Laras celetuk, "Sosok penari itu memberitahu kepadaku tentang Liska." Sirna sangat kaget sekaligus ketakutan melihat Laras dengan perkataannya.

"Laras? Kamu kenapa? Jangan membuatku takut," ujar Sirna.

Laras menyahut, "Aku melihat Liska yang sedang terbaring dikamarnya dengan tatapan mata yang kosong ... Aku tidak tahu ia kenapa seperti itu sekaligus aku melihat sosok penari itu mengelus rambut Liska."

Sirna sangat ketakutan dengan ucapan Laras, dan tatapan Laras sangat kosong ketika sedang mengobati lukanya.  "Laras? Sadar!" gertak Sirna sekaligus menggerakan tubuh Laras berkali-kali.

Sontak saja, Laras langsung tersadar dan ia terkejut ketika Sirna menggerakan tubuhnya. "Ada apa?" tanya Laras keheranan.

Sirna balik bertanya, "Kamu kenapa? Aku perhatikan dari tadi kamu bicara sendiri dengan tatapan kosong." Laras terdiam dan tak menjawab pertanyaan Sirna. Namun, berkali-kali Sirna mempertanyakan perihal yang sama berulang kali.

Mau tidak mau, Laras memberitahukan kepadanya dan berpesan, "Tapi kamu harus bisa menjaga rahasia tentang apa yang telah aku lihat."

Sirna kembali bertanya, "Baiklah ... Katakan padaku apa yang telah kamu lihat?" Sirna penasaran dan mendesak Laras untuk menceritakan yang ia lihat.

Laras menghela nafas panjang seraya menjelaskan, "Sukma dalam diriku keluar dan aku terbang menuju rumah Liska ... Di sana aku melihat sosok penari yang berada didekat Liska dan sosok itu menghampiriku sekaligus memberitahuku tentang sesuatu namun aku melihat Liska yang sedang terbaring di atas kasur dengan tatapannya yang sangat kosong." Penjelasan Laras menceritakan yang telah ia lihat.

Sirna bertanya, "Apakah dirimu sedang melakukan raga sukma?" Laras menjawab, "Benar dan kamu tahu tentang hal itu." Sirna benar-benar takjub sekaligus merinding dengan ungkapan Laras yang menceritakan kejadiannya.

Sirna yang masih penasaran ia kembali bertanya, "Kamu melihat kejadian apa saja selain sosok penari itu?" Laras memberikan jawaban, "Sosok ular besar yang mengelilingi rumah." Sontak saja Sirna kaget dengan jawaban yang dilontarkan oleh Laras.

"Ah, yang benar saja? Masa ada ular besar," ucap Sirna tidak percaya. "Kamu kalau tidak percaya abaikan saja ucapanku," sahut Laras sedikit jengkel. Sirna masih saja terpikirkan dengan ucapan Laras tentang Liska, ia khawatir jika salah satu temannya mendapatkan hal yang tidak diinginkan.

Selesai diobati, Laras memberitahu Sirna agar tetap tenang. "Aku tahu apa yang kamu pikirkan maka dari itu tenangkanlah dirimu ... Teman kita tidak akan celaka dan kamu jangan khawatir," pesan Laras. Sirna sedikit kaget jika Laras mengetahui yang ada dipikirannya.

"Mengapa kamu bisa mengetahui jika aku khawatir tentang Liska?" tanya Sirna penasaran. Laras tersenyum menatap Sirna dan menjawab, "Kamu tidak perlu khawatir nanti juga dia akan selamat walaupun sebenarnya keadaan dia dalam bahaya." Sirna tampak gusar dan terlihat masih tidak tenang.

Laras yang penasaran kembali bertanya, "Ada apa denganmu? Bukankah sudah kubilang bahwa jangan khawatir tentang Liska? Dia akan baik-baik saja." Sirna tersenyum tipis lalu menjawab, "Baiklah ... Aku mengerti sekarang." Laras masuk ke dalam rumah lalu bergegas ke dapur.

Ia mengambil secangkir gelas kendi dan mengambil air yang sudah di masak, lalu menuangkannya ke dalam kendi tempat air untuk minum.

Laras memanggil adiknya. "Ipul, mari ke sini. Tolong bawakan gelas-gelasnya ...  Aku sangat kesulitan membawanya," panggilnya seraya meminta tolong. Ipul yang sedang duduk seketika berdiri dan bergegas menghampiri Laras.

"Tolong bawakan gelas itu dan letakkan di teras," pinta Laras. Ipul membawa tiga gelas antik yang terbuat dari tanah liat. Sedangkan Laras membawa singkong rebus serta kendi berisi air hangat.

Laras dan Ipul membawa makanan sekaligus minuman hangat, dan mereka letakkan di meja teras dekat kursi. "Silakan diminum, Sir," tawar Laras. Ia menuangkan air ke dalam gelas masing-masing yang sudah tersedia.

SUKMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang