Puasa Mutih

106 133 11
                                    

"Apakah kamu mengetahui sesuatu?" tanya Ibu yang mendengar segala celetukan Laras. "Tidak, Buk. Aku hanya merasakan hawa kesedihan," jawaban Laras.

Laras melanjutkan menyantap makanan kembali. Selesai makan, Laras duduk sejenak dan meminum air putih. Ia sudah menghabiskan sepiring nasi dan lauk pauk sampai tak tersisa, Laras merapihkan piring satu persatu.

"Ibu, sudah selesai makan belum? Aku ingin menaruh semua piring ke dapur," tanya Rara memastikan. Ibu menjawab, "Sebentar lagi." Lalu Ibu meletakkan piring diatas piring yang sudah berjajar. 

Laras langsung membawa piring ke dapur, ia melihat ada sisa makanan yang masih ada di area piring. Laras langsung bergegas menghampiri Ibunya yang berada di ruang tamu seraya bertanya, "Ibu ... Satu piring ini terdapat ada makanan yang tersisa. Lebih baik makanan ini dibuang atau disimpan saja?"

Ibu menyarankan, "Letakkan saja di dapur dan tutup pakai tudung makanan." Tanpa berlama-lama, Laras bergegas ke area dapur dan menyimpan sisa makanan yang masih ada sesuai saran dari sang Ibu.

Setelah itu, Laras beranjak jalan ke area sumur untuk mencuci tangan. Secara tiba-tiba, Laras mendengar suara rintihan seseorang yang meminta tolong kepadanya. "Tolong aku," lirih pelan suara misterius itu.

Laras mengabaikan suara yang mengganggunya. Selesai cuci tangan disumur, Laras langsung saja bergegas menghampiri sang Ibu yang berada di ruang tamu.

Laras duduk di kursi seraya bertanya-tanya dengan rasa penasaran kepada Ibunya. "Buk ... Apakah penyebab pembantaian dimasa lampau itu terjadi? Banyak korban berjatuhan yang dibunuh oleh mereka? Bahkan aku melihat banyak sekali mereka yang tak kasat mata terlibat di area rumah ini?" tanyanya.

Ibu menghela nafas perlahan kemudian menjawab, "Belum saatnya Ibu memberitahumu perihal ini ... Lebih baik kamu melaksanakan ibadah saja supaya dirimu dekat dengan gusti Allah dan di jauhkan dari segala macam gangguan setan." Laras hanya terdiam dan tidak berkutik sedikitpun.

Menjelang maghrib, Laras mengambil  handuk berupa kain dan ia bergegas mandi.

Tanpa Laras sadari ada yang berbicara kepadanya. "Turuti perintah Ibumu," ucapan suara misterius yang telah di dengar oleh Laras. Tersontak Laras kaget ketika mendengar suara yang menyuruh dirinya untuk melaksanakan ibadah sesuai perintah dari Ibunya.

Laras merespon, "Siapa kamu?" Semenjak Laras merespon tidak ada lagi yang menjawabnya. Laras merasakan  bangun bulu disekujur tubuh, ia langsung tergesa-gesa mandi.

Laras sangat peka dengan kehadiran makhluk tak kasat mata di sekitarnya. Hampir tiga puluh menit, ia baru saja selesai mandi. Laras terburu-buru bergegas keluar dan berjalan menuju kamarnya.

Laras masuk ke dalam kamar, kemudian ia mengambil pakaian yang berada di dalam lemari. Laras langsung memakai pakaian, dan tak lupa merapihkan rambutnya sendiri dengan sisir.

Dalam hati Laras terbesit akan sesuatu, dirinya langsung bergegas ke ruang tamu. Saat diruang tamu, Laras tidak menemukan Ibu di sana. "Lho, Ibu ke mana?" gumamnya.

Laras memanggil Ibunya. "Ibu...," panggilan Laras berkali-kali.

Ia memanggil Ibunya terus menerus dan sang Ibu langsung menyahut, "Tunggu sebentar." Lalu Ibu keluar dari kamar dan menghampiri Laras, yang sudah berada di ruang tamu.

Ibu bertanya, "Ada apa?" Laras menebarkan senyuman diraut wajahnya dengan menatap Ibu. Laras berkata, "Apakah Ibu mempunyai saran tidak? Aku ingin membersihkan diri dari segala hal."

Lalu Ibu menjawab, "Jika kamu ingin membersihkan dirimu langkah yang harus kau lakukan adalah solat disertai puasa dan berzikir sehingga membuat kamu lebih mudah untuk mendekatkan diri kepada gusti Allah." Laras kembali bertanya, "Apakah ada saran lagi selain itu?" Ibu kembali menjawab, "Tidak ada."

Tiba-tiba saja terlintas dalam benaknya. "Apakah Ibu mengetahui tentang puasa mutih?" tanya Laras.

"Kenapa kamu bertanya tentang puasa mutih? Apakah kamu ingin melakukannya?" tanya Ibu memastikan.

Laras tak menjawab pertanyaan Ibu, ia hanya menganggukan sedikit kepala tanpa berucap sepatah kata.

"Puasa hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang niatnya ibadah karena Tuhan dan syaratnya lumayan sulit ... Akan tetapi jika dirimu ingin melakukan puasa mutih apakah kamu sanggup?" tanya Ibu untuk memastikan.

Laras terdiam sejenak kemudian ia kembali bertanya, "Syaratnya apa saja, Buk?" Tanpa lama-lama Ibu langsung menjelaskan, "Puasa mutih dilakukan oleh orang-orang yang ingin membersihkan jiwa dan raganya yang kotor tetapi diantara mereka tak sedikit orang melakukan puasa mutih karena sebuah niat yang tidak baik seperti untuk mendapatkan sebuah ilmu agar terlihat sakti dan lainnya ... Jika kamu ingin melakukan puasa mutih baca niatnya terlebih dahulu karena gusti Allah sehabis itu kamu hanya diperbolehkan untuk makan nasi putih tanpa lauk dan meminum air putih saja selama tujuh hari jika kamu kuat melakukannya." Laras menghela nafas cukup panjang.

Terbesit dalam pikiran Laras untuk melaksanakan puasa mutih, akan tetapi dirinya merasa ragu dan bimbang. "Apakah puasa mutih menyimpang dari agama? Atau bagaimana? Aku hanya khawatir jika puasa itu menyimpang dari sebuah ajaran yang benar ... Tetapi sangat tidak mungkin jika puasa mutih menyimpang," batinnya bergumam.

Ipul yang sedang duduk bersama Laras dan Ibu diruang tamu, dia penasaran ketika mendengar percakapan itu dan langsung menanyakan perihal puasa mutih. "Puasa mutih itu seperti apa?" tanyanya. Ibu memberitahu dan menjawab, "Puasa yang dilakukan seperti biasanya akan tetapi ini ada perbedaan." Ipul kembali bertanya, "Letak perbedaannya di mana, Buk?" Laras tiba-tiba saja celetuk, "Perbedaannya hanya sekedar makanan dan minuman saja."

"Maksudnya seperti apa?" tanya Ipul. Ibu menjelaskan, "Puasa mutih hanya bisa dilakukan ketika sedang sahur dan berbuka hanya diperbolehkan untuk memakan nasi putih saja tanpa lauk dan meminum air putih tanpa rasa." Ipul mengerti dengan penjelasan Ibu tentang puasa mutih.

Ibu mengatakan, "Puasa mutih sangat baik untuk kesehatan dan sangat mustajab jika kita meminta sesuatu kepada Gusti Allah ... Asalkan jangan sampai salah niat saja jika ingin melakukan puasa mutih agar tidak mengandung mudorot." Sejak saat itu Laras menjadi bimbang. Ia ingin melakukan puasa mutih atau tidak, karena dirinya mengetahui jika ia tidak akan sanggup berbuka puasa hanya sekedar memakan nasi putih tanpa lauk.

Tetapi Laras juga ingin membersihkan dirinya dari segala dosa. Namun, ia tersadar bahwa jiwanya menyatu dengan Minten yang seringkali datang menolongnya ketika ia diganggu dan diusik oleh makhluk tak kasat mata.

Laras merasa malu kepada Tuhan, ia merasa bahwa dirinya hanyalah seorang wanita pendosa. Laras memikirkan niatnya itu, antara ingin dilakukan atau tidak.

Ipul yang melihat sang Kakak sedang merenung, ia tak sengaja membuat Laras kaget. "Heyy!" seru Ipul hingga membuat Laras sadar dari renungannya.

"Apa sih? Bikin kaget saja," gusar Laras. Ipul tertawa seraya bertanya, "Apa yang sedang kamu pikirkan, Kak?" Laras menjawab, "Tidak ada dan tidak perlu tahu." Ipul senantiasa mengejek Laras untuk menghiburnya.

SUKMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang